5 Cara Mendisiplinkan Perilaku Anak dengan Konsekuensi Positif dan Negatif
Ilustrasi (Rdne Stock Project/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Ketika sebagian besar orang tua memikirkan konsekuensi bagi anak-anak, mereka biasanya membayangkan konsekuensi negatif, seperti time out atau larangan bermain gim. Walaupun konsekuensi negatif berperan penting dalam mengubah perilaku anak, konsekuensi positif juga merupakan alat disiplin yang efektif.

Jika digunakan secara bersamaan, dampak konsekuensi tersebut akan mengubah perilaku anak selama digunakan secara konsisten. Gunakan konsekuensi positif untuk memperkuat perilaku baik dan menerapkan konsekuensi negatif untuk mencegah perilaku buruk.

Cara Menggunakan Konsekuensi Positif

Perilaku baik seringkali luput dari perhatian. Namun memperkuat hal-hal baik dengan konsekuensi positif akan mendorong anak terus melakukan perbuatan baik tersebut.

Memberi konsekuensi positif pada anak tak harus berupa memberikan hadiah setiap kali mereka membantu Anda mengerjakan pekerjaan rumah. Ada banyak cara memperkuat perilaku yang baik dengan memberi konsekuensi positif. Berikut contohnya;

Perhatian positif: Berbicara dengan anak-anak, bermain dengan mereka, dan kenali anak lebih dalam dapat mendorong mereka untuk terus melakukan hal baik.

Pujian: Katakan hal-hal seperti, "Kamu menjadi penolong yang baik hari ini" atau "Ayah/Ibu sangat suka cara kamu bermain dengan tenang dengan balok-balokmu."

Imbalan nyata: Imbalan dapat mencakup hak istimewa sehari-hari seperti waktu menonton TV atau dapat berupa memperoleh hal-hal baru, seperti jalan-jalan ke taman. Sistem ini bisa menjadi cara yang sangat efektif memperkuat perilaku baik anak.

Cara Menggunakan Konsekuensi Negatif

Saat menggunakan konsekuensi negatif, pastikan bahwa konsekuensi yang Anda pilih benar-benar dapat menghalangi perilaku anak. Misalnya, melarang nonton TV tidak akan menjadi konsekuensi yang efektif jika anak Anda menggunakan laptop untuk menonton acara online.

Meskipun beberapa anak mungkin merindukan TV, yang lain mungkin tidak keberatan sama sekali jika hak istimewa menonton TV dicabut. Akibatnya, konsekuensi negatif harus spesifik pada anak Anda. Berikut beberapa contoh pemberian konsekuensi negatif.

Konsekuensi logis: Konsekuensi logis berhubungan langsung dengan perilaku buruk. Misalnya, jika anak tidak menggunakan sepedanya dengan baik, maka ambillah sepedanya.

Mengabaikan: Jika anak menunjukkan perilaku mencari perhatian, seperti tantrum, maka coba abaikan perilaku tersebut.

Time-out: Menempatkan anak dalam waktu hening yang singkat dapat mencegah mereka melakukan kesalahan lagi.

Tanggung jawab tambahan: Memberikan tugas tambahan dapat menjadi konsekuensi yang efektif.

Hindari Menghargai Perilaku Buruk

Terkadang, orang tua secara tidak sengaja justru memperkuat perilaku negatif. Sayangnya, hal ini dapat memperburuk masalah perilaku. Misalnya dengan memohon-mohon anak yang pemilih makanan untuk “melahap satu suapan makanannya lagi” atau meminta si kecil “berhenti merengek”. Tanpa disadari perbuatan-perbuatan ini justru membuat anak mengulangi perilaku-perilaku tersebut.

Oleh karena itu, pujilah perilaku yang baik dan abaikan beberapa perilaku buruk yang sifatnya ringan. Dan ketika anak melanggar peraturan, berikan konsekuensi negatif. 

Saat menerapkan konsekuensi, penting bersikap tenang dan konsisten, terutama jika Anda menggunakan konsekuensi negatif. Gunakan nada netral. Jelaskan konsekuensinya kepada anak dan mengapa dia berhak mendapat konsekuensi. Bicarakan tentang peraturan dan perilaku anak.

Tujuannya agar anak belajar mengubah perilakunya ketika dihadapkan pada situasi tersebut lagi. Sementara itu, carilah peluang melihat anak melakukan sesuatu yang baik dan kemudian perkuat hal ini dengan konsekuensi positif. Dengan menerapkan kedua strategi tersebut, Anda akan menemukan bahwa mendisiplinkan anak tidaklah sesulit yang dibayangkan.