Bagikan:

JAKARTA - Istilah breadcrumbing mengutip Psychology Today, Selasa, 1 Maret, dapat didefinisikan sebagai tindakan mendekati dan memberi harapan pada seseorang melalui bujukan, godaan, tetapi pada akhirnya mengecewakan individu dengan harapan palsu, janji kosong, dan pengabaian. 

Breadcrumbing dapat terjadi dalam hubungan percintaan, dalam keluarga, persahabatan, di media sosial, hingga situasi profesional. Mudahnya, tak ada konsistensi dan integritas dalam breadcrumbing. Breadcrumbing memiliki unsur narsisme, manipulasi, hingga pelecehan. Sebuah hubungan breadcrumbing dapat mencakup satu atau lebih dari karakteristik berikut ini, yakni;

Kondisi emosi yang naik turun dan merasa tidak pasti

Orang yang mengalami breadcrumbing dalam hubungan sering mengalami emosi yang naik turun. Sebagian besar mereka mengalami kekecewaan dan sesekali diimingi harapan palsu. Lama kelamaan, korban breadcrumbing akan merasa kebingungan, kerap menyalahkan diri atas pengabaian, hingga mempertanyakan kualitas diri sendiri.

Tergantung dalam hubungan

Dalam banyak kasus, breadcrumbing dapat membuat seseorang jadi tergantung dalam hubungan tersebut. Korban terus mencari breadcumber (orang yang melakukan breadcrumbing) untuk memberi harapan palsu lainnya demi mempertahankan ilusi hubungan yang dianggap positif. Beberapa korban breadcrumbing justru akan berusaha keras  menyenangkan dan membuktikan nilai mereka pada breadcumber, tanpa menerima pengakuan dan balasan tulus sebagai imbalan.

Secara signifikan, breadcrumber mungkin menunjukkan minat dan perhatian ketika mereka menginginkan sesuatu dari korban. Tujuannya hanya untuk kembali mendapatkan apa yang diinginkan dari korban.

Selalu dibuat menunggu

Selain dibuat tergantung, korban breadcrumbing juga selalu dibuat menunggu dalam hal breadcrumber membalas pesan atau telepon, untuk menindaklanjuti janji yang telah lama dibuat, atau untuk akhirnya menunjukkan komitmen dalam suatu hubungan.

Dalam hal ini, sebuah dinamika tidak sehat dan tidak adil tercipta. Breadcrumber memegang kekuatan perhatian, penerimaan, dan persetujuan, sementara korban menyerahkan kemerdekaan dan harga diri mereka.

Merasa dimanipulasi

Jauh di lubuk hati, korban breadcrumbing sadar bahwa mereka sedang diatur dan digantung. Namun, beberapa mungkin terus bertahan dalam hubungan untuk menghindari kenyataan menyakitkan bahwa breadcrumber sebenarnya sama sekali tidak peduli. Jika Anda sulit melepaskan, coba tanyakan pada diri sendiri: "Apakah saya pantas diperlakukan seperti ini?"

Merasa hampa dan sepi

Jika terus menerus digantung, korban breadcrumbing akan merasa kesepian, putus asa, depresi, hingga kosong. Kekosongan ini berasal dari kurangnya kebersamaan dalam hubungan.