Bagi Pasangan Subur, Ini 5 Alasan Pentingnya Merencanakan Kehamilan
Ilustrasi alasan pentingnya merencanakan kehamilan (Unsplash/Drew Hays)

Bagikan:

JAKARTA – Kehamilan perlu direncanakan karena banyak risiko yang mungkin akan dialami. Baik risiko fisik maupun mental bagi pasangan subur. Perencanaan kehamilan bisa ditempuh dengan memakai alat kontrasepsi hormonal maupun non-hormonal.

Menurut penjelasan narasumber dalam talk show bertajuk “Pentingnya Peran Kontrasepsi Modern untuk Menyukseskan Program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi” pada Senin, 14 Februari 2020, terdapat sejumlah alasan bahwa pasangan subur wajib merencanakan kehamilan. Anjuran ini didorong fakta mengenai KTD dengan jumlah 500.000 pada tahun 2021. Tingginya angka tersebut bisa mengakibatkan risiko pada perempuan hamil meliputi depresi, gangguan kecemasan, stres, stunting pada bayi, dan berkontribusi pada Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

Melalui fakta tersebut di atas, berikut alasan setiap pasangan subur wajib merencanakan kehamilan atau keluarga berencana demi menjaga kesehatan, baik kesehatan reproduksi, tubuh, mental, dan relasi dengan pasangan.

1. Terpenuhinya asupan gizi dan nutrisi untuk mencegah stunting

Menurut Ketua BKKBN, Dr. (HC) Hasto Wardoyo, Sp.Og. (K), kekurangan asupan gizi dan nutrisi berkontribusi pada tingginya angka stunting. Oleh karena itu, dengan kehamilan yang direncanakan, asupan ibu hamil yang tercukupi dan kesiapan pasangan subur bisa membantu menurunkan risiko. Dalam perencanaan kehamilan BKKBN melibatkan bidan untuk memberikan edukasi pada pasangan subur.

Mencegah kehamilan tak direncanakan (KTD) bisa dilakukan dengan memakai kontrasepsi modern. Dalam hal ini, kontrasepsi modern, adalah alat kontrasepsi yang mudah diakses. Seperti kontrasepsi hormonal, misalnya IUD ataupun kontrasepsi non-hormonal dengan menggunakan kondom.

Konferensi pers Durex, BKKBN, IBI, dan KlikKB
Ilustrasi Konferensi Pers “Pentingnya Peran Kontrasepsi Modern untuk Menyukseskan Program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi” (Sumber: doc. istimewa)

2. Terhindar dari masalah reproduksi

Dipaparkan oleh Donny Wahyudi, Head of External Communications and Community Affairs Reckitt Indonesia, edukasi tentang kesehatan reproduksi bisa diakses dengan mudah. Misalnya dengan menemukan merek kontrasepsi global, Durex, yang mendukung kesehatan reproduksi.

Masalah reproduksi, seperti penyakit menular seksual bisa diminimalisir dialami pasangan subur dengan mengenakan kondom pada aktivitas seksual. Kontrasepsi modern, termasuk kondom, saat ini mudah sekali diakses atau dibeli. Bahkan edukasi mengenai kesehatan reproduksi juga dengan mudah didapatkan lewat utas platform media sosial yang terpercaya.

3. Pasangan berkesempatan memenuhi tanggung jawab sebagai orang tua

Memiliki buah hati, tidak seperti sebuah mitos ‘Banyak anak, banyak rezeki’. Menurut Inez Kristanti, S.Psi., M.Psi., membangun keluarga merupakan tanggung jawab kedua orang yang berpasangan. Sehingga keduanya perlu menghayati akan makna menjadi orang tua.

“Supaya peran orang tua lebih dihayati secara tanggung jawab, maka butuh direncanakan dengan baik. Proses yang setara juga perlu dipahami. Istri memang yang melahirkan tetapi suami dan istri perlu menjadi satu tim untuk memenuhi tanggung jawab sebagai orang tua,” terang Inez.

4. Ekpektasi lebih terkontrol

Inez yang berprofesi sebagai psikolog klinis, menerangkan lebih lanjut bahwa kemampuan menjadi orang tua dan kedewasaan akan melewati ujian ketika memiliki buah hati. Untuk itu, diperlukan perencanaan terhadap ekspektasi. Misalnya, bagaimana kalau yang terjadi tidak sesuai dengan rencana, maka pasangan suami istri harus saling mendukung satu sama lain untuk menghadapi kenyataan yang terjadi diluar rencana.

5. Melahirkan generasi yang berkualitas

Hendra Tjong, CEO KlikKB KlikDokter, memaparkan bahwa kehamilan yang direncanakan berpotensi melahirkan generasi yang berkualitas. Pasalnya, tanggung jawab menjadi orang tua perlu dipahami hingga fasih sehingga tidak ada yang luput dan meninggalkan tanggung jawab karena kurang edukasi. Oleh karena itu, mencari dan mendapatkan edukasi agar mumpuni menjadi orang tua perlu dilakukan bagi pasangan subur.

Sebagai penutup, Luki Febriyanti, Healthcare Category Lead Reckitt, menjelaskan bahwa risiko kehamilan tak direncanakan berhubungan dengan banyak hal. Selain kesehatan reproduksi, aspek psikologis terhadap perilaku seksual yang sehat dan bertanggungjawab juga perlu dijadikan pertimbangan sebelum memiliki buah hati. Misalnya, hubungannya dengan kesehatan anak, pola komunikasi, pola asuh, dan parenting.