JAKARTA - Arawinda Kirana pernah dirundung gara-gara fisik yang dinilai tidak sesuai “standard” kecantikan. Namun perundungan itu justru menumbuhkan semangat menjadi aktivis, menyebarkan anggapan bahwa definisi cantik sangat luas, tidak terpaku pada stereotipe tertentu.
Peraih piala Citra sebagai Pemeran Utama Perempuan Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2021 ini lahir dengan kulit gelap dan rambut keriting. Dia tidak memenuhi kriteria anggapan cantik di tengah masyarakat, kulit putih dan rambut lurus, sehingga mengalami pengalaman tak mengenakkan di masa sekolah.
“Iklim di Indonesia benar-benar menolak penampilan seperti saya. Tidak putih, tidak berambut panjang dan lurus. Waktu itu rambut saya hampir kribo, keriting dan mengembang, saya hampir tidak punya teman,” kata Arawinda dikutip dari ANTARA, Jakarta, Senin, 18 April.
Perundungan terjadi pertama kali ketika ia duduk di bangku kelas 4 SD. Bukan cuma satu orang, tapi ada banyak orang yang merundungnya. Kondisi membaik saat beranjak remaja karena dia masuk ke sekolah internasional yang muridnya berasal dari latar belakang berbeda dan lebih terbuka.
Tapi pernah ada murid laki-laki, seorang senior yang merasa populer dan disukai banyak perempuan, menyebutnya jelek dan tidak menarik lantaran kulitnya yang hitam dan rambut keriting. Kepercayaan dirinya kala itu menguap, tapi di sisi lain muncul semangat lebih besar untuk membuktikan bahwa anggapan itu salah
Setelah memakai seragam putih abu-abu, Arawinda mulai aktif berorganisasi dan belajar untuk menyampaikan pendapat. “Saya menemukan cinta terhadap aktivisme, bertemu banyak orang yang membuat saya menyadari bahwa dunia tidak sesempit itu,” ujar dia.
Belakangan ini, dia aktif menyuarakan opininya lewat media sosial, entah itu TikTok maupun Instagram, untuk bicara bahwa definisi cantik sangat cair, tidak terpaku pada tampilan tertentu. Semua orang punya keunikan dan orisinalitas itulah yang menjadi daya tarik setiap individu.
“Cantik itu kalau kamu betul-betul bersinar dengan caramu sendiri.”
Pengalaman dirundung tumbuhkan semangat Arawinda jadi aktivis
Jauh sebelum namanya dikenal sebagai pemeran utama film “Yuni” arahan Kamila Andini, aktris Arawinda Kirana pernah mengalami perundungan gara-gara fisik yang dinilai tidak sesuai “standard” kecantikan.
Namun perundungan itu justru menumbuhkan semangat menjadi aktivis, menyebarkan anggapan bahwa definisi cantik sangat luas, tidak terpaku pada stereotipe tertentu.
Peraih piala Citra sebagai Pemeran Utama Perempuan Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2021 ini lahir dengan kulit gelap dan rambut keriting dan mengembang. Dia tidak memenuhi kriteria anggapan cantik di tengah masyarakat, kulit putih dan rambut lurus, sehingga mengalami pengalaman tak mengenakkan di masa sekolah.
“Iklim di Indonesia benar-benar menolak penampilan seperti saya. Tidak putih, tidak berambut panjang dan lurus. Waktu itu rambut saya hampir kribo, keriting dan mengembang, saya hampir tidak punya teman,” kata Arawinda di acara Sunsilk, Jakarta, Senin.
Perundungan terjadi pertama kali ketika ia duduk di bangku kelas 4 SD. Bukan cuma satu orang, tapi ada banyak orang yang merundungnya. Kondisi membaik saat beranjak remaja karena dia masuk ke sekolah internasional yang muridnya berasal dari latar belakang berbeda dan lebih terbuka.
Tapi pernah ada murid laki-laki, seorang senior yang merasa populer dan disukai banyak perempuan, menyebutnya jelek dan tidak menarik lantaran kulitnya yang hitam dan rambut keriting. Kepercayaan dirinya kala itu menguap, tapi di sisi lain muncul semangat lebih besar untuk membuktikan bahwa anggapan itu salah.
BACA JUGA:
Setelah memakai seragam putih abu-abu, Arawinda mulai aktif berorganisasi dan belajar untuk menyampaikan pendapat.
“Saya menemukan cinta terhadap aktivisme, bertemu banyak orang yang membuat saya menyadari bahwa dunia tidak sesempit itu,” ujar dia.
Belakangan ini, dia aktif menyuarakan opininya lewat media sosial, entah itu TikTok maupun Instagram, untuk bicara bahwa definisi cantik sangat cair, tidak terpaku pada tampilan tertentu. Semua orang punya keunikan dan orisinalitas itulah yang menjadi daya tarik setiap individu. “Cantik itu kalau kamu betul-betul bersinar dengan caramu sendiri,” tegas Arawinda Kirana.