YOGYAKARTA – Mengantuk diawali dengan menguap berkali-kali, tetapi ternyata tak berlaku sebaliknya. Menguap tak selalu berkaitan dengan mengantuk, karena merupakan refleks umum. Biasanya setelah menguap beberapa orang merasa lebih rileks. Tetapi mengapa menguap meski tak mengantuk?
Telah lama menguap dikaitkan dengan rasa lelah atau bosan. Tetapi terdapat penelitian terbaru dilansir WebMD, Selasa, 24 mei, bahwa menguap mungkin dilakukan lebih dari sekadar mendapatkan oksigen ke otak Anda. Para peneliti juga banyak menelusuri, dengan berbagai pendekatan, mereka menemukan bahwa dengan menguap tubuh sedang memberi tanda kelelahan, kebosanan, atau mengalami tekanan ringan. Peneliti lain juga menemukan bahwa menguap adalah keterampilan empatik dan bersifat sosial sehingga bisa menular ketika seseorang di depan Anda menguap.
Jika digali lebih mendalam, tak ada alasan khusus mengapa menguap. Hanya refleks yang terjadi begitu saja tanpa disengaja. Anda tak memikirkannya ketika menguap bukan? Namun ternyata banyak hal yang disepakati peneliti sebagai penyebab menguap, antara lain sebagai berikut.
1. Perubahan ketinggian
Jika Anda berada di pesawat terbang atau mengemudi di tempat dengan ketinggian berbeda, Anda mungkin menguap sebagai respons otomatis tubuh. Ini adalah cara tubuh menyamankan tekanan di telinga.
2. Empati
Pendekatan psikologis dan sosial pun dipakai untuk menelusuri penyebab menguap. Peneliti menemukan bahwa penyebab lain menguap adalah empati sosial. Jika Anda melihat seseorang menguap atau membaca tentang menguap, Anda mungkin berkeinginan untuk menguap. Psikolog mengatakan pendorongnya adalah sikap empati. Maka semakin dekat Anda dengan seseorang, semakin besar kemungkinan Anda akan menguap jika mereka menguap.
3. Merasa bosan atau lelah
Penelitian telah menunjukkan bahwa menguap bukanlah tanda lelah atau merasa bosan. Sebaliknya, menguap adalah refleks dari otak yang membuat Anda bangun atau merasa lebih waspada. Itu berarti bahwa menguap adalah cara tubuh mencoba ‘membangunkan’ Anda.
4. Cara mendinginkan otak yang hangat
Meski tidak ada bukti ilmiah tentang menguap adalah cara tubuh mendinginkan otak yang hangat, tetapi kerap didekatkan dengan kebutuhan udara sejuk. Dalam situasi kepanasan, Anda lebih sering menguap. Maka pendekatan ini seolah menemukan bukti empiris meski belum ada studi yang membuktikannya secara ilmiah.
BACA JUGA:
5. Peregangan paru-paru
Saat menguap, terkadan diikuti dengan peregangan yang lebih besar. Sehingga tubuh bisa melenturkan otot dan meregangkan persendian. Ketika menguap mungkin juga mengalami peningkatan detak jantung. Maka dari itu, dengan meregangkan paru-paru dan memperbaiki detak jantung, Anda akan merasa lebih terjaga.
Mengutip laman kesehatan dari Medical University of South Carolina, menguap itu normal. Namun jika terjadi peningkatan menguap yang bukan disebabkan kurang tidur atau penyebab lain yang dijelaskan di atas, maka menguap bisa menjadi gejala beberapa penyakit. Masalah medis yang paling umum berhubungan dengan peningkatan menguap adalah insomnia, sleep apnea, narkolepsi, pendarahan di sekitar jantung, tumor otak, multiple sclerosis, stroke, dan serangan jantung.