Bagikan:

YOGYAKARTA – Takut pada hal-hal tertentu, bahkan yang mungkin belum terjadi, justru membuat hidup semakin rumit. Apalagi jika di tengah masalah, solusi akan lebih sulit dicari. Seperti kata Karl Albrecht, Ph.D., pengajar dan konsultan manajemen, ketakutan akan ketakutan mungkin menyebabkan lebih banyak masalah dalam hidup kita daripada ketakutan itu sendiri.

Ketakutan, didefinisikan sebagai perasaan cemas yang disebabkan oleh antisipasi kita dari beberapa peristiwa atau pengalaman yang dibayangkan. Pakar medis memberi tahu bahwa perasaan cemas yang kita rasakan adalah reaksi biologis yang standar. Hampir sama terjadi pada setiap orang, bahwa kita takut digigit anjing, ditolak, hingga audit aset.

penyebab, cara mengatasi, dan definisi ketakutan
Ilustrasi penyebab, cara mengatasi, serta definisi ketakutan (Freepik/drobotdean)

Pada dasarnya, ketakutan adalah informasi yang memberi kita pengetahuan dan pemahaman. Lewat ketakutan, kita bisa memilih untuk menerimanya atau mengantisipasi dengan berbagai sarat-sarat aman yang kita bayangkan sendiri. Terdapat lima ketakutan dasar yang dari ketakutan tersebut kita sendiri yang menciptakan.

1. Takut akan keberadaan dilenyapkan

Albrecht mencontohkan situasi menakutkan yang pertama ini dengan perasaan panik ketika melihat ke tepi dari atas gedung tinggi. Rasa takut ini lebih dari ketakutan akan kematian atau kecemasan eksistensial yang umum dialami.

2. Takut kehilangan bagian tubuh

Rasa takut kehilangan bagian mana pun dari struktur tubuh kita yang berharga, memicu pikiran bahwa batas-batas tubuh kita diserbu. Melansir Psychology Today, Jumat, 12 Mei, kehilangan integritas organ, bagian tubuh, atau fungsi alami tubuh kerap menghantui. Kecemasan ini kemudian berkembang menjadi takut terhadap binatang seperti serangga, laba-laba, ular, dan hal-hal menyeramkan lainnya yang membangkitkan rasa takut akan kehilangan fungsi alami tubuh.

penyebab, cara mengatasi, dan definisi ketakutan
Ilustrasi penyebab, cara mengatasi, serta definisi ketakutan (Freepik/8photo)

3. Kehilangan otonomi

Jenis ketakutan ketiga ini, takut lumpuh, dibatasi, kewalahan, terperangkap, dipenjara, dan dikendalikan oleh keadaan di luar kendali kita. Dalam bentuk fisik, umumnya dikenal dengan klaustrophobia yang kemudian meluas ke interaksi dan hubungan sosial kita.

4. Takut teralienasi

Terpisah, diabaikan, ditolak, dan hilangnya keterhubungan juga merupakan ketakutan yang dianggap memicu masalah. Dipaksa dan diperlakukan tidak hormat juga membentuk dampak buruk pada targetnya.

5. Takut akan penghinaan dan rasa malu

Hampir setiap orang tak suka akan penghinaan. Karena penghinaan, rasa malu, atau mekanisme ketidaksetujuan diri yang mendalam mengancam hilangnya integritas diri. Ini bisa memicu kehancuran kemampuan dan kelayakan yang telah dibangun sebelumnya.

Ketakutan seringkali merupakan emosi dasar yang mendasari kemarahan. Orang-orang yang tertindas, misalnya, mereka akan mengamuk terhadap penindas karena takut kehilangan otonomi dan kematian ego. Mereka juga takut budaya yang dimiliki dihancurkan sehingga ego kolektif akan dimatikan.

Di sisi lain, beberapa ketakutan tentu memiliki nilai untuk bertahan hidup. Namun perlu dipelajari dan disadari untuk terampil merespons dan tidak merugikan diri sendiri. Penting pula dipahami, ketakutan juga membuat kita menghindari untuk mencapai tujuan lebih baik. Artinya, perlu terampil merefleksikan informasi dari rasa takut sehingga bisa diartikulasikan, mengambil langkah strategis yang tidak membatasi capaian Anda, serta tidak membuat Anda terjerembap dalam situasi yang menekan.