Riset Buktikan Kesepian Berkaitan dengan Risiko Tinggi Terkena Diabetes Tipe 2
Ilustrasi risiko kesepian pada kesehatan, khususnya diabetes tipe 2 (Freepik/Rawpixel.com)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Kehidupan sosial memberikan sensasi tertentu pada perasaan seseorang. Ketika merasa kesepian, ternyata menurut penelitian perlu diwaspadai. Karena menurut penelitian yang dilakukan selama 20 tahun, menelusuri efek kesepian pada risiko mengalami kesehatan fisik khususnya diabetes tipe 2.

Peserta yang mengikuti penelitian ini sebanyak 4,9 persen mengembangkan diabetes tipe 2 selama penelitian. Sekitar 13 persen dari peserta melaporkan mengalami kesepian. Para peneliti dari Western Norway Universaity of Applied Science telah menemukan bahwa kesepian terkait dengan risiko lebih tinggi karena terkena diabetes tipe 2.

Penelitian ini diterbitkan dalam Diabetologia, dilakukan oleh Roger E. Henriksen, profesor di Institute of Nursing of Applied Sciences. Penelitian yang dilakukan profesor Henriksen berangkat dari teori dasar sosial.

“Pada tingkat neurologis, otak sebenarnya mengharapkan untuk bersama dengan orang yang Anda percayai,” jelas Henriksen dilansir Medical News Today.

Pada penelitian Henriksen tahun 2014, menulis bahwa isolasi sosial relatif mengarah pada peningkatan kadar asupan gula. Studi lain tahun 2017 juga menunjukkan bahwa stres adalah faktor risiko diabetes tipe 2. Dari penelitian tersebut, Henriksen ingin melihat apakah peningkatan kadar asupan gula oleh orang-orang yang tidak memiliki hubungan sosial diterjemahkan ke orang-orang yang menghadapi tingkat yang lebih tinggi terkena diabetes tipe 2.

risiko kesepian pada kesehatan, penelitian diabetes tipe 2
Ilustrasi risiko kesepian pada kesehatan, khususnya diabetes tipe 2 (Freepik/teksomolika)

Pemeriksaan dilakukan pada peserta lebih dari 230.000 orang sejak 1984 dengan melaporkan sampel darah. Tiga survei dalam populasi studi, dilakukan antara tahun 1995-1997, 2006-2008, dan 2017-2019. Henrikse dan rekan penulis studi mengeculikan peserta yang memiliki diabetes tipe 1 dan tipe 2 serta yang memiliki gangguan metabolisme antara 1995 dan 1997. Peserta lain dikeluarkan karena data hilang. Pada akhirnya, lebih dari 24.000 peserta masuk dalam analisis penelitian.

Berdasarkan laporan, 1.179 dari 24.024 peserta atau sebanyak 4,9 persen mengembangkan diabetes tipe 2, antara tahun 1995-1997 dan 2017-2019. Peserta yang mengembangan diabetes tipe 2, lebih cenderung laki-laki dengan usia 48 dan 43 tahun.

Berdasarkan data temuan, peneliti menjelaskan bahwa secara teoritis kesepian dapat mengaktifkan respons stres fisiologis tubuh. Kondisi ini mengarah pada perubahan dalam sistem kardiovaskular tubuh dan produksi kortisol atau dikenal dengan hormon stres.

“Pada gilirannya, dapat menyebabkan peningkatan asupan makanan, khususnya asupan karbohidrat, peningkatan resistensi insulin. Proses-proses ini memainkan peran penting dalam memasok otak yang aktif dan menuntut metabolime dengan glukosa yang cukup,” tulis peneliti.

Andrea Paul, dokter dan penasihat medis di Illuminate Labs menekankan bahwa keterkaitan antara perasaan kesepian dan diabetes tipe 2 tidak menunjukkan hubungan penyebab. Tambahnya lagi, kemungkinan besar orang yang sangat kesepian juga tidak terlalu fokus menjaga kesehatan. Makanya, tidak menjalani pola makan yang sehat, tidak olahraga, dan insomnia yang meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2.