YOGYAKARTA – Austisme Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan otak yang muncul pada tahun pertama kehidupan. ASD dapat memberikan dampak terhadap kemampuan anak dalam hal berkomunikasi, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Lantas, apa saja gejala umum ASD pada anak?
Sebelum mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, ada baiknya Anda mengetahui apa itu ASD berserta penyebabnya. Yuk, simak informasi selengkapnya berikut ini.
Pengertian ASD
Dikutip dari Ai-Care, ASD atau gangguan perkembangan pervasif (berkepanjangan) merupakan gangguan perkembangan otak yang memengaruhi bagaimana seseorang menerima informasi, bersosialisasi, berkomunikasi, dan melakukan interaksi dengan orang lain.
Pada 2013, American Psychiatric Association mengelompokkan ASD, austisme, sindrom asperger, dan gangguan disintegrasi menjadi satu kelompok austism spectrum disorder. Kondisi ini dinamakan sebagai spektrum karena merujuk pada berbagai gejala dan tingkat keparahan.
ASD muncul pada masa kanak awal dan jika dibiarkan, dapat menyebabkan gangguan fungsi sosial di sekolah, bahkan di pekerjaan.
Gejala ASD umumnya muncul pada tahun pertama kehidupan. Beberapa anak lain terlihat normal pada tahun pertama, namun terjadi penurunan perkembangan pada usia 18 hingga 24 bulan.
Kendati gangguan perkembangan pervasif tidak bisa disembuhkan secara sempurna, pengobatan pada tahap awal dapat membantu membuat perubahan pada hidup anak.
Penyebab ASD
Penyebab gangguan perkembangan pervasif (ASD) belum diketahui sampai saat ini. Kendati demikian, ada sejumlah hal yang diduga menjabi penyebab terjadinya ASD, di antaranya:
- Genetik: Beberapa gen yang berbeda diduga berpengaruh pada perkembangan gangguan ini. Pada beberapa kasus, gangguan perkembangan pervasif berhubungan dengan penyakit lain, seperti sindrom Rett atau sindrom fragile X. Gen ini mempengaruhi perkembangan otak dan bagaimana sel saraf berkomunikasi. Mutasi yang terjadi dapat diturunkan maupun terjadi secara spontan.
- Faktor lingkungan: Saat ini penelitian mengenai hubungan infeksi virus, obat-obatan dan komplikasi ketika hamil, polusi udara masih berlangsung.
Faktor risiko ASD
Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya ASD pada anak, antara lain:
- Mempunyai anggota keluarga yang menderita austisme
- Mutasi genetik, seperti fragile X syndrome dan sindrom Rett.
- Lahir dari orang tua yang sudah lanjut usia (lansia)
- Berat badan sangat rendah ketika lahir
- Ketidakseimbangan metebolisme
- Paparan logam berat dan racun lingkungan
- Riwayat infeksi virus pada ibu hamil
- Janin terpapar obat asam valproate atau thalidomide
- Bayi lahir premature (di bawah 26 minggu)
Gejala Umum ASD
Masih dari Ai-Care, gejala umum ASD kemungkinan bisa dikenali oleh orang tua, pengasuh atau dokter anak sebelum usia anak mencapai 1 tahun. Umumnya, gejala gangguan perkembangan pervasif akan semakin terlihat ketika anak berusia 2-3 tahun.
Sebagian anak dengan ASD dapat berkembang dengan normal pada tahun pertama kehidupan. Akan tetapi mengalami penurunan perkembangan bahasa yang agresif pada usia 2 tahun.
Adapun tanda atau gejala umum ASD yang bisa dikenali antara lain:
- Kontak mata yang berkurang
- Tidak merespon ketika namanya dipanggil
- Tidak melakukan interaksi dengan pengasuhnya.
- Memiliki kesulitan dalam belajar dan beberapa lainnya
- Memiliki kecerdasan yang normal atau lebih tinggi.
Karena gejala yang unik dan variatif dari setiap kasus, keparahan dari gangguan perkembangan pervasif seringkali sulit ditentukan.
BACA JUGA:
Diagnosis ASD
Diagnosis ASD merupakan tantangan tersendiri, karena tidak ada pemeriksaan yang dapat mendiagnosis kondisi ini secara pasti.
Dokter akan melakukan pemeriksaan tumbuh kembang anak berdasarkan panduan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) untuk menilai motorik kasar, halus, kemampuan bahasa, dan sosialisasi anak sejak usia 3 bulan hingga 12 tahun. Bila ditemukan keterlambatan dalam hal perkembangan otak, anak perlu diperiksa oleh dokter psikiatris, psikologis, dokter anak, dan neurologis untuk evaluasi lebih lanjut.
Spektrum autisme umumnya dapat terdeteksi pada usia 18 bulan atau lebih muda. Ketika seorang anak berusia 2 tahun, diagnosis oleh seorang profesional seperti psikolog klinis atau psikiater sangat terpercaya. Semakin cepat diagnosis penyakit ini, semakin cepat pula anak mendapatkan bantuan yang sangat ia butuhkan.
Penentuan diagnosis akan mengacu pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan pendengaran dan MRI dapat dilakukan jika terdapat indikasi.
Demikian informasi tentang gejala umum ASD. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan para pembaca setia VOI.ID.