JAKARTA - Nindy Ayunda menyambangi Kantor Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk melaporkan dugaan intimidasi yang dialaminya dari puluhan anggota TNI.
Penyanyi 34 tahun itu mengaku mendapat perlakuan intimidasi ketika sedang berada di kediamannya yang berlokasi di Jakarta Selatan. Saat itu, ia baru saja pulang dari Palembang.
“Setibanya saya di Jakarta, langsung menuju ke rumah saya di Kebayoran. Karena saya mau bertemu dengan adik saya untuk bicara. Jadi kita janjian di sana, ya udah kita buka bareng,” kata Nindy Ayunda di Kantor LPSK pada Kamis, 6 Maret.
“Habis itu saya menyuruh satu staf saya untuk mengambil barang, dan dia melihat di pagar luar ada tiga orang mencurigakan, berbadan tegap, rambutnya panjang gondrong dan seperti orang intel. Karena saya tidak pernah melihat, saya kurang tahu seperti apa,” sambungnya.
Kejadian tersebut diakui Nindy terjadi pada Minggu, 2 April malam. Pada pukul 22.00 WIB malam itu, Nindy juga mengaku didatangi segerombolan orang yang menanyakan keberadaan kekasihnya, Dito Mahendra.
“Selanjutnya sekitar pukul 22.00 WIB saat saya sedang makan bersama adik, kemudian ART kembali menginformasikan bahwa ada orang yang mencari Bapak Dito, lalu saya meminta untuk mengunci pintu,” katanya.
Nindy mengaku orang-orang yang mengunjungi rumahnya malam iti adalah anggota TNI, yang disebut telah masuk tanpa ada izin dan melakukan pengrusakan-pengrusakan.
“Akhirnya saya melihat oknum TNI yang mengenakan pakaian preman dan seragam, sekitar 30 orang. Lalu tindakan mereka memasuki pekarangan tanpa izin disertai pengrusakan pada pintu garasi, penggedoran dan disertai teriakan,” katanya.
BACA JUGA:
Kekasih Dito Mahendra itu mengaku mendapat intimidasi hingga Senin, 3 April pagi. Ia pun telah melaporkan tindakan tersebut ke Pusat Polisi Militer (Puspom) TNI.
“Hal tersebut terjadi mulai pukul 22.00 WIB sampai 07.00 WIB. Atas kejadian ini telah dilaporkan ke Puspom TNI,” ucap Nindy.
Mengaku alami trauma, Nindy mengaku telah mengantongi nama-nama anggota TNI yang mengunjungi rumahnya malam itu. Ia juga menyebut inisial salah seorang perwira menengah yang turut hadir ke rumahnya.
“Peristiwa ini sudah menimbulkan trauma karena yang datang itu bukan hanya satu atau dua orang, tapi betul-betul 30 orang. Saya sudah mendapatkan data-datanya orang itu. Pada malam itu ketuanya adalah inisalnya HS, pangkatnya Letkol satuannya infantri,” bebernya.