JAKARTA - ART-DONK menghadirkan puluhan perupa dari enam provinsi berbeda di Pulau Jawa. Pameran seni rupa ini diselenggarakan di Balai Budaya Jakarta sejak 5-9 Agustus.
Dari puluhan perupa yang memamerkan karya-karyanya, lukisan dari dua perupa perempuan, Astuti Kusumo dan Vera Lasut cukup menarik perhatian. Keduanya membawa nilai-nilai yang menjadi concern bagi perempuan dalam lukisannya.
Perupa perempuan asal Yogyakarta, Astuti Kusumo menghadirkan salah satu karyanya yang berjudul Srikandi Spektakuler. Ia menghadirkan sosok penari dalam karyanya yang didominasi warna hijau.
“Bagi saya sebagai perupa tidak semata mata hanya membangun jati diri semata namun sudah menjadi tanggung jawab bagi perupa dengan kemampuan daya kritisnya menumbuhkan kepekaannya dalam menyikapi segala permasalahan dalam ruang seni maupun ekosistem diluar lingkup seni itu sendiri ungkap Astuti Kusumo di Menteng, Jakarta Pusat pada Sabtu, 5 Agustus.
Lebih lanjut Astuti Kusumo merasa kehadirannya dalam ART-DONK bersama teman teman perupa lainnya menjadi sebagai satu kehormatan dan kebanggaan untuk dapat mengapresiasikan karyanya dengan tanpa meninggalkan akar kebudayaan lokal dan tentu saja tanpa meninggalkan landasan landasan spritual dalam berkesenian seperti semangat gotong royong, saling menyangga saling sapa aruh dan sebagainya ini merupakan modal yang kuat untuk turut membangun seni di hari ini.
"Dalam lukisan saya yang berjudul Srikandi Spektakuler saya ingin bertutur bahwa Sebuah gerak Peradaban Dunia dari zaman ke zaman sesungguhnya tercermin dalam gerak dinamis para penari . Bagi saya sebagai pelukis yang concern melukis on the spot baik di alam terbuka maupun figure figure penari merupakan sebuah bagian dari dokumentasi visual yang menjadikan gerak dinamis dalam seni tari ini menjadi abadi. Setidaknya Abadi sebagai bagian dari sejarah dan budaya Jawa sebagai saksi dari peradaban Dunia yang menjadi landasan agar dapat senantiasa kita jaga dan kita tumbuh kembangkan dan kita selaraskan sesuai dengan kemajuan jaman," kata Astuti Kusumo
Sebagai perupa yang sudah banyak menggelar pameran tunggal, Astuti Kusumo berharap bersama sama para perupa yang terlibat dalam pameran ini bisa saling bersinergi dengan perupa perupa baru demi kemajuan senirupa hari ini .
Adapun, salah satu perupa baru yang ikut berpartisipasi adalah Vera Lasut. Dikenal sebagai aktris yang kemudian menjadi produser film, ia mulai aktif melukis dan mengikuti pameran sejak tahun 2019 lalu.
Pada kesempatan kali ini, Vera Lasut menghadirkan dua karyanya yang berjudul “Numinous”- sebuah ledakan energi transformasi jiwa, dan “The Puppet Master” menurut Vera akan karya “Numinous”- setiap jiwa yang ada di dunia ini pasti apada akhirnya harus kembali menemukan diri sejati mereka masing- masing, dan dimana mereka mencapai tahap transformasi ini akan membuat jiwa mereka menjadi selaras akan tujuan penciptaanya.
Karyanya yang kedua adalah, The Puppet Master dibuat Vera Lasut untuk melambangkan cinta seorang ibu terhadap bayi yang dilahirkannya.
“sebenarnya ini cinta kasih seorang ibu yang pastinya sangat mentayangi anaknya, namun berlebihan. Jadi, anaknya itu malah menjadi boneka kesayangan ibunya,” katanya.
Vera Lasut merasa bahwa cinta kasih seorang ibu terhadap anak haruslah tanpa batas, dan membiarkan anaknya tumbuh dan bebas berekspresi sesuai jiwa anak itu. Pemikirannya itu pun digambarkan melalui karya lukisan yang dipamerkan.
BACA JUGA:
“Terkadang kita harus menyadari cinta seperti apa yang kita berikan ke anak. Kita mungkin terpikir untuk selalu memberikan yang terbaik buat mereka, tapi yang terbaik itu harus tetap membebaskan mereka untuk menjadi diri sendiri,” tutur Vera Lasut.
Meski masih disibukkan dengan pekerjaannya sebagai produser film, Vera Lasut selalu menyisihkan waktu untuk berkarya. Ia punya harapan besar bagi karya-karya lukisan buatannya. Ia berharap akan menggelar pameran tunggal di masa depan.
“Aku kedepannya mudah-mudahan bisa pameran tunggal sendiri. Yang aku harapkan dari lukisan itu aku bisa cerita tentang apa saja ke orang-orang yang melihat lukisanku di pameran. Karena lukisan itu kan bisa juga sebagai media kita menaruh cerita tentang kehidupan dan ekspresi perasaan kita,” tandas Vera Lasut.