Bagikan:

YOGYAKARTA – Tantangan bagi orang tua untuk mendidik anak secara tepat. Dengan tanpa hukuman yang tak sesuai, ortu bisa mengajarkan agar anak tetap kooperatif dengan aturan serta konsekuensi. Tentu ini tak mudah, apalagi dalam perkembangannya, anak-anak memiliki perilaku yang berbeda-beda. Menurut psikolog klinis Suzanne Gelb, Ph.D., JD., banyak ortu yang salah paham mengenai penerapan disiplin positif dengan aturan yang sesuai kelompok usia anak.

Sikap kooperatif adalah ketika ortu dan anak bisa bekerja sama di rumah. Anak-anak melakukan tanggung jawabnya dan ortu mendidik nilai kemandirian serta kedisiplinan setara sesuai usia anak. Gelb juga banyak menerima keluhan bahwa ortu sudah berusaha mendidik anak dan memahamkan aturan yang berlaku, tetapi mereka tetap berperilaku buruk, mereka masih berbohong, kasar, memanipulasi, menunda-nunda, dan nakal. Lantas apa yang perlu dilakukan dan bagaimana anak bisa kooperatif dengan aturan yang berlaku? Gelb memberikan panduan untuk ortu sehingga anak lebih kooperatif atau ortu perlu merefleksikan empat hal berikut ini.

1. Konsekuensi atas pelanggaran aturan harus diterapkan secara konsisten

Konsistensi berkaitan dengan membentuk perilaku anak. Kalau ortu hanya kadang-kadang menerapkan aturan, sering kali luput dalam penerapannya, maka jangan salahkan putra-putri Anda apabila mereka kurang kooperatif dengan aturan yang diberlakukan.

cara agar anak kooperatif mengikuti aturan dan konsekuensi
Ilustrasi cara agar anak kooperatif mengikuti aturan dan konsekuensi (Freepik/bearfotos)

Konsistensi sangat penting agar konsekuensi menjadi efektif, pesan Gelb dilansir Psychology Today, Selasa, 16 Mei. Jika orang tua hanya menerapkan konsekuensi kadang-kadang, maka anak mungkin akan segera mengetahui bahwa orang tuanya tidak konsisten dan tidak dapat diandalkan. Jadi sebelum memutuskan akan tidak menaati aturan, cobalah merefleksikan seberapa konsisten Anda menerapkan aturan.

2. Anak-anak dan orang tua harus berada di ‘halaman’ yang sama

Kadang-kadang anggota keluarga lain tidak tahu tentang aturan yang berlaku sesuai kesepakatan Anda dan anak Anda. Itu bisa jadi masalah, karena anak perlu panutan yang solid. Karena orang tua adalah panutan utama bagi anak-anak mereka, maka sebaiknya pertimbangkan untuk mengambil peran kepemimpinan dan memastikan semua orang memiliki pemahaman yang sama.

3. Lacak perilaku anak berdasarkan bagan

Bagan atau chart penting karena dengna begitu Anda bisa melacak seberapa anak melaksanakan tanggung jawabnya setiap hari. Ini cara bagus untuk menguraikan aturan, tugas, dan perilaku yang diperlukan seorang anak. Ini juga perlu diikuti dengan deskripsi atau penjelasan tentang konsekuensi atas ketidakpatuhan.

cara agar anak kooperatif mengikuti aturan dan konsekuensi
Ilustrasi cara agar anak kooperatif mengikuti aturan dan konsekuensi (Freepik)

Jika seorang anak menyelesaikan tugas atau mengikuti aturan, mereka mendapat tanda centang atau bintang emas. Sedangkan apabila mereka tidak melakukannya, tidak ada bintang. Kemudian orang tua bisa berkesempatan bertanya “Apa konsekuensi dari yang kamu lakukan?”. Dengan sistem bagan ini, Anda membantu anak membangun kemandirian, harga diri, dan anak-anak menyadari kalau mereka keren karena berperilaku sesuai aturan.

4. Buat konsekuensi yang setara dengan perilakunya

Membuat konsekuensi tak sekedar memberi hukuman lho. Saran Gelb, paling efektif berikan anak hak istimewa favoritnya. Seperti tak beri kesempatan sementara waktu untuk mengakses gawai, menonton televisi, bermain video games, waktu bermain dikurangi, dan sebagainya. Jika konsekuensinya tidak cukup ‘kuat’, seorang anak kemungkinan besar tidak memiliki banyak motivasi untuk mematuhinya.

Ketika orang tua menetapkan aturan tegas dengan cinta dan kemudian menerapkan konsekuensi untuk ketidakpatuhan, maka ortu telah berkontribusi besar untuk anak mereka. Anak-anak juga akan memahami ortunya tidak jahat tetapi guru yang efektif.