Riset Membuktikan, Orang Cerdas Lebih Selektif Mengelola Waktu
Ilustrasi wanita membaca koran (Unsplash/Priscilla du Preez)

Bagikan:

JAKARTA – Tak dapat disangkal bahwa manusia adalah makhluk sosial. Setiap orang butuh berelasi dengan orang lain, termasuk berkomunikasi dan berkumpul atau nongkrong bersama rekan. Namun, berbeda bagi seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi.

Beberapa artikel menyatakan bahwa orang cerdas cenderung penyendiri. Dalam artian spesifik, penyendiri bukan orang yang depresif dan anti sosial. Justru, orang cerdas memiliki skill untuk mengelola waktunya.

Mungkin sekilas pandang terlihat egois, tetapi berdasarkan riset ilmiah begini temuan dan penjelasan lengkapnya.

Orang cerdas memeroleh kualitas hidup ketika jauh dari keramaian

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam British Journal of Psychology menggali tentang bagaimana definisi kehidupan yang baik. Ternyata dalam perjalanan penelitian tersebut menemukan bahwa, berburu dan berkumpul memang merupakan gaya hidup sejak nenek moyang.

Penelitian ini mensurvei 15.000 orang berusia 18-28 tahun dan menemukan bahwa orang-orang yang tinggal di daerah padat penduduk merasa kurang puas dengan kualitas hidup mereka. Sebaliknya, orang-orang yang semakin sering berinteraksi dengan teman dekat melaporkan peningkatan kebahagiaan.

Orang cerdas masuk dalam pengecualian, mengapa? Masih dalam penelitian yang sama, tingkat kepuasan hidup dikaitkan dengan tingkat kecerdasan. Termasuk di dalamnya adalah tingkat kecerdasan emosional.

Kepadatan populasi berpengaruh dua kali lipat pada orang-orang dengan intelligence quotient (IQ) tinggi. Semakin cerdas Anda, semakin kurang puas dengan kehidupan yang padat dengan interaksi sosial.

Fokus pada tujuan

Tentu setiap orang memiliki tujuan yang berbeda-beda. Termasuk seseorang yang, misalnya, berprofesi sebagai sales marketing yang tentu saja membutuhkan interaksi tingkat tinggi secara sosial.

Bagi orang dengan IQ lebih tinggi cenderung tidak menghabiskan waktu untuk bersosialisasi. Sebab, orang cerdas lebih fokus pada tujuan jangka panjang. Kecerdasan yang dimiliki dipakai untuk menciptakan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri.

Menganggap interaksi sosial bisa mengganggu tujuan

Mengejar pencapaian adalah ambisi orang yang memiliki kecerdasan ekstra. Saat mengejar pencapaian, mereka mengelola interaksi sosial dan lebih selektif demi mendapatkan tujuan jangka panjang.

Hal lain yang dipengaruhi oleh selektif dalam mengelola hubungan sosial adalah kesejahteraan secara keseluruhan. Sebab sangat selektif memilih teman, relasi sosial memiliki tingkat yang tinggi. Mudahnya, sedikit teman tetapi hubungannya lebih berkualitas.

Sedikit memilih teman bukan berarti tidak menghargai persahabatan. Berdasarkan teori evolusi, justru karena selektif dalam berinteraksi maka lebih mampu beradaptasi dengan segala kondisi.