Tradisi Bagi-bagi Takjil Buka Puasa, Begini Sejarahnya
Tradisi Bagi - Bagi Takjil Buka Puasa - Sejumlah pedagang musiman menjajakan takjil bagi warga yang akan berbuka di bulan suci Ramadan di Pasar Gamalama Ternate, Jumat (24/3/2023). (Dok. ANTARA)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Di bulan Ramadan, warga Indonesia melakukan bermacam tradisi yang cuma dilakukan di bulan puasa saja.

Misalnya pelaksanaan ibadah salat tarawih di malam hari, perencanaan sahur serta berbuka puasa. Sampai penjual takjil yang bermunculan di banyak sudut kota.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), takjil dipahami jadi 2 maksud yakni mempercepat berbuka puasa (bentuk kata kerja) serta hidangan santapan berbuka (bentuk kata barang).

Di Indonesia sendiri takjil lebih kerap dimaknai dalam bentuk kata bendanya alias santapan hidangan berbuka puasa, Loh!

Tentu langsung tergambar dalam benak kita bermacam kue tradisional dengan cita rasa lezat serta es buah fresh yang memenuhi keceriaan saat berbuka puasamu.

Dikutip dari situs Muhammadiyah, sebutan takjil didapat dari kosa kata Ajjalu yang berarti menyegerakan.

Kosa kata Ajjalu berawal dari perkataan nabi Rasul Muhammad SAW dalam Riwayat Bukhari Mukmin yang berbunyi "Manusia masih terhitung dalam kebaikan selama ia menyegerakan (Ajjalu) berbuka."

Ajjalu hadapi perpindahan arti dari bahasa aslinya yakni ajjala- yuajjilu- tajilan yang dapat dimaksud sebagai terburu- buru, mempercepat atau pun menyegerakan. 

Kemudian, seperti apa sih asal usul dari kultur takjil yang berkembang dalam warga muslim Indonesia? 

Tradisi Bagi-bagi Takjil

Dalam sebuah artikel berjudul "Merayakan Budaya, Berpuasa Gembira" yang dimuat dalam Suara Muhammadiyah No.10 (2018) menjelaskan bahwa tradisi membagikan takjil dan berbuka puasa bersama awalnya merupakan bentuk strategi dakwah agama.

Perihal ini dianggap dapat mendorong datangnya jemaah ke masjid buat memuat Ramadan dengan ibadah serta kegiatan positif yang lain.

Suatu versi asal usul mengatakan kalau kultur ini diawali di Kauman, Yogyakarta, sekitar 1950- an, dan masih dilaksanakan hingga hari ini.

Di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, disajikan sekitar 1200- 1400an jatah takjil setiap harinya.

Spesial pada Kamis petang, hidangan yang disajikan buat pengunjung masjid yakni gulai kambing. 

Kultur takjil gulai kambing ini mempunyai 2 versi cerita, yakni berawal dari banyaknya warga yang melangsungkan aqiqah pada hari Kamis.

Serta takjil gulai kambing yang berawal dari pemberian Sultan Hamengkubuwono VIII tiap bulan Ramadan.

Tetapi, dalam catatan cerita yang lebih tua dari itu, Snouck Hurgronje (Penasihat Belanda urusan pribumi) menguak kalau sekitar akhir era ke-19 adat-istiadat takjil telah dikenal di Aceh serta dilakukan tiap bulan Ramadan. 

Umumnya ketika mendekati saat berbuka, masyarakat Aceh bakal beramai- ramai berangkat ke masjid buat menikmati hidangan takjil bersama di masjid.

Nah, seperti itu sedikit penjelasan mengenai histori tradisi memakan takjil yang bertumbuh di tengah masyarakat Muslim Indonesia.

Jadi setelah mengetahui tradisi bagi bagi takjil buka puasa, simak berita menarik lainnya di VOI, saatnya merevolusi pemberitaan!