YOGYAKARTA – Diet intermittent dilakukan dengan membagi waktu sehari berpuasa dan sedikit waktu untuk jam makan. Peneliti melaporkan, puasa intermittent atau diet intermittent, sama efektifnya untuk menurunkan berat badan sekaligus aman untuk penderita diabetes tipe 2 dalam mengurangi asupan kalori sehingga membantu mengontrol gula darah.
Penelitian diterbitkan akhir bulan lalu, 27 Oktober dalam jurnal JAMA Network Open dilansir Medical News Today, Selasa, 7 November. Dalam penelitian tersebut, partisipan makan hanya antara siang hingga jam 8 malam yang dilakukan selama 6 bulan dan mereka mengalami penurunan berat badan lebih banyak. Mereka secara umum asupan kalorinya berkurang hingga 25 persen. Baiknya lagi, partisipan mengalami penurunan kadar gula darah jangka panjang yang diukur dengan tes hemoglobin A1C.
Penelitian tersebut membagi 75 partisipan menjadi tiga kelompok, mereka yang mengikuti aturan makan dengan batasan waktu, mereka yang mengurangi kalori, dan kelompok kontrol. Selama 6 bulan, para peneliti mengukur berat badan peserta, lingkar pinggang, kadar gula darah, dan indikator kesehatan lainnya. Krista Varady, Ph.D., penulis penelitian dan profesor kinesiologi dan nutrisi di Universitas Illinois Chicago mengatakan, kelompok yang dibatasi waktu makan ternyata lebih mudah dibandingkan orang dalam kelompok yang mengurangi kalori.
Para peneliti mengatakan, mereka yakin hal ini karena biasanya dokter akan merekomendasikan penderita diabetes tipe 2 untuk mengurangi kalori sebagai tindakan pertama. Peserta penelitian yang dibatasi waktu tidak diinstruksikan untuk mengurangi kalori. Tetapi tetap melakukan diet intermittent dengan makan dalam jangka waktu tertentu.
“Studi kami menunjukkan bahwa makan dengan batasan waktu mungkin menjadi alternatif yang efektif dibandingkan diet tradisional bagi orang-orang yang tidak bisa melakukan diet tradisional atau kelelahan. Bagi banyak orang yang mencoba menurunkan berat badan, menghitung waktu lebih mudah daripada menghitung kalori,” jelas Varady.
Selama makan terkontrol 6 bulan, peneliti mengatakan tidak ada peserta yang mengalami penurunan kesehatan serius. Penurunan dan peningkatan kadar gula darah, tidak terjadi secara signifikan. Penelitian yang masih berskala kecil ini, perlu dilanjutkan dengan skala lebih besar. Tujuannya untuk menemukan cara tepat bagi penderita diabetes tipe 2 mengelola kadar gula darahnya. Bagi penderita diabetes tipe 2, sebelum melakukan diet intermittent, disarankan konsultasi terlebih dahulu pada dokter.
“Selama periode puasa ini, kadar insulin menurun, memungkinkan sel menjadi lebih reseptif terhadap insulin saat pola makan dilanjutkan. Peningkatan sensitivitas ini membantu mengatur kadar gula darah dengan lebih efektif, mengurangi risiko lonjakan dan penurunan berbahaya yang biasa terjadi pada diabetes,” jelas Kevin Huffman, dokter beriatrik yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
BACA JUGA:
Puasa intermittent juga mendorong penurunan berat badan yang penting dilakukan penderita diabetes tipe 2. Karena obesitas berkaitan dengan sensitivitas insulin dan kontrol glikemik yang buruk, maka penting untuk menurunkan berat badan normal. Diet intermittent, biasanya fase puasa berlangsung selama 12 hingga 14 jam atau lebih. Ketika puasa ini, tubuh menggunakan simpanan lemak dan cadangan energi sebagai bahan bakar sehingga mendorong penurunan berat badan.
Selama puasa, tubuh juga menumbuhkan kebiasaan makan yang sehat. Manfaatnya baik untuk fleksibilitas metabolism, sensitivitas insulin, pengendalian peradangan, dan berkontribusi meregulasi glikemik hingga penurunan berat badan.
Meskipun bermanfaat baik dan efektif, ahli gizi terdaftar, Ro Huntriss memperingatkan harus mempertimbangkan risiko terkait waktu puasa dan jam makan. Ini karena penderita diabetes harus minum resep obat, maka harus dipertimbangkan waktu makan dan minum obat supaya kadar gula darah tidak drop. Maka ia menyarankan, konsultasi terlebih dahulu sebelum menjalani diet intermittent bagi penderita diabetes tipe 2.