Terinspirasi Kartini, 3 Artis Cantik Ini Perjuangkan Kesetaraan Gender
Cinta Laura Kiehl (Foto: IG @claurakiehl)

Bagikan:

JAKARTA - Raden Ajeng Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan pahlawan nasional Indonesia yang dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Lahir dari keluarga bangsawan, Kartini sempat mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) meski hanya sampai usia 12 tahun, meski demikian semangatnya untuk terus belajar tidak pernah padam.

Kartini kemudian menulis surat-surat yang berisi tentang pemikirannya terhadap kesetaraan gender, kesamaan kelas sosial dan budaya serta masalah umum lain yang terjadi di Indonesia. Sebagian tulisannya juga dimuat majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.

Setelah Kartini wafat, kumpulan surat yang pernah dikirimkan Kartini kepada teman-temannya di Eropa diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul "Door Duisternis tot Licht" yang berarti "Dari Kegelapan Menuju Cahaya" pada tahun 1911. Balai Pustaka kemudian menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran" di tahun 1922.

Dikutip dari ANTARA, buku tersebutlah yang menjadi inspirasi bagi banyak orang termasuk para tokoh kebangkitan nasional Indonesia. Buah pemikirannya berkembang hingga saat ini dan jauh melewati apa yang dicita-citakan Kartini untuk perempuan tanah air. 3 artis ini juga terinspirasi perjuangan Kartini.

Maudy Ayunda

Tak hanya berbakat di seni peran dan musik, Maudy juga memiliki kemampuan akademis yang luar biasa. Pencapaiannya dalam bidang pendidikan menjadi inspirasi bagi banyak anak muda Indonesia.

Maudy menyelesaikan program sarjana di Universitas Oxford, Inggris dengan jurusan Politik, Filosofi dan Ekonomi

serta menjadi mahasiswa Indonesia pertama yang mengambil studi tersebut. Sebelumnya, dia sempat kebingungan memilih antara berkuliah di Universitas Colombia, Amerika atau Oxford.

Setelah lulus S1, pelantun "Perahu Kertas" ini diterima di kampus unggulan dunia yakni Universitas Harvard dan Stanford untuk program pascasarjana. Keduanya sempat membuat Maudy bimbang, namun pilihan akhirnya jatuh pada Universitas Stanford.

Tak tanggung-tanggung, Maudy langsung mengambil dua jurusan sekaligus yakni Administrasi Bisnis dan Pendidikan. Keduanya diselesaikan dalam dua tahun di waktu yang bersamaan.

Dengan prestasi akademis, keterlibatannya yang aktif di dunia musik dan seni peran, Maudy masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia 2021. Namanya bersanding dengan Bae Suzy, IU, Nam Joo Hyuk, Jackson Wang, Hwasa dan lainnya.

Pemain film "Losmen Bu Broto" ini juga mendirikan Maudy Ayunda Foundation sebagai bentuk kepeduliannya terhadap anak-anak muda Indonesia. Yayasan ini berfokus pada program beasiswa untuk anak-anak miskin dan mentoring.

Yang terbaru, Maudy ditunjuk oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate sebagai Juru Bicara Presidensi G20 Indonesia karena dianggap bisa memberikan dampak sekaligus dapat menjangkau masyarakat luas melalui prestasinya, terlebih untuk merangkul generasi Z.

Cinta Laura

Wanita kelahiran 17 Agustus 1993 ini merupakan satu di antara deretan publik figur yang visi misi hidupnya menjadi inspirasi bagi anak muda. Selain memiliki prestasi akademis, Cinta juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sesama khususnya pada anak-anak dan dunia pendidikan.

Cinta mendapatkan dua gelar sarjana dari Universitas Columbia untuk program studi Psikologi dan Sastra Jerman. Dia juga berhasil lulus dengan predikat cumlaude dalam waktu tiga tahun dan mendapat nilai IPK 3,9 pada tahun 2014.

Pada tahun 2019, Cinta ditunjuk sebagai duta anti kekerasan terhadap perempuan dan anak oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Dia dipercaya mampu mendorong anak muda untuk menjadi agen pelopor dan pelapor terhadap lingkungan yang bebas dari kekerasan dan responsif gender.

Bersama keluarganya, Cinta mengelola Soekarseno Peduli Foundation miliknya. Yayasan ini telah membangun lebih dari belasan sekolah untuk membantu anak-anak kurang mampu agar dapat bersekolah. Cinta juga cukup aktif dalam mengajar anak-anak.

Kamila Andini

Lewat film-filmnya Kamila menyuarakan isu-isu tentang masalah yang dialami oleh perempuan. "YUNI" adalah salah satu karya Kamila yang mengangkat soal isu pernikahan dini dengan berbagai faktor penyebab seperti mencegah hamil di luar nikah hingga masalah ekonomi.

Dalam film ini, daerah yang ditampilkan adalah Serang, meski demikian masalah pernikahan dini banyak ditemukan di daerah lain Indonesia.

Ada juga "Sendiri Diana Sendiri", sebuah film pendek tentang perempuan bernama Diana yang melepaskan diri dari kesedihan dan berusaha tegar setelah menghadapi kenyataan bahwa suaminya menikah lagi. Film ini tampil di Festival Film Internasional Toronto 2015.

Karya-karya Kamila bisa dibilang langganan hadir dalam festival film internasional yang bergengsi. Terakhir adalah "Before, Now & Then (Nana)" yang tayang perdana dan berkompetisi di Festival Film Internasional Berlin pada Februari 2022. Film ini juga mengangkat seputar isu dan kehidupan perempuan di Indonesia.