5 Perbedaan Narsisme yang Sehat dan Melewati Batasan
Ilustrasi narsisme  yang sehat (Freepik/diana.grytsku)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Narsisme adalah tentang bagaimana seseorang memandang diri sendiri dalam hubungannya dengan orang lain. Kerap kali perilaku ini dipandang negatif karena melewati batasan yang sehat dalam ranah hubungan. Beberapa ahli juga mengatakan, mungkin kepribadian ini bisa diekspresikan dengan cara sehat.

Narsisme yang sehat, menurut psikolog Ernesto Lira de la Rosa, sering disamakan dengan sesuatu yang buruk. Seseorang yang bertindak sesuai dengan kepentingannya sendiri, bukan narsisis. Tetapi perilaku tersebut biasanya dikaitken dengan narsisme. Oleh karena itu, ketika perilaku egois dengan cara bijaksana dan tidak jahat, bisa dianggap sebagai ‘narsisme yang sehat’.

Ciri-ciri narsisme yang sehat, termasuk memiliki citra diri positif, harga diri yang tinggi, kepercayaan diri yang cukup, dan tingkat kepentingan diri yang dapat diterima. Konsep ini, sebenarnya sudah ada sejak lebih dari satu abad yang pertama kali diciptakan oleh Sigmund Freud, disebut dengan narsisme primer. Ini merujuk pada bagian alami manusia untuk mempertahankan diri. Narsisme primer pada 1930-an digunakan oleh Paul Federn merujuk pada cinta diri.

narsisme yang sehat
Ilustrasi narsisme  yang sehat (Freepik)

Pada tahun 1970-an, ide tersebut menarik bagi psikoanalisis Heinz Kohut, untuk menggambarkan narsisme normal sebagai bagian dari proses pematangan. Anak-anak yang kebutuhannya terpenuhi, mengembangkan harga diri dan kepercayaan diri yang sehat. Meski begitu, narsisme yang sehat bukan istilah klinis.

“Ketika orang berbicara tentang narsisme yang sehat, mereka mungkin berbicara tentang kualitas dan aspek positif dari narsisme,” jelas Lira de la Rosa dilansir PsychCentral. Lantas apa perbedaan narsisme sehat dan yang melewati batas atau tidak sehat? Berikut lima perbedaannya.

1. Cara membicarakan pencapaian

Narsisme yang sehat membicarakan pencapaian dalam wawancara kerja. Tetapi bagi narsisme yang tak sehat, sering dibicarakan ketika membual tentang pencapaian di pesta makan malam. Ini berarti, seseorang yang narsis tetapi sehat, mengenali batas di mana ia harus menceritakan pencapaian dengan percaya diri dan kapan harus bersahaja atau tak membual tentang prestasi yang dicapai.

narsisme yang sehat
Ilustrasi narsisme  yang sehat (Freepik/Drazen zigic)

2. Pertimbangan tentang kebutuhan orang lain

Dalam hubungan romantis yang sehat, pasangan mengerti dan memahami kebutuhan pasangannya. Mereka tidak memanipulasi pasangan untuk memenuhi kebutuhan personal. Ciri-ciri narsisme yagn tidak sehat, mereka sulit berempati dan memahami kebutuhan orang lain.

3. Tulus atau berpura-pura

Mungkin aspek ketulusan sulit untuk ditelusuri. Tetapi narsisme yang sehat tahu bahwa ketulusan dan kejujuran bisa jadi landasan hubungan sosial yang baik. Sedangkan berpura-pura berteman dengan seseorang karena memiliki sumber daya atau koneksi, tentu merupakan ciri-ciri narsisme yang buruk.

4. Cara memperbaiki hubungan

Setiap orang melakukan kesalahan, tetapi mengakui dan cara memperbaiki kesalahan bisa dilakukan seseorang dengan tepat. Kalau narsisme yang buruk, membenarkan perilakunya meski salah atau tidak mau mengakui kesalahan.

5. Menghargai orang lain

Narsisme yang sehat tidak mencari-cari validasi dari orang lain. Tetapi sebaliknya, ketika seseorang menghargai orang lain memuji karena penampilan dan pekerjaan tanpa dicari-cari adalah ciri narsisme yang sehat.

Itulah kelima perbedaan narsisme yang sehat dan melewati batas. De la Rosa juga menjelaskan, narsisme yagn sehat diikuti kemampuan memahami batas-batas yang sehat, berkomunikasi secara asertif, memiliki hubungan berkualitas, dan bangga dengan kemampuan serta prestasi.