Bagikan:

YOGYAKARTA – Pengalaman membentuk cara orang dalam berpikir dan bertindak. Meskipun setiap fase hidup direncanakan, ada hal-hal yang tak terduga yang dialami dan berpengaruh besar dalam mengubah perspektif seseorang tentang hidup.

Hal yang tak terduga, menurut studi yang dilakukan Karl Taigen dan Alf Børre Kanten dari Universitas Oslo baru-baru ini, disebut ketidakpastian yang tidak disukai. Melansir ulasan Susan Krauss Whitbourne, Ph.D., dipublikasikan Psychology Today, orang-orang lebih menyukai stabilitas dan ketertiban dalam hidup. Makanya banyak orang yang memperhatikan informasi cuaca, jalan yang enggak macet, dan kondisi lalu lintas yang mengantarkan menuju destinasi. Banyak orang lebih suka segalanya bisa diprediksi daripada hadir acak dan tidak pasti.

Kebetulan-kebetulan yang terjadi, menurut studi mempengaruhi akhir. Artinya, ketika mengalami kejadian yang ‘tiba-tiba’ pertimbangkan fakta-fakta berikut ini sebagai pengalaman hidup dan membentuk perspektif baru.

1. Peristiwa yang dialami bukan kebetulan

Awal mula bertanggung jawab atas peristiwa selanjutnya. Ketika sesuatu berakhir, hubungan misalnya, maka diawali dengan perkenalan dan menjalin relasi. Jika Anda tak mengenal orang tersebut, maka peristiwa yang tak terduga tak membuat Anda kehilangan orang tersebut.

perspektif baru dalam hidup
Ilustrasi perspektif baru dalan hidup (Unsplash/Anastasia Petrova)

2. Permulaan lebih penting dari akhir

Ketika akhirnya harus kehilangan, maka permulaan atau perkenalan cenderung lebih menarik perhatian daripada akhir. Permulaan sebenarnya yang membangun persepsi Anda bahwa pertemuan dengan seseorang adalah kebetulan dan ‘kebetulan’ lagi mengalami masalah yang memicu persoalan.

3. Keberuntungan dan kebetulan adalah dua hal yang berbeda

Ketika suatu peristiwa terjadi tanpa alasan, Anda akan cenderung menganggapnya sebagai kebetulan. Meskipun kebetulan terjadi di waktu dan tempat yang salah. Misalnya ketika kebetulan ke luar rumah saat bersamaan motor melintas dan menabrak Anda. Ini bisa dianggap kebetulan dan bukan nasib buruk bagi Anda.

4. Pengetahuan diperoleh melalui usaha

Pengetahuan tentang hal kecil pun, kadang bisa didapat secara tak terduga. Tetapi menyambung dari anggapan pertama bahwa permulaan bertanggung jawab pada akhir peristiwa. Ketika Anda membutuhkan pengetahuan tentang menyelesaikan masalah, ada peluang besar yang terbentang. Anda bisa mencari pengetahuan tersebut sendiri ataupun ‘kebetulan’ memiliki seorang rekan yang ahli dalam menyelesaikan persoalan tersebut.

5. Kesempatan hanya kesenangan sesaat

Kesempatan tidak hanya sesekali mendidik, tetapi juga bisa menyenangkan. Meskipun orang umumnya tidak menyukai ketidakpastian, tetapi ketika ketakpastian memberikan kesempatan mencapai tujuan, maka akan membuat seseorang merasa senang. Tetapi, kesempatan tak hadir berkali-kali, jadi hadir sesaat jika tak diawali dengan perbanyak jejaring atau support system.

6. Nasib buruk bukan kebetulan maupun keberuntungan

Mungkin anggapan tentang nasib dikaitkan dengan hal-hal tak terduga. Tetapi ketika Anda ke luar rumah membawa banyak barang dan agenda, sehingga luput menyadari ada motor melintas. Gangguan yang menerpa, sebenarnya bukan ‘kebetulan’ tetapi berdasar secara nyata. Pola dari sebuah peristiwa, menurut studi dari Universitas Oslo, terus-menerus berkelanjutan dan bukan sebuah kebetulan.

7. Menganggap babak baru dalam hidup adalah pilihan

Ketika diberi pilihan, orang lebih suka memikirkan kehidupan sebagai serangkaian babak baru daripada pola yang berkelanjutan. Tetapi ada orang-orang yang selalu bergerak berkesinambungan mengikuti pola. Apakah Anda termasuk yang menganggap babak baru sebagai pola yang berkelanjutan?

Pada dasarnya, semua peristiwa dalam hidup memiliki sebab dan kadang tak dimaknai secara mendalam. Beberapa dianggap acak, dianggap sebagai kebetulan, keberuntungan, atau nasib buruk. Tetapi pandangan tersebut bijaknya disadari sebagai proses yang mendasari cara berpikir dan membentuk pilihan Anda menjalani hidup.