Bagikan:

JAKARTA -  "Mati!" Anak-anak buah John Kei berseru menyambut pertanyaan sang pimpinan yang bertanya, "Apa hukuman bagi seorang pengkhianat?" Seruan itu mengawali perburuan, serangan, hingga rencana pembunuhan terhadap Nus Kei, paman John Kei sendiri.

 [Klik untuk Menambah Rasa]

Tiga mobil berisi belasan orang bersenjata tombak hingga pedang menembus gerbang Cluster Australia, Cipondoh, Tangerang. Mereka adalah anak buah John Kei. Hanya hitungan detik hingga mereka sampai tujuan, rumah Nus Kei yang berjarak 70 hingga 80 meter dari gerbang.

Dengan senjata di genggaman, mereka turun dari mobil, menuju ke rumah bernomor 52, kediaman Nus Kei. Rangkaian kejadian itu jadi awal peristiwa perusakan dan penyerangan kelompok John Kei ke kediaman Nus Kei.

Di lokasi lainnya, kelompok John Kei yang lain bergerak ke Kosambi, Jakarta Barat. Kelompok itulah yang menganiaya rekan Nus Kei, Yustus Kei hingga tewas.

Di Cluster Australia, kami mendapat gambaran peristiwa penyerangan kediaman Nus Kei lewat pra-rekonstruksi yang digelar kepolisian. "Mobil berhenti tepat di rumah nomor 52. Kemudian para pelaku langsung turun dengan membawa senjata masing-masing," kata polisi pemegang komando.

Dalam adegan penyerangan, polisi melibatkan tiga tersangka anak buah John Kei untuk mewakili belasan orang lain yang terlibat dalam peristiwa sesungguhnya. Sebelum memulai peragaan aksi penyerangan, seorang polisi bertopi hitam menghampiri Nus Kei. Tak lama kemudian, adegan pun diperagakan.

Nus Kei dan anggota kelompoknya (Rizky Adytia Pramana/VOI)

Satu tersangka dibekali pedang yang terbuat dari kardus. Dua tersangka lain dibekali barbel mainan. Dalam kejadian sebenarnya, dua tersangka itu diketahui mengambil barbel yang berada tepat di depan rumah Nus Kei.

"Tersangka S melemparkan juga barbel ke dalam. Tersangka T mengambil barbel, kemudian melemparkan ke kamar," kata polisi pemegang komando melalui pengeras suara.

Belasan anak buah John Kei yang diwakili oleh tiga orang itu langsung merusak rumah Nus Kei. Kaca depan rumah, ruang tamu, hingga sejumlah perabotan jadi sasaran. Dalam situasi pra-rekonstruksi, kondisi rumah terlihat sudah berantakan. Barang-barang berserakan.

Terlihat, tujuh sampai delapan bekas lubang pada kaca rumah Nus Kei. Usai melakukan perusakan, anggota kelompok John Kei segera masuk ke dalam mobil yang langsung menancap gas.

Minggu, 21 Juni, sesaat sebelum penyerangan, rumah putih berpadu warna merah itu sedang cukup ramai. Istri, anak, pembantu, dan beberapa kerabat Nus Kei sedang beraktivitas seperti biasa. Namun, ketika belasan anak buah John Kei mulai menyerang, keadaan di dalam rumah berubah total. Kepanikan melanda orang-orang seisi rumah.

Mereka bergerak cepat melarikan diri, naik ke lantai dua dan memanjat tembok yang cukup tinggi. Setelah menaiki tembok, mereka semua memutuskan untuk berjalan di atas genteng yang panas akibat paparan sinar matahari. Ketika berada di bagian rumah sebelahnya, mereka berdiam diri selama beberapa saat hingga akhinya kelompok John Kei pergi.

Pra-rekonstruksi kasus John Kei (Rizky Adytia Pramana/VOI)

Kembali ke pra-rekonstruksi. Pada bagian terakhir, para pelaku diminta memeragakan adegan ketika mobil menabrak pagar. Dengan kecepatan tinggi, mobil terdepan menghantam pagar, kemudian diikuti oleh empat mobil lainnya. Dari sana, tujuan mereka selanjutnya adalah daerah Bekasi. Mereka kembali ke markas besar kelompok John Kei.

Tongkat komando pra-rekonstruksi diambil alih Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus. Dia mengatakan, ada satu adegan yang belum diperagakan, yaitu penembakan. Alasannya, senjata api yang digunakan belum ditemukan. Selain itu, masih ada belasan pelaku yang masih buron. "Ada adegan yang belum kita peragakan. Karena, pertama senpi yang belum ditemukan," kata Yusri.

Usai adegan perusakan, seorang pelaku berperawakan ikal menunjukkan gestur menantang ke arah anak buah Nus Kei yang berada di lokasi. Sebelum dimasukkan ke dalam mobil, pria ikal itu mengangkat kepalan tangan yang ia arahkan ke anak buah Nus Kei. Lantas, anak-anak buah Nus Kei langsung merespons dengan teriakan, "Hei, biadab kau!"

Dalam keseluruhan proses pra-rekonstruksi, setidaknya ada lima lokasi yang didatangi. Pertama, kawasan Kelapa Gading. Kemudian, wilayah Tytyan Bekasi yang merupakan markas kelompok John Kei, kawasan Arcici di Cempaka Putih, hingga daerah Kosambi dan Cluster Australia di Cipondoh yang merupakan lokasi penganiayaan dan penyerangan.

