Bagikan:

YOGYAKARTA – Kaget dan terbangun dari tidur saat mendapat mimpi buruk, jadi fokus penelitian bagi psikiater, ahli saraf, dan psikolog. Biasanya, mimpi buruk dimulai usia antara 3-6 tahun tatkala anak-anak pra sekolah. Kemudian memuncak pada masa remaja akhir dan dewasa awal. Mimpi, juga dianggap berperan dalam gangguan tidur serta gangguan jiwa non-tidur, terutama dikaitkan dengan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Bagaimana menurut pakar dan penelitiannya tentang mimpi buruk? Selama ribuan tahun, mimpi jadi teka-teki dan dipercaya terkait dengan ramalan. Menurut masyarakat kuno, mimpi merupakan komunikasi langsung dengan dewa atau dunia roh. Namun dalam penelitian, termasuk dilakukan Sigmund Freud dalam konteks psikologis, mimpi merupakan fenomena menarik untuk dikulik lebih dalam.

mimpi buruk
Ilustrasi mimpi buruk (Freepik)

Dalam jurnal Science dilansir Psychology Today, Senin, 20 Maret, gerakan mata, pola EEG, dan aktivitas sistem saraf otonom berkaitan secara signifikan pada aktivitas korteks yang ditemui secara normal selama tidur. Periode gerakan mata pertama kali muncul sekitar 3 jam setelah tidur. Gerakan ini berulang 2 jam kemudian. Lalu muncul dengan interval yang agar dekat dengan waktu bangun.

Hobson dan McCarley menggambarkan interpretasi baru tentang penyebab dan isi mimpi, disebut hipotesis aktivasi-sintesis. Penafsiran ini, berdasarkan penelitian di bidang fisiologi otak menunjukkan bahwa aktivasi aktivitas saraf dimulai di batang otak saat tidur.

Ketika aktivasi mencapai otak depan, otak depan mencoba memahami apa yang pada dasarnya adalah potongan aktivitas acak. Selama periode bangun, tugas korteks prefrontal (PFC) untuk memahami dunia dan menggabungkan beberapa rangsangan eksternal yang dari sensorik. Bersama pengetahuan sebelum menerima rangsangan, semua informasi disimpan dalam pola yang koheren.

mimpi buruk
Ilustrasi mimpi buruk (Freepik/tirachardz)

Tugas PFC juga dilakukan tatkala tidur. Maka periode ‘bangun’ adalah momen ketika seseorang mengarang cerita terbaik yang dapat dilakukan dari aktivitas acak. Fenomena ini menjelaskan fakta bahwa mimpi paling sering masuk akal bagi pemimpi ketika mereka bangun, tetapi seringkali memiliki beberapa aspek yang tidak masuk akal. Kecuali upaya sadar dilakukan untuk mengingat mimpi, ingatannya menguap dengan cepat, dan ini disebabkan fakta bahwa selama tidur, PFC terputus dari area otak tengah yang mengontrol memori jangka pendek.

Selama mengingat mimpi, PFC sering akan menciptakan sebuah cerita di mana pemimpi yang bangun mulai menganggap maknanya, dan makna baru itu dapat diingat. Misalnya, jika beberapa gambar dan sensasi yang diimpikan adalah tentang ketakutan dalam konteks yang aneh. Seseorang mungkin menghubungkan konten itu dengan kejadian di masa lalu atau jauh di masa lalu ketika mereka takut akan sesuatu dalam situasi nyata.

Itulah penjelasan tentang mimpi termasuk mimpi buruk sebagai kinerja otak berdasarkan penelitian ilmiah. Namun, banyak orang yang percaya mimpi berkaitan dengan kesehatan jiwa sehingga membutuhkan psikiater atau psikolog untuk membahasakan kondisi mentalnya.