Temuan Studi, Produk Susu Berpotensi Membantu Menurunkan Risiko Diabetes Tipe 2
Ilustrasi penelitian tentang potensi menurunkan diabetes tipe 2 (Pexels/Charlotte May)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Bagi orang dengan alergi produk susu, tentu manfaat berdasarkan temuan studi terbaru ini tidak berlaku. Terutama bagi orang dengan intoleransi laktosa. Tetapi temuan terbaru ini bisa jadi referensi bagi Anda yang ingin hidup sehat dan jauh dari risiko mengalami diabetes tipe 2.

Menurut data yang dilaporkan oleh CDC (Centers for Disease Control), sekitar 90-95 persen dari semua kasus diabetes yang didiagnosis adalah diabetes tipe 2. Banyaknya penderita diabetes tipe 2 mendorong penelitian tentang gaya hidup yang membantu merekomendasikan apa-apa saja yang bisa menurunkan risiko mengalami penyakit ini. Salah satunya penelitian meta-analisis yang menghubungkan produk susu rendah lemak dengan penurunan risiko diabetes tipe 2.

Penelitian ini menghubungkan konsumsi daging merah dan daging olahan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih besar daripada konsumsi telur dan ikan. Melansir Medical News Today, Rabu, 21 September, ahli lainnya mengatakan bahwa diabetes tipe 2 mungkin merupakan reaksi dua arah dari diet dan gaya hidup.

Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling umum. Berkembang ketika tubuh resisten terhadap insulin yang diproduksi pankreas atau ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin. Sedangkan fungsi insulin sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa darah. Parahnya lagi, diabetes dapat meningkatkan risiko komplikasi kesehatan, termasuk penyakit kardiovaskular, gagal ginjal, stroke, kebutaan, dan masalah peredaran darah.

penelitian tentang potensi menurunkan risiko diabetes tipe 2
Ilustrasi penelitian tentang potensi menurunkan diabetes tipe 2 (Pexels/Juli Lianna)

Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh peneliti dari University of Naples Federico II, Naples, Italia, menunjukkan bahwa makanan tertentu dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2. Seorang peneliti, Annalisa Giosuè, Ph.D., dari Departemen Kedokteran Klinis, mengeksplorasi hubungan antara makanan hewani dan kondisi yang dipengaruhinya.

Giosuè mempresentasikan temuannya pada bulan ini, September, di European Association for The Study of Diabetes. Dari penelitiannya, merekomendasikan pencegahan diabetes tipe 2 dengan diet produk hewani dengan porsi terukur.

Berdasarkan penelusuran medis dengan meta-analisis, memberikan perkiraan tentang bagaimana 12 makanan hewani yang berbeda dapat meningkatkan atau menurunkan risiko pengembangan diabetes tipe 2. Makanan tersebut termasuk semua daging, daging merah, daging putih, daging olahan, total susu, susu penuh lemak, susu rendah lemak, ikan, susu, keju, yoghurt, dan telur.

Konsumsi harian 100 gram semua jenis daging, dikaitkan dengan risiko 20 persen lebih tinggi. Sedangkan konsumsi daging merah bisa mengalami peningkatan lebih besar, yaitu 22 persen. Setengah konsumsi harian dengan daging olahan, seperti daging deli, bacon, dan sosis, mungkin berkontribusi pada peningkatan risiko sebesar 30 persen.

Dalam daging merah dan olahan, terang Giosuè, mengandung asam lemak jenuh, kolesterol, dan zat besi hewani yang diketahui dapat meningkatkan peradangan subklinis kronis. Selain itu juga dapat merusak sensitivitas insulin sehingga menurunkan kadar glikemik.

Di sisi lain, daging putih termasuk ayam dan kalkun, konsumsi 50 gram hanya berisiko  4 persen. Giosuè percaya bahwa ini karena daging putih lebih rendah lemak. Tambahnya lagi, konsumsi produk susu 200 gram dikaitkan dengan 10 lebih rendah risiko diabetes tipe 2 dan 100 gram yoghurt berkorelasi dengan 6 persen penurunan risiko. Kalau konsumsi secangkir susu dan yoghurt rendah lemak, dikaitkan dengan penurunan 5 persen dan 3 persen.

Susu dan yoghurt juga merupakan probiotik yang membantu menjaga berat badan stabil. Menurut rekomendasi hasil dari penelitian yang dilakukan Giosuè dan tim, mengikuti fitur diet Mediterania paling cocok untuk mencegah risiko diabetes tipe 2. Diet tersebut yang utama konsumsi makanan nabati tetapi dalam ukuran terbatas bisa mengonsumsi makanan hewani segar atau bukan olahan.