Bagikan:

JAKARTA - Belakangan ini Anda mungkin sudah tidak asing dengan istilah guilty pleasure. Istilah yang berasal dari Bahasa Inggris ini biasa dipakai untuk menggambarkan perasaan senang ketika seseorang melakukan kesalahan.

Bisa dikatakan bahwa guilty pleasure merupakan sesuatu yang menyenangkan namun juga menimbulkan perasaan bersalah di sisi lain. Dilansir dari Psychology Iresearchnet, Selasa, 26 September, guilty pleasure adalah kegiatan yang memberikan efek positif dalam jangka pendek bagi seseorang, tetapi memiliki konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Istilah guilty pleasure ini sebenarnya sudah ada sejak sekitar tahun 1700-an, namun beberapa waktu ini guilty pleasure pun menjadi viral dan ramai diperbincangkan di media sosial.

Dilansir dari berbagai sumber, para psikolog mengatakan bahwa perasaan bersalah dari guilty pleasure terjadi akibat norma sosial yang membuat kita mau tidak mau berpatokan terhadap suatu peraturan yang ada. Meski begitu, guilty pleasure pada tiap-tiap orang tentu tidaklah sama. Pasalnya, tiap individu memiliki prinsip dan boundaries-nya masing-masing, sehingga hal tersebut juga memengaruhi bagaimana guilty pleasure ini berlaku pada diri seseorang.

Guilty pleasure dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif tergantung dengan bagaimana individu menyikapinya. Jika Anda berfokus terhadap perasaan bersalah Anda secara berlarut-larut, hal tersebut tentu tidak baik bagi mental dan kesehatan Anda. Namun jika Anda menjadikan perasaan bersalah tersebut sebagai salah satu hal positif justru dapat menghindarkan Anda dari pikiran negatif atas suatu perilaku dan tindakan sehingga membuat Anda bisa merasa lebih baik.