<i>Self-Harm</i> atau Keinginan Menyakiti Diri dan Bagaimana Cara Mengatasinya
Ilustrasi Self-Harm (Pixabay/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Self-harm merupakan salah satu perbuatan yang dianggap sebagai cara alternatif dalam menyelesaikan masalah. Tindakan ini dapat muncul secara impulsif dengan maksud bukan untuk menyakiti diri sendiri, melainkan menghilangkan perasaan yang menjadi alasan perbuatannya.

Sifat dari tindakan ini bisa bertujuan untuk suicide maupun non-suicidal, baik itu dilakukan secara fisik maupun memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup. Namun, tentunya self-harm bukan perilaku tepat. Keputusan seseorang dalam melakukan tindakan ini dilakukan bukan secara rasional, melainkan emosional.

Dilansir dari laman HerWorld, Kamis, 4 Februari, seorang psikiater dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ, mengatakan bahwa saat seseorang melakukan tindakan ini, sebenarnya ia ingin mengalihkan rasa sakit yang dirasakan secara emosional menjadi nyata dalam bentuk fisik. 

Tersalurnya rasa sakit setelah cutting, head banging, atau memukul dada membuat seseorang merasa lega seakan permasalahan yang dialaminya terselesaikan.

Sebenarnya tindakan itu merupakan bentuk penolakan dalam mengakui dan menghadapi kondisi yang sebenarnya sedang dialami. Perilaku self-harm ini intensitasnya dapat meningkat seiring dengan perasaan emosi. 

Awalnya, pelaku dapat menyakiti diri dimulai dari hal kecil, seperti menjepretkan karet ke pergelangan tangan, hingga skala besar seperti menyayat tubuh dengan benda tajam.

Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi self-harm pada diri sendiri adalah memberikan waktu sejenak untuk merasakan, mengakui, dan mengenali emosi yang sedang dirasakan, apakah itu rasa senang, sedih, marah, takut, atau kecewa.

Setelah itu, kenali perasaan lebih dalam dengan menjawab apa yang Anda butuhkan dan lakukan dengan penuh belas kasih. Perlu disadari juga bahwa masa-masa sulit akan selalu ada dalam kehidupan sehingga rasa sayang untuk diri sendiri harus lebih besar, terutama dalam situasi pandemi saat ini.

Jika tindakan ini terjadi pada orang terdekat, Anda tidak dapat mengontrolnya. Namun, dapat diusahakan dengan tidak membiarkan orang tersebut sendirian.

Upayakan untuk selalu keep in touch dan mengajak anggota keluarga atau orang-orang terdekatnya bekerja sama sebagai salah satu cara menunjukkan kepedulian. Serta selalu siap sedia untuk mendengarkan jika mereka sudah siap untuk bercerita.