Bagikan:

JAKARTA - Tahun 2021 baru memasuki hari kesembilan, ketika pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh di perairan sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki. Upaya search and rescue (SAR) dilakukan. Tragedi ini mendorong banyak pihak bergabung dalam lingkaran kemanusiaan di Jakarta International International Container Terminal (JICT). Kami di sana, di hari ketiga operasi SAR, melihat bagaimana sinergitas itu terbentuk dan saling menyokong.

Senin, 12 Januari, kami sampai di posko JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Pagi hari pukul 09.30 WIB, pemandangan sekitar sudah penuh kesibukan. Pelabuhan JICT beroperasi seperti biasa, termasuk sejumlah alat dan perangkat yang digunakan dalam proses bongkar muat, termasuk mesin Rubber Tyred Gantry (RTG) yang mengeluarkan suara bising, sebagaimana akan Anda dengar di dalam proses liputan kami.

JICT 1 berada di seberang tempat kami berdiri di JICT 2 (Detha Arya Tifada/VOI)

 [Klik untuk Menambah Rasa]

Titik operasi SAR Sriwijaya Air SJ-182 ada di dermaga JICT 2, tepatnya di seberang pelabuhan JICT yang penuh aktivitas bongkar muat dengan segala perangkatnya. Di sisi dermaga JICT 2, Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Kurau sedang bersandar. Para prajurit TNI serempak memberi hormat pada kapal. Mereka melepas KRI Kurau untuk menjalani tugas menyisir perairan sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki.

Selang satu jam dari keberangkatan KRI Kurau, kapal milik Badan SAR Nasional (Basarnas), KN Basudewa gantian bersandar. Kapal itu tampak membawa sejumlah temuan dari operasi SAR. Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar) Rasman berdiri ke tengah dermaga beberapa saat kemudian, memberikan perkembangan terbaru untuk kami dan awak media lain yang hadir.

Ada satu kantong berisi bagian tubuh atau body part korban Sriwijaya Air SJ-182. Seluruh temuan itu, kata Rasman akan dikirim ke tim Disaster Victim Indentification (DVI) Polri untuk diidentifikasi. "Selanjutnya kami akan serahkan pada tim DVI dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk dilakukan proses lebih lanjut,” kata Rasman.

Dengan tambahan satu kantong, total saat itu tim gabungan telah mengumpulkan 19 kantong body part korban dan sepuluh kantong pecahan pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Hal terakhir yang disampaikan otoritas untuk menutup konferensi pers itu adalah agar semua pihak tetap awas pada potensi penularan COVID-19.

Tantangan dijawab sinergi

Posko-posko yang tersebar di tengah sentra operasi SAR JICT (Detha Arya Tifada/VOI)

Tak ada satu pun tragedi yang mudah dihadapi. Dalam konteks kecelakaan fatal penerbangan, operasi SAR kali ini memiliki tantangan berbeda. Pandemi, bagaimanapun belum berakhir. Operasi SAR jadi lebih menantang.

Sederet posko terlihat di JICT. TNI, Polri, Basarnas, Baznas hingga banyak relawan turut hadir. Kami berkeliling posko-posko itu untuk mencari tahu bagaimana sinergitas ini berjalan. Pertama adalah posko Baznas DKI.

Kami menemui Ahmad Sholeh, seorang petugas lapangan Baznas DKI. Menurut Sholeh, Baznas hadir untuk menyokong kerja tim gabungan yang terlibat dalam operasi SAR. Dalam operasi SAR hari pertama dan kedua, Baznas juga juga sempat menerjunkan tim beserta perahu. Di daratan, posko-posko sengaja didirikan untuk mengakomodir kepentingan relawan.

 “Karena kejadian ini kemudian kita menurunkan tim relawan untuk membantu proses evakuasi maupun yang lain dari pihak-pihak terkait dari Basarnas, BPBD. Kan kita sifatnya hanya support saja, dari segi peralatan, dari segi kemampuan, kita hanya support. Kita melayani para relawan yang bertugas dan kita meringankan mereka dari segi akomodasi, konsumsi, segala macam kita bantu,” kata Sholeh.

Selain Baznas, Telkom Indonesia juga hadir. Perusahaan BUMN itu menyokong keperluan informasi dan komunikasi. Teguh dari Divisi Government Service menjelaskan peranan Telkom dalam operasi ini meliputi ketersediaan jaringan komunikasi di kapal-kapal yang digunakan untuk evakuasi. Telkom juga memastikan stabilitas jaringan komunikasi di lokasi Posko JICT 2.

 “Telkom sudah bermitra dengan Basarnas, TNI AL. Kita support dalam bentuk segala macam jaringan komunikasi, khususnya untuk kapal-kapalnya TNI AL dan Basarnas kita ada melalui mekanisme satelit,” kata Teguh.

Terkait upaya mencegah penularan virus corona di tengah operasi SAR, Puskesmas Kecamatan Koja membuka pos kesehatan. Mereka menyediakan layanan tes swab antigen COVID-19 gratis khusus relawan dan jurnalis.

Jurnalis VOI Detha Arya Tifada melakukan swab tes antigen (Diah Ayu Wardhani/VOI)

Selain tes swab antigen COVID-19, Puskesmas Kecamatan Koja juga mendata orang-orang. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari mekanisme tracing. Ini jadi masuk akal. Di posko JICT 2 yang kami tempati, kerumunan tak terhindarkan.

Di sisi lain lingkaran kemanusiaan ini, ada juga Ruffaidah Humanity Care. Mereka hadir untuk menyediakan makanan dan minuman untuk para petugas, relawan, dan awak media. Seorang petugas lapangan yang kami wawancara sebagai anonim di lapangan mengatakan:

Dalam kegiatan di JICT ini kami fokus di relawan ya. Kami fokus menjaga relawan karenakan kita gak ada tim evakuasi. Jadi, kita coba fokus di medis dan keperawatan. Lebih ke makanan sehat dan logistik untuk teman-teman relawan. Hari ini kita bawa makanannya dalam bentuk minuman sehat. Terus snack buat teman-teman relawan.

Ruffaidah Humanity Care bukan satu-satunya kelompok relawan. Ada juga Indonesia Escorting Ambulance (IEA) Chapter Depok. Kelompok pengendara sepeda motor itu menjalani peran pengawalan mobil ambulans yang berisi body part, dari Tanjung Priok ke Rumah Sakit Polri di Kramat Jati, Jakarta Timur.

Seorang anggota IEA, Titan Fikri menyebut apa yang mereka lakukan adalah upaya agar korban-korban Sriwijaya Air SJ-182 dapat sampai ke tim DVI Polri dengan cepat. Dengan begitu, identifikasi dapat segera dilakukan.

Indonesia Escorting Ambulance (Detha Arya Tifada/VOI)

JURNALISME RASA LAINNYA