Bagikan:

YOGYAKARTA – Berbelanja secara kompulsif, menurut Terrence Daryl Shulman, pengacara dan pekerja sosial, didasari sejumlah faktor pendorong. Mulai dari karena terjebak dalam pekerjaan membosankan sehingga memerlukan uang terlalu banyak untuk merasakan sedikit kegembiraan. Beberapa orang, mengutip penjelasan Temma Ehrenfeld, penulis sains berbasis di New York, dilakukan sejumlah orang untuk meningkatkan citra diri. Laporan penelitian dilansir The Shulman Center, menunjukkan antara 5 sampai 9 persen orang Amerika memiliki masalah dalam aktivitas belanja.

Sebaliknya dari belanja kompulsif, belanja scecara selektif akan memberi Anda rasa pencapaian. Mungkin seseorang membutuhkan belanja mewah untuk mengisi kekosongan tapi menyebabkan kerugian. Secara umum, jika berbelanja saat suasana hati kecewa, marah, atau takut, mungkin akan membeli sesuatu yang sesungguhnya tidak dibutuhkan.

Dalam membelanjakan uang, kata Shulman, Anda perlu memiliki wawasan dan pengendalian diri. Supaya tak belanja kompulsif, saran Ehrenfeld dilansir Psychology Today, Minggu, 30 Juli, sesekali mengutamakan kesenangan itu tak apa-apa. Tetapi mungkin lain kali bisa mempertimbangkan lebih teliti apakah memerlukan belanja atau aktivitas rileks seperti jalan-jalan saja.

selektif berbelanja bermanfaat menekan pengeluaran
Ilustrasi selektif berbelanja bermanfaat menekan pengeluaran (Freepik/Nakaridore)

Shopaholic atau orang yang suka berbelanja, bisa bermasalah dan jatuh dalam pola yang mirip dengan menoleransi belanja sebagai obat stres. Seiring waktu akan jadi sangat boros. Ini bisa jadi kebiasaan buruk yang berbahaya.

Untuk menghentikan kebiasaan buruk ini, ternyata perlu langkah sederhana. Seperti membeli barang lebih sedikit. Dengan membeli barang lebih sedikit, Anda juga lebih hemat energi dalam mengurusnya. Nasihat lama juga bisa dipraktikkan, bahwa belanja baiknya menggunakan uang tunai, bukan kartu kredit. Saat berbelanja pun, sisihkan uang untuk tagihan bulanan, pajak, dan tabungan atau investasi. Penting juga menyisihkan uang untuk rencana tabungan pensiun yang tak bisa diambil untuk keperluan bulanan atau belanja senang-senang yang berlebihan.

Penting pula melacak pengeluaran bulanan Anda. Misalnya dengan membuat catatan setiap kali uang keluar atau menerima pemasukan. Ketika berbelanja, jangan sampai tegesa atau hanya memiliki sedikit waktu. Semakin luang waktu Anda saat berbelanja, semakin Anda lebih mudah memperketat pertimbangan penting atau tidaknya barang yang akan Anda beli.

Rekomendasi terakhir untuk mengelola hasrat belanja agar tak kompulsif, terapkan teknik meditasi. Cara ini membantu melabeli emosi Anda saat memiliki dorongan belanja untuk melampiaskan emosi. Leo Babauta, penulis The Power of Less: The Fine Art of Limiting Yourself to the Essential…in Business and in Life, merekomendasikan untuk mengenali bahwa dorongan bukan perintah. Dorongan hanya perasaan yang muncul sementara waktu dan itu akan berlalu.

Rekomendasi terakhir, berkonsentrasilah di mana Anda berada. Artinya, tetaplah fokus daripada “melarikan diri” dengan cara berbelanja berlebihan yang membuat saldo Anda terkuras habis.