Bagikan:

JAKARTA - Vera Lasut sedang mempersiapkan produksi film horor. Vera Lasut mengaku tak bisa meninggalkan dunia film meskipun kini juga sibuk sebagai pelukis. Produser Setan Budeg, Mati Suri, Susuk Pocong, dan Perfect House, ini mengaku sedang mengembangkan cerita baru.

"Sedang develop film baru genrenya horor. Masih dikerjakan ceritanya, tapi belum bisa dikabarkan lebih lanjut. Yang pasti akan tetap memproduksi film," tegasnya saat memamerkan lukisannya di EXPLORUPA EN DO NESIA : Rupa Kita Saat Ini, di JAYA SUPRANA SCHOOL of Performing Arts, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat, 1 Desember.

Vera Lasut selalu menyisihkan waktu untuk berkarya di bidang seni yang lain yaitu seni rupa karena lukisan baginya adalah sarana yang tepat untuk mengutarakan isi hatinya. "Buat saya mau film ataupun lukisan punya peran yang sama yaitu menyampaikan isi hati dan expresi jiwa saya pada yang menikmati karya seni saya. Jadi saya sangat senang bisa melukis," katanya.

Vera menjelakan ideologinya dalam lukisan adalah mengekpresikan perjalanan spiritual dan transformasi jiwa. Vera sendiri mulai berani pameran di tahun 2019.

"Kali ini saya berkolaborasi dengan pelukis dari komunitas PERANTARA yang artinya adalah Perupa Perantau dari Sulawesi Utara. Saya senang sekali karena nama Lasut yang saya miliki dari keturunan Mihanasa. Jadi ketika diminta kolaborasi dengan Perantara dan JAYA SUPRANA SCHOOL of Performing Arts dan MURI, langsung saya sambut antusias”, kenangnya.

Perupa yang berkolaborasi ada 6 orang yaitu: Alderin Emor Mingkid, Ken Alfrits Oroh, Rico Emor, Melky Runtu, Peggy Pesik, Vera Lasut. "Di pameran ini tempatnya eksklusif, tamunya juga, jadi saya sangat senang bisa bergabung. Mudah-mudahan ke depan bisa kolaborasi maksimal dengan perupa dari Sulawewi Utara lebih banyak lagi. Karena saya ingin kembali mengenang semangat berkarya dari Emiria Sunassa yang merupakan pelopor senirupa wanita Indonesia dari Sulaewsi Utara, yaitu sekali maju pantang mundur”, paparnya.

Dukungan dari Bapak Jaya Suprana dan Osmar Susilo selaku Direktur MURI juga sangat maksimal. "Saya memamerkan dua lukisan. Salah satunya berjudul “The Power of Ibu Pertiwi”. Dalam lukisan ini saya menitik beratkan wanita sebagai tiang bagi keluarga dengan lukisan dewi sebagai ibu pertiwi, air laut sebagai lambang Indonesia sebagai negara maritim. Mahkota di ibu pertiwi adalah lambang ibu yang kuat sepanjang masa, yaitu menjadi ratu yang bisa melakukan banyak hal dari mengurus keluarga, anak hingga bekerja. Ini yang saya gambarkan negara kita sebagai ibu pertiwi, dimanapun kita pergi tidak akan pernah lupa tanah air kita, Indonesia, memberikan yang terbaik untuk ibu pertiwi," jelasnya.

Karya tersebut mendapat sambutan hangat dari Syakieb Sungkar. "Ibu selalu mendapatkan posisi sentral dalam karya para pelukis Indonesia. Karena ia menjadi sumber kehidupan, kelahiran, dan sebagai simbol dari pelestari alam, ibu bumi, atau mother earth. Dalam karya yang berjudul The Power of Ibu Pertiwi, Vera Lasut ingin menggambarkan seorang perempuan yang menyeruak dari dasar lautan. Dari dandanan yang dikenakan mengingatkan kita bahwa perempuan itu seperti seorang ratu, Medusa, Nyi Roro Kidul, atau seorang dewi penguasa lautan," katanya.

Pelukis senior itu menambahkan bahwa kekuatan atau power ibu pertiwi diperlihatkan dari tangan yang dapat menjelma seekor naga merah yang meliuk menuju bagian atas dari kanvas. "Melalui goresan ekspresif dengan tekstur yang tebal, naga itu terlihat hidup karena kombinasi warna merah jambu dan merah darah membentuk volume dan gerak yang plastis dari sang naga. Sentuhan warna emas memberikan aksentuasi yang memperkuat gestur kepala dari naga," paparnya.