Bagikan:

YOGYAKARTA – Meski tidak melakukan apapun, ketika Anda mengamati seseorang yang sedang stres, terkadang Anda stres sendiri melihatnya. Misalnya saat Anda melihat seseorang sedang presentasi dan cemas. Anda mungkin merasakan kecemasannya juga, telapak tangan berkeringat, dan jantung berdetak lebih kencang.

Penelitian dilakukan Centre for the Advanced Study of Collective Behaviour di Universitas Konstanz, Jerman. Penelitian ini menggali dan mengamati stres memengaruhi orang sekitar serta menyebabkan kortisol lebih tinggi. Melansir Psychology Today, Rabu, 8 Mei, penularan stres dapat berdampak pada fisiologi, perilaku, dan tingkat stres orang sekitar. Hal ini dapat terjadi melalui mekanisme sosial dan biologis seperti feromon, isyarat sosial, dan ekspresi emosional.

Penularan stres sering terjadi di tempat kerja. Ketika stres pada seseorang menular kepada orang lain. Hal ini dapat berdampak serius pada produktivitas dan kesejahteraan karyawan.

stres bisa menular menurut penelitian
Ilustrasi stres bisa menular menurut penelitian (Freepik/tirachardz)

Penularan stres diukur dengan berbagai cara. Termasuk pengukuran fisiologis, seperti hormon stres atau detak jantung, observasi perilaku, pengukuran laporan diri, dan neuroimaging. Salah satu yang bikin pengukuran jadi kompleks, karena tidak ada model standar yang menginduksi penularan stres. Maka tim dari Universitas Konstanz menciptakan standar untuk mengukur penularan stres.

Peserta yang mengikuti penelitia, diamati apa yang memicu stres. Tugas yang memicu mencakup wawancara kerja tiruan yang direkam dengan audia dan video diikuti dengan tugas aritmatika mental. Selama observasi, peserta penelitian diminta menuliskan perasaan, pikiran, dan pengalaman fisik mereka sendiri.

Kelompok kontrol memiliki pengaturan serupa. Mereka diminta mengamati seseorang membacakan cerita berdurasi lima menit dengan suara keras, dan menjumlahkan tugas aritmatika mental.

Sampel detak jantung dan air liur pengamat dikumpulkan pada berbagai titik waktu untuk mengumpulkan data fisiologis. Hasil dari data fisiologis melaporkan bahwa peserta penelitian yang mengamati skenario stres menunjukkan kortisol lebih tinggi, detak jantung lebih tinggi, dan alfa-amilase air liur lebih tinggi, serta diukur aktivitas sistem saraf simpatik dan hipotalamus-hipofisis-adrenal. Reaktivitas pengamat stres mencerminkan secara aktif terlibat dalam aktivitas yang menimbulkan stres.

Mengacu dari penelitian ini, peneliti merekomendasikan cara mengelola stres dan penularan stres di tempat kerja. Selain dari hasil penelitian, mengacu juga laporan bahwa 80 persen pekerja di Amerika menderita stres terkait pekerjaan. Artinya, penting memiliki bekal keterampilan manajemen stres. Banyak sekali teknik manajemen stres, termasuk manajemen stres kognitif-perilaku. Penting juga memberdayakan karyawan untuk mengatasi stres dengan lebih baik dan mencegah penularan stres di tempat kerja.