Viral Ibu Buang Bayi di Rel Kereta Api Diduga Idap Baby Blues Syndrome, Kenali Gejala serta Penanganannya
Ilustrasi (Sarah Scah/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Beredar video viral di media sosial yang memperlihatkan seorang ibu yang hendak membuang bayinya di peron Stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Beruntung, salah satu petugas kereta api berhasil mencegah wanita tersebut melakukan aksinya. Video itu pun sontak ramai dengan komentar netizen yang menduga wanita tersebut mengalami baby blues syndrome. 

Baby blues syndrome adalah kumpulan perasaan seperti kesedihan, kecemasan, stres, dan perubahan suasana hati yang terjadi beberapa hari setelah seorang ibu melahirkan.

Dilansir dari AI-Care.id, Selasa, 5 September, penderita baby blues biasanya akan mengalami perubahan suasana hati, menjadi lebih sering menangis, sering merasa cemas tanpa alasan yang jelas, dan kesulitan tidur. Selain itu, pengidap baby blues dapat merasa tertekan pada saat berharap akan merasa bahagia setelah memiliki bayi.

(Mateusz Dasch/Pexels)

Baby blues syndrome umumnya terjadi sekitar dua hingga tiga hari pertama setelah melahirkan, dan dapat berlangsung hingga dua minggu. Akan tetapi, jika Anda mengalami proses persalinan yang sangat sulit, Anda mungkin akan mengalami gejala baby blues syndrome lebih cepat. Sekitar 80 persen atau sebanyak 4 dari 5 ibu yang baru melahirkan akan mengalami gejala baby blues selama periode waktu singkat. Meski baby blues menimbulkan perasaan tidak menyenangkan, kondisi ini biasanya mereda dalam waktu dua minggu tanpa pengobatan.

Penyebab baby blues belum diketahui secara pasti saat ini. Akan tetapi, kejadian ini sering dikaitkan dengan perubahan pada fisik dan emosional seorang ibu. Tingkat hormon estrogen dan progesteron (hormon reproduksi wanita) meningkat sepuluh kali lipat selama kehamilan tetapi akan mengalami penurunan tajam setelah melahirkan.

Pada tiga hari setelah persalinan, kadar hormon-hormon ini turun kembali ke tingkat sebelum hamil. Perubahan hormonal inilah yang dapat menghasilkan perubahan kimiawi di otak yang mengakibatkan timbulnya baby blues. Selain itu, perubahan emosional yang terkait dengan memiliki bayi juga menciptakan peningkatan risiko baby blues.

Gejala baby blues biasanya mulai muncul dua hingga tiga hari setelah bayi lahir. Pada sebagian besar kasus, baby blues syndrome hilang dengan sendirinya, biasanya dalam 10 hari tetapi terkadang hingga 14 hari setelah persalinan. Gejala baby blues yang dirasakan dapat bervariasi antar individu, meliputi:

  • Merasa cengeng atau mudah menangis karena masalah kecil
  • Mengalami perubahan suasana hati dengan cepat tanpa alasan yang jelas atau menjadi sangat mudah tersinggung
  • Merasa tidak terikat dengan bayi Anda
  • Kehilangan bagian dari kehidupan lama Anda, seperti kebebasan untuk pergi keluar dengan teman-teman
  • Khawatir atau merasa cemas tentang kesehatan dan keselamatan bayi Anda
  • Merasa gelisah atau mengalami insomnia (sulit tidur), meskipun Anda merasa kelelahan
  • Mengalami kesulitan membuat keputusan yang mudah atau tidak dapat berpikir jernih
  • Tidak ingin makan atau merawat diri sendiri karena kelelahan
  • Merasa kewalahan dalam mengurus bayi
  • Ketidaksabaran

Di masa transisi ini, sangat wajar bila Anda membutuhkan waktu menyesuaikan diri dengan rutinitas baru. Berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan bila sedang mengalami baby blues:

(Polina Tankilevitch/Pexels)

Tidur cukup

Bila Anda berpikir mustahil untuk mendapatkan tidur cukup, dengarkan nasehat teman-teman yang lebih dahulu berpengalaman dengan anak pertama, tidurlah saat bayi Anda tidur!

Tak apa untuk membiarkan cucian menumpuk atau lantai yang belum disapu, cukupkan istirahat Anda dan pulihkan terlebih dahulu energi Anda. Ketika tubuh sudah mendapatkan kembali energinya, Anda dapat kembali menyelesaikan tugas yang belum sempat dilakukan.

Makan makanan bergizi

Berikan tubuh Anda makanan bergizi yang dapat menjadi "bahan bakar" bagi tubuh untuk mengurus bayi dan rumah. Tidak perlu takut atau membatasi makanan ini dan itu, pastikan saja Anda tetap kenyang sehingga Anda punya energi ketika tiba-tiba si kecil tidak ingin jauh dari Anda.

Minta bantuan

Apabila Anda merasa kewalahan antara mengurus bayi dan rumah, bicarakan hal ini dengan pasangan. Minta agar dia lebih banyak terlibat dalam urusan domestik rumah tangga serta mengurus kebutuhan Anda dan bayi. Kerja sama yang baik antara Anda dan pasangan akan membantu Anda melewati masa transisi agar tidak merasa semua beban diletakkan pada bahu Anda.

Mencari teman bicara

Apabila Anda seringkali tiba-tiba merasa sedih, cari teman untuk berbicara. Tak harus seorang terapis, Anda juga bisa membicarakan ketidaknyamanan yang Anda rasakan dengan keluarga atau sahabat yang tidak akan semakin menyudutkan Anda. Cari sahabat yang dapat memberikan dukungan dan semangat sehingga Anda dapat melewati masa transisi dengan baik.