Tak Mempercayai Pujian Atas Prestasi Diri, Menurut Pakar: Gejala <i>Impostor Syndrome</i>
Ilustrasi impostor syndrome (Freepik)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Seseorang memberikan pujian atas prestasi yang diraih merupakan bentuk apresiasi. Ketika Anda menerimanya, ini merupakan gambaran sejauh mana upaya Anda dalam meraihnya. Tetapi ternyata, ada juga orang yang tak memercayai pujian dari orang lain karena menganggap diri punya standar lebih tinggi, hanya untuk basa-basi, hingga menganggap pujian adalah kompensasi dari perhatian yang layak.

Seseorang yang mencela diri terus menerus, sulit mengakui kesuksesan yang telah diraih, hingga khawatir tak sempurna, merupakan gejala impostor syndrome. Impostor syndrome, sering membutuhkan bantuan untuk mengurangi perfeksionisme dan tidak lagi merasa tidak mampu memperbaiki diri sendiri. Selain itu, dilansir Psychology Today, Rabu, 22 Februari, impostor syndrome kerap tidak mempercayai orang lain atas pujian yang diberikan. Mereka juga tidak menghargai pencapaian yang telah diraihnya.

impostor syndrome
Ilustrasi impostor syndrome (Freepik/stockking)

Impostor syndrome bisa menjadi sumber kecemasan dan kesusahan yang nyata. Ungkap Katherine Hawley, Ph.D., seseorang yang memiliki sikap ketidakpercayaan ini cenderung selektif. Mereka juga tidak mempercayai evaluasi, ujian, dan pujian baik.

Ada sejumlah tips untuk seseorang yang mengalami impostor syndrome. Salah satu saran Hawley, cobalah bicara pada orang lain tentang kecemasan yang dirasakan. Cara lainnya adalah dengan mencatat kesuksesan dan pujian yang diterima sehingga catatan ini bisa dilihat kembali Ketika merasa sedih.

Selain itu, tambah Hawley, lepaskan perfeksionis batin yang mungkin cara ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Ditambah lagi, cobalah belajar untuk menginternalisasi kesuksesan dan pencapaian.

Perempuan sering dikaitkan dengan impostor syndrome, menurut penelitian. Tetapi ternyata pria juga bisa mengalaminya. Salah satu prediktornya adalah status minoritas di lingkungan atau mungkin latar belakang sosial ekonomi sekitar tempat tinggal. Karena itu, orang akan bersikap impostor Ketika menunjukkan bahwa ‘seseorang seperti saya’ benar-benar dapat berhasil di lingkungannya.