Bagikan:

YOGYAKARTA – Orang dengan konflik tinggi, atau high conflict people (HCPs), memiliki karakteristik tertentu terutama berkaitan hubungan eksternal atau bersama orang sekitarnya. Karakteristik ini bukan gangguan kepribadian, artinya bukan diagnosis tetapi merupakan deskripsi tentang perilaku. Menurut terapis dan pengacara Bill Eddy, LSCW., JD., seseorang dengan gangguan kepribadian seperti narsistik, borderline, antisosial, histrionik, dan paranoid cenderung rentan dengan perilaku konflik tinggi.

Melansir laman High Conflict Institute, Jumat, 5 Mei, orang dengan konflik tinggi memiliki pola prilaku yang meningkatkan konflik daripada mengurangi atau menyelesaikannya. Ini berarti, seseorang dengan konflik tinggi, bisa tidak melihat bagian mereka sendiri dalam masalah yang mereka hadapi dan karena itu tidak mencoba untuk berubah. Berikut perilaku red flag dari seseorang berkonflik tinggi, baik yang memiliki atau tidak memiliki gangguan kepribadian.

1. Asyik menyalahkan orang lain

Apakah Anda pernah mendengarkan pernyataan “tetangga saya merusak segalanya”, “perceraian semua karena salah dia”, “mitra bisnisku benar-benar menghancurkan bisnis”? Pernyataan tersebut mungkin ada kalanya benar. Tetapi ada baiknya memeriksa situasinya karena bisa jadi ini pernyataan red flag.

perilaku red flag orang dengan kepribadian konflik tinggi
Ilustrasi perilaku red flag orang dengan kepribadian konflik tinggi (Freepik/Azerbaijan_stockers)

Seseoang yang menyalahkan orang lain, mungkin tidak bertanggungjawab seperti seharusnya. Jadi kalau Anda ingin menguji komitmen dengan mitra Anda, lebih baik dengan merencanakan mengerjakan proyek bersama terlebih dahulu. Dengan begitu, Anda bisa mengetahui seberapa komitmen, tanggung jawab, dan hubungan yang sehat terjalin.

2. Mencari solusi atau tidak sama sekali

Tampaknya seseorang dengan konflik tinggi sering berbicara istilah ‘semua atau tidak sama sekali’. Mereka cenderung melihat orang sebagai semuanya baik atau semuanya buruk. Mereka juga sering menanggapi ketidaksepakatan dengan penilaian yang jauh lebih besar dari keseluruhan hubungan. Misalnya, “Kalau tidak begitu mari berpisah saja”.

3. Tidak mengelola emosi

Mitra dengan konflik tinggi mungkin akan mengejutkan Anda suatu ketika. Apalagi ketika tiba-tiba meledakkan amarah yang hebat karena masalah kecil atau bahkan tak ada. Hingga Anda sering bertanya pada diri sendiri “apa ada yang salah denganku?” dan bukan Anda yang bermasalah tetapi karena mitra Anda tak mengelola emosi dengan baik.

4. Berperilaku ekstrim yang mengancam

Terkadang pola perilaku ekstrim berkembang saat Anda mengenal orang tersebut. Di lain waktu, mereka terlibat dalam perilaku ekstrim yang kebanyakan tidak dilakukan orang pada umumnya.  Melansir Psychology Today, Jumat, 5 Mei, orang dengan HCP sering terbiasa dengan alasan yang cepat untuk perilaku ekstrim mereka. Alasan yang sering dilontarkan adalah tanda peringatan. Misalnya “aku akan merusak reputasimu jika memutus hubungan denganku”, dan alasan lain yang sebenarnya tak masuk akal dan tanda red flag.

Eddy pada penutup ulasannya memberi rekomendasi, mengetahui perilaku red flag penting untuk memperbaiki diri. Lebih penting lagi, bisa menjadi referensi dalam membangun hubungan sehat.