YOGYAKARTA – Kebosanan dirasakan ketika tidak melakukan apa-apa dan dipandang sebagai keadaan emosional yang tidak menyenangkan di mana merasakan kurang minat atau sulit berkonsentrasi. Oleh Elizabeth S. Goldstein dalam Experience Without Qualities: Boredom and Modernity, kebosanan dikaitkan dengan persepsi eksistensial tentang kesia-siaan hidup.
Hampir setiap orang yang merasakan kebosanan, merasa menderita dalam perjalanan hidup. Menurut survey dilansir Psychology Today, Rabu, 21 Juni, perkiraan antara 30 sampai 90 persen orang dewasa Amerika mengalami kebosanan dalam beberapa titik kehidupan sehari-hari mereka. Pria umumnya lebih mudah bosan daripada wanita. Søren Kierkegaard, seorang filsuf eksistensialis, mengatakan bahwa kebosanan adalah akar dari kejahatan. Berikut, beberapa penyebab utama kebosanan yang jarang diketahui.
1. Pikiran monoton
Kebosanan mirip dengan kelelahan mental yang disebabkan pengulangan dan kurang minat pada detail tugas. Setiap pengalaman yang dapat diprediksi dan berulang jadi membosankan. Secara umum, terllau banyak hal yang sama sedikit memberi stimulasi pikiran. Jadi, kebosanan bisa karena pikiran monoton dan tidak memiliki keinginan bahkan minat.
2. Kurangnya tantangan
Mengerjakan tugas yang terlalu mudah dan kurang tantangan juga membuat seseorang mudah merasa bosan. Ini terjadi ketika tugas memiliki tujuan jelas dan mendapatkan umpan balik langsung. Jadi, apakah Anda mudah bosan dalam rutinitas kerja Anda? Mungkin saatnya mencari tantangan baru.
3. Kebutuhan akan kebaruan
Seperti yang dipaparkan di atas, seseorang butuh kebaruan, kegembiraan, dan variasi. Kalau tidak, mungkin berisiko mengalami kebosanan. Ini seringkali dialami oleh ekstrovet, yang mana mereka perlu kebaruan dan tantangan untuk menghilangkan kebosanan.
4. Mengalami masalah perhatian
Pernahkan merasakan bahwa bosan sering datang ketika kita tak memperhatikan sepenuhnya situasi yang dialami? Orang yang tak benar-benar memperhatikan, mungkin akan merasakan kebosanan. Kalau dalam kondisi mental, orang dengan masalah perhatian kronis seperti gangguan perhatian-defisit hiperaktif, memiliki kecenderungan kebosanan yang tinggi.
5. Kesadaran emosional
Orang yang kurang kesadaran diri, terang Shahram Heshmat, Ph.D., associate profesor emeritus kesehatan ekonomi di University of Illinois, lebih rentan terhadap kebosanan. Seseorang yang bosan tidak dapat mengartikulasikan apa yang mereka inginkan atau ingin lakukan. Mereka kesulitan menggambarkan perasaan mereka. Bahkan, ketidakmampuan untuk membuat seseorang bahagia juga dapat menyebabkan kebosanan eksistensial yang lebih mendalam.
6. Kurang terampil menghibur batin
Ini mengapa penting sekali mengenal diri dan selalu mengembangkan keterampilan tertentu. Karena seseorang yang kekurangan summber daya batin untuk mengatasi kebosanan secara konstruktif akan bergantung pada rangsangan eksternal. Oleh karena itu, kalau terampil mencari penghiburan diri, maka kebosanan lebih jarang dirasakan.
7. Kurang otonomi
Orang sering merasa bosan ketika mereka merasa terjebak. Merasa terjebak adalah bagian besar dari kebosanan. Artinya, terkekang sehingga kehendaknya tak dapat dilaksanakan, bisa menyebabkan kebosanan.
BACA JUGA:
8. Budaya juga berperan menyebabkan kebosanan
Kebosanan secara hargiah tidak ada sampai akhir abad ke-18. Itu muncul keitka Abad Pencerahan, yang terkait dengan Revolusi Industri. Di awal sejarah manusia, mayoritas orang menghabiskan sebagian besar hari mereka untuk mendapatkan makanan, tempat tinggal, dan kebosanan tak masuk referensi keseharian mereka. Jadi, ketika Anda berada di lingkungan yang monoton, bekerja tanpa tantangan baru, maka kebosanan bisa mengintai setiap waktu.
Penting dicatat, bahwa kebosanan juga bermanfaat untuk motivasi dalam bertindak. Dengan mengenali apa yang menyebabkan Anda bosan saat ini, maka saatnya mulai merefleksikan dan perlu segera mengambil tindakan agar tak lagi buang-buang waktu.