JAKARTA - Sebuah daerah di China timur menawarkan insentif kepada pasangan yang menikah sebesar 1.000 yuan (Rp2.088.012), jika mempelai wanita berusia 25 tahun atau lebih muda, langkah terbaru untuk memberikan insentif kepada kaum muda agar menikah di tengah meningkatnya kekhawatiran atas penurunan angka kelahiran.
Pemberitahuan yang dipublikasikan di akun resmi WeChat di wilayah Changshan minggu lalu mengatakan, insentif tersebut adalah untuk mempromosikan "pernikahan sesuai usia dan memiliki anak" setelah pernikahan.
Hal ini juga mencakup serangkaian subsidi perawatan anak, kesuburan dan pendidikan bagi pasangan yang memiliki anak, seperti dilansir dari Reuters 31 Agustus.
Khawatir dengan penurunan populasi pertama di Negeri Tirai Bambu dalam enam dekade terakhir dan populasi yang menua dengan cepat, pihak berwenang segera mencoba berbagai langkah untuk meningkatkan angka kelahiran, termasuk insentif keuangan dan peningkatan fasilitas penitipan anak.
Batas usia legal untuk menikah di Tiongkok adalah 22 tahun untuk pria dan 20 tahun untuk wanita, namun jumlah pasangan yang menikah terus menurun. Hal ini telah menurunkan angka kelahiran, karena kebijakan resmi yang mempersulit wanita lajang untuk memiliki anak.
Angka pernikahan mencapai rekor terendah pada tahun 2022 yaitu 6,8 juta, terendah sejak 1986, menurut data pemerintah yang dirilis pada Bulan Juni. Ada 800.000 lebih sedikit pernikahan tahun lalu dibandingkan tahun 2021.
Sementara, tingkat kesuburan China, yang sudah menjadi salah satu yang terendah di dunia, diperkirakan turun ke rekor terendah 1,09 pada tahun 2022, demikian laporan media pemerintah.
BACA JUGA:
Di sisi lain, mahalnya biaya pengasuhan anak dan keharusan untuk menghentikan karier mereka membuat banyak wanita menunda untuk memiliki lebih banyak anak atau bahkan tidak memiliki anak sama sekali.
Belum lagi diskriminasi gender dan stereotip tradisional, tentang perempuan yang merawat anak-anak mereka masih tersebar luas di seluruh negeri.
Kepercayaan konsumen yang rendah dan meningkatnya kekhawatiran akan kesehatan ekonomi Tiongkok, juga merupakan faktor utama yang disebutkan oleh kaum muda Tiongkok yang tidak ingin menikah dan memiliki anak.