Bagikan:

YOGYAKARTA – Sosok Rahadian Yamin mungkin kurang akrab ditelinga generasi milenial atau setelahnya. Padahal ia merupakan pelopor mode di tanah air, jauh sebelum street fashion bertajuk Citayam Fashion Week viral.

Perlu diketahui, Rahadian Yamin merupakan anak tunggal dari Mohammad Yamin, seorang pahlawan nasional asal Minangkabau.

Sedianya, Rahadian diproyeksikan oleh ayahnya menjadi seorang politisi. Dia dikirim ke Universitas Filipina untuk belajar ilmu politik. Akan tetapi, saat berada di negara tersebut, Rahadian justru lebih tertarik ke dunia fashion.

Kendati Rahadian lebih tertarik dengan dunia mode, dia tetap berhasil menyabet gelar bachelor of art dan melanjutkan pendidikan master di University of California, Berkeley.

Saat ayahnya berpulang pada 1962, Rahadian memutuskan untuk pulang ke Tanah Air dan melanjutkan kariernya sebagai sebagai seorang perancang busana

Perkenalan Rahadian dengan dunia mode

Dihimpun VOI dari berbagai sumber, kali pertama Rahadian bersentuhan dengan dunia mode ketika ia berkuliah di Filipina. Di negeri yang dijuluki Mutiara laut dari Orien itu, Rahadian berteman baik dengan seorang wartawan bernama Josef Ramoz. Oleh Ramoz, Rahadian kerap diminta jadi model untuk keperluan majalah dan suratkabar dengan mengenakan busana batik.

Usai meniti karier sebagai peragawan di Filipina dengan busana batik, Rahadian mencoba lebih dalam lagi belajar dunia model. Dia lantas berguru kepada Iwan Tirta dan Peragawati-aktris Rima Melati. Kelak, Rahadian menjadi seorang model kenamaan, bintang iklan, sekaligus perancang busana alias fashion designer.

Rahadian amat sangat tertarik dengan batik, terlebih yang memiliki corak konvensional. Ia senang dengan batik berwarna cokelat dan bercorak kuno.

Dalam buku Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1981-1982, Rahadian disebut sebagai pencang busana pelopor yang memanfaatkan bahan-bahan tekstil dalam negeri.

Dalam buku tersebut, Rahadian menyebut pekerjaannya punya misi luhur, yaitu mendidik masyarakat agar berbusana rapi dan menarik.

Selain berkecimpung di dunia fashion, pemilik nama asli Dang Rahadian Sinayangish Yamin itu juga punya ketertarikan di bidang film.

Pada 1977, Rahadian mendirikan perusahaan film PT Raya Film dan merilis film Bulu-bulu Cendrawasih pada 1978. Film tersebut diproduseri, ditulis dan dibintangi oleh Rahadian Yamin sendiri. Duduk di bangku sutradara Nurhadie Irawan dan penulis skenarionya sastrawan Umar Kayam.

Rahadian Yamin Tewas Dalam Kecelakaan Tragis 

Pada 21 Agustus 2979, Rahadian Yamin mengalami kecelakaan tragis di Lampung. Mobil yang ditumpanginya bertabrakan dengan truk.

Sedianya, Rahadian diminta untuk jadi pemandu acara peressmian pabrik gula PR Gunung Madu. Hanya saja, acara tersebut tak pernah dihadiri Rahadian, karena ia tewas dalam sebuah kecelakaan.

Meninggalnya Rahadian Yamin membuat dunia mode Indonesia berduka. Untuk mengenang jasa-jasanya di dunia modeling, pemimpin redaksi majalah Model, Johny A Ganda memprakarsai ajang Rahadian Yamin Memorial Cup melalui Yayasan Mode Pembina Mode Indonesia (Yapmi).

Ajang tersebut pertama kali diselenggarakan pada 1980 dan kemudian berganti nama menjadi Top Model Indonesia. Beberapa artis kenamaan yang pernah berpartisipasi dalam ajang tersebut yakni Soraya Haque, Rico Tampatty, Sandy Harun, Titi DJ, Dian Nitami, Cornelia Agatha, dan Arzet Bilbina.

Sekedar informasi tambahan, pada 1975, Rahadian Yamin menikah dengan Gusti Raden Ajeng Retno Satuti, anak Mangkunegara VIII. Usai menikahi, keturunan Mangkunegara, Rahadian Yamin diberi gelar Kanjeng Pangeran Haryo Soerjahadiningrat.