Bagikan:

JAKARTA - Pernahkah Anda spontan menguap setelah melihat orang lain menguap? Baik secara langsung, di telpon, atau panggilan video. Hal ini sebenarnya sangat umum terjadi dimana menguap bisa menulari orang lain.

Lalu pertanyaannya, mengapa menguap itu bisa menular?

Dilansir dari laman SehatQ, menguap adalah respons tubuh terhadap kelelahan, rasa kantuk, hingga stres. Faktanya, sering menguap bisa menandakan suatu gangguan kesehatan. Sayangnya, sebagian orang masih suka menyepelekan penyebab sering menguap.

Proses menguap biasanya dimulai dengan membuka mulut, menarik napas dalam-dalam, dan mengisi paru-paru dengan udara hingga jumlahnya tercukupi. Udara tersebut kemudian diproses dan dikeluarkan secara perlahan.

Selama periode waktu menguap, gendang telinga akan mengalami peregangan dan mata jadi tertutup. Inilah yang jadi penyebab mengapa air mata ikut keluar seiring Anda menguap.

Berdasarkan hasil studi yang diterbitkan dalam International Journal of Applied and Basic Medical Research pada 2013, menyebutkan bahwa menguap merupakan cara refleks tubuh untuk mendinginkan otak, mendapatkan lebih banyak oksigen, atau bahkan meregangkan organ dalam.

Kondisi ini tidak dapat ditahan. Bahkan, menguap bisa menular ke orang di sekitar. Mengapa demikian?

Mengutip informasi dari laman Healthdigest, menguap merupakan perilaku manusia yang paling menular. Kejadian menguap yang menular ini lebih dikenal dengan istilah contagious yawning.

Orang Menguap (Miikka Luotio/Unsplash)

Robert R. Province, seorang ahli saraf meyakini bahwa mungkin saja seseorang dapat langsung menguap saat membaca sesuatu tentang menguap.

Province mengatakan, menguap tidak hanya menular dengan melihatnya, tetapi bisa juga dengan membaca atau mendengarnya.

Fakta lain juga mengungkapkan bahwa menguap bisa menular karena kepekaan persepsi.

Dilansir dari laman Bigthink, para peneliti di Tohoku University, Jepang mengungkapkan bahwa menguap yang menular disebabkan karena kepekaan persepsi daripada empati.

Maksud dari kepekaan persepsi adalah kepekaan pancaindra dalam memproses sesuatu.

Oleh karena itu para peneliti beranggapan bahwa menguap yang menular tidak ada hubungannya dengan empati atau kedekatan emosi dengan seseorang yang menguap.

Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa kecenderungan untuk mengulang menguap secara bawaan disebabkan oleh refleks primitif dari bagian otak yang bertanggung jawab atas fungsi motorik.

James Giordano, seorang ahli saraf, percaya bahwa perilaku tersebut dapat dikaitkan dengan neuron cermin di otak. Ia menyatakan bahwa yang terlibat di dalam neuron ini mencocokkan dengan yang Anda rasakan dan cara Anda bergerak.

Giordano juga mengatakan bahwa pencerminan sosial ini terkait dengan perilaku lain seperti menyilangkan kaki dan tertawa.