Pra-rekonstruksi

Sore hari, Rabu, 24 Juni, matahari tak sepanas biasanya. Awan hitam dan rintik hujan membasahi jalan sebelum pra-rekonstruksi itu berlangsung. Hingga sekitar pukul 15.00 WIB, rombongan anggota polisi mendatangi lokasi kegiatan.

Puluhan polisi dari berbagai satuan berkumpul jadi satu. Mereka berasal dari Polda Metro Jaya dan Polres Metro Tangerang. Beberapa di antara mereka terlihat memakai rompi antipeluru dan dipersenjatai laras panjang.

Sekitar 15 menit berlalu, rombongan bus pembawa para pelaku datang. Setidaknya, ada dua bus yang berjalan beriringan dengan pengawalan beberapa mobil polisi lainnya. Kedatangan rombongan itu direspons oleh polisi lainnya. Sebagian di antara mereka mengatur lalu lintas. Sisanya bersiap memulai pra-rekonstruksi.

Sebelum pra-rekonstruksi dimulai, beberapa polisi tampak memarkirkan mobil yang digunakan para pelaku. Lima mobil diparkirkan tepat di depan Cluster Australia. Kegiatan itu menarik perhatian warga. Mereka tampak berkumpul di sekitar lokasi pra-rekonstruksi. Setelah semua rampung dipersiapkan --mulai dari para pelaku, senjata tajam yang digunakan, hingga mobil, pra-rekonstruksi dimulai.

Pra-rekonstruksi kasus John Kei (Rizky Adytia Pramana/VOI)

Mundur sebelum pra-rekonstruksi di Cluster Australia, polisi juga melakukan pra-rekonstruksi terkait dengan perencanaan penganiayan dan perusakan rumah Nus Kei. Adegan perencanaan itu dilakukan di halaman Polda Metro Jaya yang dibuat seolah-olah seperti markas John Kei di daerah Jalan Tytyan Indah, Bekasi, Jawa Barat.

Dalam reka ulang adegan itu, John Kei yang diperagakan oleh pemeran pengganti memerintahkan anak buahnya untuk menyerang Nus Kei. Dalam perintah itu, John Kei hanya melempar pertanyaan kepada anak buahnya soal hukuman bagi pengkhianat.

"Apa hukuman bagi seorang pengkhianat?," seru Jhon Kei kepada anak buahnya yang langsung menjawab dengan teriakan, "Mati!"

Anak-anak buah John Kei kemudian melancarkan aksi berdasar apa yang direncanakan. Mereka menganiaya Yustus di kawasan Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, hingga tewas dengan luka bacok di hampir seluruh bagian tubuhnya. Setelah pembunuhan Yustus, kelompok lain juga bergerak melakukan serangan ke kediaman Nus Kei. Beruntung, tak ada korban di sana.

Ancam petugas keamanan

Di awal pra-rekonstruksi, sekitar sepuluh polisi yang lima di antaranya bersenjata laras panjang menurunkan para tersangka, anak buah John Kei dari bus. Mereka terlihat mengenakan kemeja berwana jingga khas tahanan.

Dengan tangan terikat tali ties, anak-anak buah John Kei yang berjumlah lima orang --lainnya diminta tetap di dalam bus agar tidak terjadi keributan-- berjalan beriringan menuju muka perumahan mewah. Mereka diminta berada di dalam mobil guna memeragakan adegan pertama perusakan rumah Nus Kei.

Seorang anggota polisi berkemeja putih mengambil komando pra-rekonstruksi --di sini polisi itu kita sebut sebagai polisi pemegang komando. Dengan pengeras suara, dia memerintahkan dua pelaku untuk seolah-olah mengendarai mobil dan mengintimidasi para petugas keamanan perumahan.

Mendengar perintah itu, dua pelaku, RAG dan GL mengikuti arahan tersebut. Untuk RAG, ia memulai aksinya dengan memberhentikan mobil tepat di depan gerbang perumahan. Sedangkan GL turun dari mobil dan menghampiri petugas keamanan.

"Tersangka RAG membawa kendaraan, kemudian menghentikan kendaraan tepat di depan portal. Tersangka GL keluar, langsung menuju portal untuk persiapan mendorong," ucap polisi itu.

Kemudian, polisi itu kembali meminta seorang tersangka berinisial C untuk mengejar seorang petugas keamanan yang lari ketakutan. Bergenggam senjata tajam di tangan, C memeragakan saat dia memburu petugas yang diperankan oleh pemeran pengganti.

Pra-rekonstruksi kasus John Kei (Rizky Adytia Pramana/VOI)

"Sedangkan, tersangka C dengan membawa senjata tajam mencoba mengejar security yang lari ke dalam pos," kata polisi itu.

Usai memeragakan adegan di bagian pertama, polisi pemegang komando kembali memberikan arahan. Namun, sebelum memulai, beberapa polisi lainnya memindahkan lima mobil itu ke dalam kawasan dalam perumahan. Sementara, para pelaku tadi berjalan kaki dengan pengawalan ketat menuju dalam perumahan.

Pada adegan ini, hanya dua dari lima mobil yang seolah dikendarai pelaku berhenti tepat di dekat pos penjagaan. Sedangkan, tiga lainnya menuju rumah Nus Kei yang berada di sisi kiri dari gerbang perumahan.

"Mobil fortuner berwana hitam yang diasumsikan berwarna hitam masuk ke dalam cluster. Disusul oleh inova berwarna hitam. Di mana mobil fortuner langsung menuju tempat tinggal dari sodara NK di nomor 52," kata polisi pemegang komando sebelum memulai rangkaian adegan penyerangan rumah Nus Kei.