JAKARTA - Garin Nugroho dan Reza Rahadian belajar banyak dari proses penjurian Festival Film Indonesia (FFI) 2022. Keduanya juga mengaku merasa perubahan besar dari perfilman Indonesia.
“Yang paling unik itu kebanyakan film populer tidak memenuhi unsur kualitas. Era dulu itu nominasi (FFI) selalu didominasi sutradara kelas 1, kelas 2,” kata Garin Nugroho pada konferensi pers FFI di Kemendikbudristek, Jakarta di Jumat, 11 November.
Mereka merasakan banyak film yang sekarang lebih bisa dinikmati oleh berbagai kalangan. Sebelumnya ada beberapa film yang segmentasinya masih terbatas dan tidak begitu populer.
“Kalau anda lihat, karya film KKN (di Desa Penari) dsb itu masuk nominasi menjadi bahan diskusi. Kemudian gaya hidup penonton menabrak batas. Antara seni hiburan pencapaian dan teknologi yang bisa dilihat pada nominasi sekarang. Film indonesia yang semakin melihat keberagaman,” kata Garin Nugroho lagi.
BACA JUGA:
Selain itu berkembangnya over the top (OTT) di Indonesia juga membuat penonton lebih terbuka dengan perfilman dan cerita yang dihadirkan sekalipun itu tidak terhubung dengan mereka.
“Arus besar OTT yang dulu hanya bisa ditonton kalo ada festival di luar negeri. Ekosistem baru melahirkan apresiator baru. Menariknya ada gaya hidup kelas menengah khususnya usia produktif yang akrab dengan media baru,” kata Garin.
Reza Rahadian juga merefleksikan dua tahun menjabat sebagai ketua FFI. Menurutnya ada banyak pelajaran yang ia dapatkan dalam prosesnya.
“Kalau ditanya dampak, kami belajar film lebih jauh karakter di dunia film. Buat saya banyak pelajaran berharga selama menjalani tugas sebagai ketua komite dan banyak memberi masukan kritik,” jelas Reza Rahadian
“Proses yang sangat berarti,” lanjutnya.