JAKARTA - Pengidap penyakit kardiovaskular melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi Obstructive Sleep Apnea (OSA) menyebabkan saturasi oksigen turun sehingga tidur menjadi terganggu. Kondisi tersebut terjadi pada 40-80 persen pasien dengan hipertensi, gagal jantung, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan stroke.
OSA bisa menjadi penyebab kolapsnya jalan napas saat tidur, guna mencegah keparahan penyakit harus dilakukan pemeriksaan.
"Saya anjurkan, berdasarkan pedoman saat ini, kalau ada penyakit kardiovaskular seperti orang dengan gangguan irama, hipertensi, jantung koroner, sebaiknya OSA-nya dicek meski tidak merasa, pastikan ada OSA atau tidak," kata Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Dr. dr. M. Yamin, Sp.JP(K), FIHA, FESC, FAPSIC dikutip dari ANTARA, Senin, 13 Maret.
Dokter yang berpraktik di RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) itu menjelaskan bahwa sekitar 34 persen laki-laki dan 17 persen wanita usia pertengahan yakni 45-59 tahun didiagnosis OSA.
OSA tak hanya bisa dialami oleh orang dewasa, tapi juga anak-anak. "Tentu bisa dan semakin muda dia mengalami OSA maka semakin mudah seseorang terkena penyakit jantung, artinya semakin dini kenanya," kata Yamin dalam diskusi daring, Senin.
Adapun gejala OSA biasanya ditandai dengan rasa mengantuk sepanjang hari, merasa lemas dan tidak segar, mendengkur saat tidur, sering terbangun saat tidur, hingga sulit berkonsentrasi.
"Kemudian ada periode di mana saat dia tidur, napasnya itu seperti berhenti terus tercekik lalu dia tidur lagi. Kadang-kadang dia juga sering terbangun karena ada sumbatan (di jalur napasnya)," ujar Yamin.
Hal-hal tersebut, menurut Yamin, tentu membuat tidur menjadi tidak berkualitas. Akibatnya, anak biasanya mengantuk sepanjang hari, sulit berkonsentrasi, sering pusing, lemas, dan tidak segar.
BACA JUGA:
Namun, Yamin mengatakan tak sedikit pasien yang tidak merasakan bahwa dirinya mengalami OSA. Sehingga, orang yang mengidap penyakit kardiovaskular sebaiknya tetap memiliki kewaspadaan dengan memeriksakan diri.
Menurut Yamin, OSA akan memperberat komplikasi pada penyakit kardiovaskular. Sehingga, dengan melakukan pemeriksaan diharapkan penyakit kardiovaskular dapat lebih mudah diatasi dan tidak menyebabkan komplikasi.
"80 persen hipertensi yang mandek, enggak turun-turun tekanan darahnya, itu ternyata punya gangguan tidur. Jadi dengan melakukan pengobatan OSA-nya, maka pengobatan penyakit berkaitan dengan jantung akan menjadi lebih mudah," ujar Yamin.
"Tapi, perlu diingat bahwa OSA itu hubungannya dengan hipertensi adalah sebagai faktor risiko, bukan penyebab. Jadi bukan berarti mengobati OSA langsung berhenti pengobatannya hipertensinya, karena faktor risiko hipertensi itu kan banyak sekali," kata Yamin menegaskan.
Untuk itu, Yamin menambahkan bahwa pengobatan OSA hendaknya dilakukan secara sinkron bersamaan dengan pengobatan dan penatalaksanaan penyakit kardiovaskularnya.