Bagikan:

YOGYAKARTA – Menurut laporan saat pertama kali term impostor syndrome dipakai, terbukti mempengaruhi orang-orang berprestasi tinggi dan kelompok terpinggirkan. Laporan selanjutnya oleh psikolog Pauline R. Clance dan Suzanne S. Imes, menggaris bawahi bahwa inspostor syndrome atau sindrom penipu merupakan hal umum di dunia kerja.

Mengutip dari laman Universitas Gadjah Mada, psikolog klinis UGM, Tri Hayuning Tyas, S.Psi., M.A., mengatakan bahwa impostor syndrome merupakan fenomena psikologis dimana seseorang tidak mampu menerima dan menginternalisasi keberhasilan yang ia raih. Mereka yang mengalami sindrom ini selalu mempertanyakan dirinya sendiri atas pencapaian atau prestasi yang telah diraih.

Seseorang dengan impostor syndrome tak pernah berhenti meragukan apakah keberhasilan yang diraih merupakan cerminan dari kemampuannya. Mereka juga memiliki ketakutan kondisinya diketahui orang lain dan dianggap sebagai penipu. Melansir Psychology Today, berikut cara mengatasi sindrom penipu menurut Ruth Gotian, Ed.D., seorang asisten profesor pendidikan di Weill Cornell Medical College.

1. Berhenti membandingkan diri sendiri

Setiap orang memiliki perjalanan yang berbeda, termasuk kendala yang dialami serta beban kognitif. Karena itu, berhentilah membandingkan diri Anda dengan pencapaian orang lain. Kalau pesan Marshall Goldsmith, jangan sibuk mengejar apa yang orang lain miliki. Cobalah fokus pada perkembangan diri yang telah dilampaui dan sebisa mungkin simpan arsip yang berkaitan dengan peningkatan prestasi Anda.

cara mengatasi impostor syndrome
Ilustrasi cara mengatasi ragu akan kemampuan diri, impostor syndrome (Unsplash/Kaylah Matthews)

2. Hindari menjadi perfeksionis

Kesempurnaan adalah target yang bergerak. Artinya, seseorang tak pernah akan mencapainya. Alih-alih berjuang untuk mendapatkan nilai plus-plus, mendapat nila A, perlu diapresiasi. Artinya, apa yang Anda capai saat ini perlu diapresiasi sebagai hal baik.

3. Bangun support system yang sehat

Lingkaran pertemanan yang sehat mendukung kesehatan mental dan keteguhan dalam melangkah. Anda tak perlu minder ketika bersama mereka karena kolega dan teman yang suportif akan mendukung setiap langkah yang Anda pilih. Jangan lupa untuk melakukan hal yang sama pada lingkaran pertemanan yang positif.

4. Visualisasikan kesuksesan

Dalam mencapai tujuan, seringkali mengalami kegagalan mengidentifikasi kapan telah tercapai. Cobalah untuk lebih teliti dalam memvisuaslisasikan capaian. Catat setiap langkah, atau dengan membuat jurnal harian. Dalam jurnal tersebut, Anda bisa membuat skor atas capaian yang telah diraih.

5. Mengontrol pikiran

Pikiran kerap sekali mempermainkan. Bahkan ketika telah sampai tujuan, tak tahu harus menanggapinya dengan senang atau takut. Tetapi Anda perlu membingkai ulang impostor syndrome. Apabila Anda cemas dengan capaian yang telah diraih, coba bongkar satu per satu langkah yang sudah dilakukan. Dengan begitu Anda bisa melihat upaya Anda dari ‘kaca spion’.

Disamping itu, berusaha mengendalikan situasi penting dilakukan. Cobalah untuk bisa mengendalikan hal-hal yang bisa dikendalikan, termasuk pikiran yang menipu sehingga menjadi ragu pada kemampuan diri.

Itulah cara yang bisa dilakukan dalam mengatasi sindrom penipu. Langkah di atas perlu dilakukan secara berturut-turut agar senantiasa percaya diri dengan prestasi yang telah diraih.