Bagikan:

JAKARTA - Salah satu penyakit yang paling sering menyebabkan kematian di Indonesia adalah TBC atau tuberkulosis. Infeksi TBC umumnya menyerang paru-paru. Namun, bakteri TB juga dapat menyebar ke organ lain, terutama selaput pembungkus paru atau pleura, kelenjar getah bening, dan usus.

Antara TB paru dan TB getah bening, TB usus memang yang paling jarang terdengar. Tapi, ini merupakan jenis TB paling mematikan. TB usus adalah kondisi dimana bakteri Mycobacterium Tuberculosis menginfeksi perut, selaput rongga perut, hingga usus. Penyebaran bakteri TB ke dalam organ perut bisa melalui darah, getah bening, atau juga dahak yang tertelan. 

Orang yang berisiko terkena penyakit ini adalah mereka yang memiliki daya tahan tubuh rendah, kekurangan gizi, diabetes, atau HIV.

Gejala TB usus agak susah dibedakan dengan penyakit usus lainnya, seperti kanker usus dan usus buntu. Namun, umumnya penyakit ini dapat dikenali melalui beberapa gejala yaitu sakit perut, demam, berat badan menurun, konstipasi, diare, pembesaran hati dan limpa, serta bercak darah saat BAB.

Jika tidak segera ditangani, TB usus dapat menyebabkan penyumbatan usus dengan gejala berupa tegang perut, benjolan di perut, hingga muntah.

Tidak seperti TB paru yang mudah diobati, pengobatan TB usus masih menimbulkan perdebatan hingga kini. Sedikitnya jumlah studi yang meneliti pengobatan penyakit ini mengakibatkan tim medis kesulitan menentukan jenis obat yang tepat untuk penyembuhan TB usus. 

Meski begitu, melansir dari laman klikdokter, Kamis, 11 Februari, secara garis besar pengobatan TB usus dapat dilakukan dengan dua hal, yaitu:

Mengonsumsi obat antituberkulosis (OAT)

Obat anti-TB yang digunakan untuk penyembuhan TB usus yaitu obat antibiotik untuk TB paru. Misalnya, rifampicin, isoniazid, pyrazinamide, dan ethambutol. Agar penyakit ini dapat benar-benar hilang dari tubuh, diperlukan pengobatan sekitar tingga hingga enam bulan.  Pengobatan lebih dari enam bulan hanya dilakukan jika kasus TB usus disertai komplikasi.

Operasi

Tindakan operasi perlu dilakukan jika TB usus menyebabkan masalah lain seperti perforasi (lubang), adhesi (perlekatan), fistula, perdarahan, dan obstruksi (penyumbatan) usus.

Jika Anda memiliki riwayat atau berisiko besar terkena TBC, sebaiknya rajin lakukan pemeriksaan rutin untuk memastikan bahwa Anda benar-benar terbebas dari penyakit ini.

Jika Anda telah mengonsumsi OAT dan dinyatakan sembuh dari TB usus, tapi masih merasa tidak nyaman di sekitar perut, disertai dengan nyeri, mual, dan muntah, maka sebaiknya periksakan kembali diri Anda ke dokter. Hal ini mungkin disebabkan oleh penyempitan atau perlekatan usus setelah terapi lanjutan. 

Mengingat penyakit ini cukup berbahaya dan dapat menular, Anda wajib melakukan upaya pencegahan seperti vaksin BCG, melakukan perawatan dini jika muncul gejala TBC, serta menghindari kontak erat dengan orang sekitar agar tidak menularkan penyakit ini.