YOGYAKARTA – Hampir semua orang pernah merasakan punya jerawat di wajah. Meski menjengkelkan dan menggemaskan, penting untuk mengetahui apa penyebab jerawat yang muncul berkala. Banyak faktor yang bisa memicu jerawat tumbuh. Seperti karena perubahan hormon dan penumpukan bakteri pada pori-pori. Lantas apa bedanya kedua jerawat tersebut? Berikut penjelasan lengkap dokter kulit secara lengkap.
Jerawat hormon
Seperti namanya, jerawat hormon dipicu oleh fluktuasi hormon yang terjadi pada kurun waktu tertentu sepanjang hidup. Seperti ketika ovulasi, menstruasi, kehamilan, menopause, atau ketika Anda mengalami kondisi medis tertentu misalnya PCOS (Polycystic Ovary Syndrome).
Jerawat hormon mungkin dikenali dari bentuknya. Seringkali muncul sebagai kista merah tua dan lunak. Biasanya muncul di bagian bawah wajah, khususnya pada sepanjang garis rahang, dagu, leher, atau pipi. Menurut Azadeh Shirazi, MD., dokter kulit bersertifikat dilansir Byrdie, Senin, 26 Juni, selain karena perubahan hormon dalam siklus bulanan perempuan, jerawat hormon juga disebabkan oleh kepekaan kulit terhadap hormon dominan laki-laki, disebut androgen.
Hormon androgen merangsang kelenjar minyak untuk memproduksi minyak secara berlebihan. Ini memberi makan bakteri penyebab jerawat sehingga tumbuh berlebihan dan menyumbat pori-pori.
Jerawat bakteri
Jerawat bakteri disebabkan oleh kombinasi pertumbuhan bakteri berlebihan, pembengkakan, dan peningkatan produksi sebum. Shirazi menjelaskan, jerawat bakteri merupakan reaksi inflamasi yang mengelilingi pori-pori dan folikel rambut. Penyebabnya ialah kombinasi bakteri dan faktor lainnya.
“Organisme jamur dan bakteri adalah penghuni kulit normal. Mereka membentuk mikroba kulit alami, sama seperti mikroflora pada usus sistem pencernaan. Ketika mikrobioma tidak seimbang, akan memicu jerawat,” jelas Shirazi.
Perbedaan jerawat hormon dan jerawat bakteri
Untuk mengenali perbedaan jerawat hormon dan jerawat bakteri, Anda perlu mengidentifikasi kapan jerawat muncul paling parah. Jika jerawat kambuh pada titik-titik tertentu selama siklus menstruasi, maka ini menandai hormon tidak seimbang. Anna Chachon, dokter kulit bersertifikat berbasis di Miami, menjelaskan bahwa jerawat hormon bisa diperparah paparan bakteri.
Dalam mengenali perbedaan antara jerawat hormon dan jerawat bakteri, kenali pula tekstur, bentuk, dan di mana tempatnya tumbuh. Lebih baik lagi, temui dokter kulit sehingga mendapatkan pemeriksaan menyeluruh dan mempelajari riwayat kesehatan Anda.
BACA JUGA:
Mengobati jerawat baik karena hormon maupun bakteri, sebenarnya hampir sama. Tetapi untuk mengobati jerawat hormon, diperlukan identifikasi lebih lanjut. Misalnya pemakaian kontrasepsi hormon yang secara langsung mungkin memengaruhi ketidakseimbangan hormon Anda. Kalau secara keseluruhan, mengobati jerawat perlu melakukan perawatan secara konsisten. Ditambah lagi, tetap kenakan pelembap dan skincare yang berlabel non-komedogenik serta menjalani gaya hidup sehat.