Bagikan:

JAKARTA - WHO belum lama ini menyatakan bahwa pandemi telah usai. Namun, kesehatan tetap menjadi hal terpenting yang harus dijaga dalam hidup. Asuransi menjadi salah satu cara untuk memproteksi diri dan keluarga dari permasalahan kesehatan.

Data OJK menunjukkan bahwa tingkat penetrasi asuransi di Indonesia pada 2021 baru mencapai 3,18%, yang terdiri dari penetrasi asuransi sosial 1,45%, asuransi jiwa 1,19%, asuransi umum 0,47%, dan sisanya asuransi wajib. Dari sisi pertumbuhan pendapatan premi sektor asuransi periode Januari sampai dengan November 2022 mencapai Rp280,24 triliun atau dapat dinyatakan tumbuh stagnan dengan pertumbuhan hanya sebesar 0,44% dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan hasil Survey Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022, yang menunjukkan tingkat inklusi asuransi mengalami peningkatan kurang signifikan dari 13,15% di tahun 2019 menjadi 16,63% di tahun 2022. Kurang pesatnya pertumbuhan sektor asuransi dapat disebabkan oleh rendahnya penggunaan dan kepercayaan masyarakat terhadap produk asuransi.

Hal ini dikarenakan permasalahan yang sering muncul di sektor asuransi berupa proses klaim yang sulit, premi yang tidak terjangkau oleh seluruh kalangan, kurangnya akses masyarakat untuk mendapatkan produk asuransi dan potensi gagal bayar.

Kondisi tersebut menjadi tantangan besar bagi pelaku industri asuransi agar dapat mengubah kondisi sulit di masa transisi paska pandemi menjadi sebuah peluang untuk tumbuh kembali. Indikator potensi industri asuransi bisa kembali tumbuh dapat terlihat dari peningkatan literasi sektor asuransi yang menurut hasil SNLIK tahun 2022 mengalami peningkatan signifikan dari sebesar 19,40% di tahun 2019 menjadi 31,72% di tahun 2022.

Dengan kondisi tersebut banyak perubahan dan tantangan yang harus dihadapi saat ini, terutama di industri asuransi. Underwriting sebagai unit terdepan perusahaan asuransi dalam mengelola risiko harus memiliki bekal yang cukup dan relevan terhadap tuntutan masa setelah pandemi.

Ketua Perkumpulan Underwriter Jiwa Indonesia (PERUJI), Radix Yunanto mengungkapkan bahwa asuransi merupakan salah satu pilar ekonomi yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Sehingga butuh kolaborasi dan semangat yang sama antara pelaku asuransi di Indonesia untuk menumbuhkan kembali industri ini. Salah satu kunci penting dalam perusahaan asuransi jiwa adalah proses underwriting.

“Melalui proses underwriting yang baik dan benar, masyarakat akan mendapatkan produk asuransi yang tepat dengan beban premi yang sesuai dengan risiko yang dimiliki. Sehingga tercipta keadilan dalam pembebanan premi bagi perusahaan asuransi dan juga nasabah. Hal ini tentunya akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk asuransi dan dapat menumbuhkan kembali industri ini ke arah positif," ujar Radix Yunanto dalam rilis yang diterima VOI, Rabu, 17 Mei.

Dalam rangka meningkatkan profesionalisme, pengetahuan dan keterampilan Underwriter, PERUJI memfasilitasi Indonesia Underwriting Summit (IUS) ke-4 di Alila Hotel, Solo pada 16-17 Mei 2023. Seminar ini diikuti oleh 146 peserta yang berprofesi sebagai underwriter jiwa, tim produk, penilai klaim serta praktisi bidang terkait lainnya dari perusahaan asuransi jiwa dan reasuransi. Mengusung tema utama Underwriting: Beyond Pandemic, seminar pada perhelatan IUS 2023 membahas topik-topik yang relevan dengan situasi saat ini.

IUS 2023 mendapat dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga regulator. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pengawasan Asuransi dan BPJS Kesehatan OJK, Supriyono saat hadir sebagai key note speaker di IUS 2023.

“PERUJI sebagai salah satu sarana bertukar informasi antar underwriter memegang peranan penting dalam proses kerja underwriter. Informasi yang lengkap mendorong keputusan underwriting yang lebih sehat yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas portofolio perusahaan. Hal ini akan menciptakan bisnis yang sehat dan sustain sehingga perusahaan asuransi dapat melaksanakan kewajibannya kepada pemegang polis dengan baik,” ujar Supriono.

Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Budi Tampubolon yang turut hadir secara virtual pada kegiatan ini juga menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan IUS 2023. Menurut Budi, Underwriting Summit yang diadakan PERUJI relevan dengan roadmap asuransi Indonesia, yaitu salah satunya adalah penguatan dan pengembangan sumber daya manusia.

“Seiring dengan penambahan kepemilikan polis terutama individual yang sudah melewati 28 juta, yang artinya 10% dari penduduk di Indonesia sudah memiliki asuransi jiwa namun masih ada 90% penduduk yang belum dilindungi asuransi. Secepatnya diperlukan inklusi asuransi.

Kita sebagai insan asuransi perlu untuk bertumbuh, semakin berkualitas dan semakin dicintai masyarakat. Selanjutnya untuk Asuransi Jiwa Kredit, perlu ada perhatian khusus salah satunya di bidang underwriting. PERUJI bisa membuat best practice underwriting baik untuk pertanggungan jiwa, penyakit kritis, pertanggungan kesehatan dan pertanggungan jiwa kredit,” ujar Budi.

Selain dihadiri oleh OJK dan AAJI, seminar ini juga menghadirkan pemateri dari para pakar underwriting di Indonesia maupun perusahaan multinasional. Seperti Melissa Chew dari RGA, Nico Demus dari Indonesia Re (Persero), Pratap Chawla & Kenneth Pah dari UnderwriteMe, Jeffrey Seow dari Gallagher Re, Nicole Tan dari Willis Towers Watson, Jonathan Sternberg & dr Mona Jamtani dari MEDIX, Dr. Benny Hadiwibowo dari INARE, dan W. Agung Wibowo, SH, MH dari Consultant, Insurance Legal Practitioner.