Kondisi PPKM yang semakin menurun menumbuhkan harapan besar bagi banyak orang termasuk mereka yang bergerak dalam bidang transportasi logistik. Menurut Drs. Gemilang Tarigan MBA, Ketua Umum DPP Aptrindo (Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia) seiring dengan makin membaiknya keadaan membuat harapan semakin besar. Saat ini katanya sudah 80 persen pengusaha truk yang mengoperasikan armadanya.
***
Aptrindo sebagai tempat bernaungnya pengusaha truk di Indonesia dideklarasikan pada 19 Agustus 2014 di Sunlake Hotel, Sunter Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ada 48 peperusahaan truk dari berbagai daerah di seluruh Indonesia yang ikut dalam pendirian Aptrindo. Kini terdapat 34 pengurus Wilayah (DPW) dan 24 pengurus Cabang (DPC) Aptrindo yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah anggota saat ini yang terdaftar sebanyak 2.500 perusahaan truk.
Menurut data dari Kepolisian Republik Indonesia yang dihimpun tahun 2020 silam, saat ini tercatat sebanyak 6,5 juta unit truk yang beroperasi di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu yang yang terdaftar pada wadah angkutan khusus pelabuhan seluruh Indonesia sebanyak 44 ribu unit.
Sejatinya pengusaha truk selama masa pandemi sama sekali tidak dilarang mengoperasikan armadanya. Namun barang yang diangkut yang menurun drastis jumlahnya. Karena banyak sektor yang terdampak pandemi COVID-19 jumlah produksinya terkoreksi secara signifikan. Hanya bahan kebutuhan pokok, obat-obatan dan barang yang berhubungan dengan kesehatan yang masih berporoduksi. Akibatnya banyak pengusaha truk yang tak menjalankan armadanya jumlah barang yang diangkut menurun.
Selama masa pandemi, kata Tarigan anggota Aptrindo berusaha bertahan dengan berbagai cara. Paling umum dilakukan adalah penjadwalan masuk bagi sopir truk karena jumlah barang yang diangkut menurun. “Jadi sopir yang masuk digilir atau bergantian. Namun karena kondisi pandemi ini tidak sebentar, ada yang masih bisa bertahan namun ada juga yang terpaksa merumahkan atau mem-PHK sebagian karyawan agar bisa terus bertahan,” kata Gemilang Tarigan yang terpilih dalam masa menjadi Ketua Umum Aptrindo untuk masa bakti 2014-2019, dan dilanjutkan periode kedua 2019-2024.
Beruntung kondisi PPKM di berbagai wilayah makin menurun. Hal ini juga berimbas pada membaiknya kinerja anggota Aptrindo. Menurut Tarigan data terakhir anggotanya sudah semakin mengembirakan. “Ini mulai merangkak naik, kemungkinan sekitar 80 persen anggota sekarang sudah mulai bergerak,” ujar Gemilang Tarigan.
Ia berbagi cerita tentang problematik yang dihadapi anggota Aptrindo selama pandemi, dan harapannya pada pemerintah agar bisa memberikan relaksasi terutama dalam pembayaran cicilan kredit pada pihak perbankan atau lembaga keuangan yang memberikan pinjaman. Berikut petikan wawancara selengkapnya dengan Iqbal Irsyad, Edy Suherli, Savic Rabos dan Rifai dari VOI di kantor DPP Aptrindo, belum lama berselang.
Ketika pandemi COVID-19 sedang tinggi-tingginya, seperti apa kesulitan yang dialami pengusaha truk yang bernaung di Aptrindo? Berapa persentase penurunan prosentasi pekerjaan? Berapa nilai kerugian rata-rata yang ditanggung teman-teman Aprtindo?
Pandemi ini sudah hampir dua tahun, selama pandemi ini truk itu tidak dilarang beroperasi. Tetapi muatannya barang-barang industri yang ikut terdampak. Ada yang tidak berproduksi sama sekali selama pandemi ini. Jadi engga ada muatan yang bisa diangkut. Pada saat pandemi tahun pertama itu anggota kita hanya pengoperasinya 40 persen truknya, sisanya 60 persen truk parkir di garasi. Inilah problema yang didadapi oleh anggota Aptrindo selama pandemi ini.
Sampai saat ini ada berapa anggota Aptrindo dan berapa jumlah truk yang terdata di seluruh Indonesia?
Ada sekitar 6,5 juta truk yang ada di seluruh Indonesia. Selama masa pandemi ini 40 persen truk yang beroperasi. Dan itu yang melayani angkutan pangan dan kebutuhan pokok, obat-obatan dan barang-barang yang berhubungan dengan alat kesehatan. Yang juga beroperasi adalah truk-truk kecil yang melayani ekspedisi untuk bahan-bahan tokoh online.
Anggota kita sekarang sebanyak 2.500 perusahaan truk. Mereka tersebar di 34 pengurus Wilayah (DPW) dan 24 pengurus Cabang (DPC) Aptrindo di seluruh Indonesia.
Banyak yang terdampak pandemi, apakah ada perusahaan yang merumahkan atau mem-PHK karyawannya?
Pada awalnya anggota kami menerapkan sistem bergantian masuk untuk para sopir. Namun karena pandemi ini berlangsung tidak sebentar ada perusahaan yang masih kuat dan ada juga yang harus realistis dan melakukan perumahan atau melakukan PHK karyawan agar perusahaan bisa bertahan.
Sekarang dengan makin menurunnya PPKM berapa persen yang sudah bergerak?
Makin menurunnya PPKM memang menimbulkan harapan bagi kami. Sektor produksi mulai bergairah kembali. Barang-barang yang diangkut volumenya mulai bertambah. Kini data terakhir yang saya terima prosentase truk yang sudah mulai jalan itu mencapai 80 persen. Semoga angka ini terus meningkat sehingga bisa menjadi indikator pulihnya perekonomian kita dan bisa lepas dari pandemi yang membuat banyak orang terdampak.
Menurut saya Indonesia termasuk bagus dengan menerapkan pola PPKM, jadi tidak lockdown secara total. Jadi meski ada pembatasan, masih ada yang bisa bergerak dan seiring dengan makin menurunnya PPKM jumlah yang bisa bergerak semakin banyak. Sejak enam bulan lalu sudah mulai ada pergerakan sampai sekarang sudah mencapai sekitar 80 persen angka truk yang beroperasi.
Estimasi Anda kira-kira kapan bisa normal kembali?
Kita memang membutuhkan waktu untuk kembali normal seperti sebelum masa pandemi. Perkiraan saya sekitar dua tahun untuk kembali ke posisi normal. Namun saat ini progres yang terjadi sudah amat mengembirakan. Ini perkembangan yang bagus sekali. Semoga bisa konsisten dan terus meningkat sehingga bisa kembali seperti dulu sebelum pandemi. Sekarang anggota kami mulai berbenah setelah dihantam pandemi.
Untuk pembayaran kredit ada relaksasi dari pemerintah, apakah hal ini membantu?
Memang betul ada relaksasi, itu hanya penundaan pembayaran saja. Kewajiban untuk membayar tunggakan tetap harus dilaksanakan. Ini yang terasa berat bagi kami. Yang kami harapkan itu kalau bisa pemerintah mengenakan pemotongan bunga agar menjadi ringan bebannya.
Kalau dikomparasi dengan kredit kendaraan lainnya seperti apa perbandingan besaran bunga pada sektor Anda?
Bunga untuk industri angkutan logistik khususnya truk ini sangat tinggi. Jadi berbeda dengan angkutan penumpang pribadi. Kita lihat kalau pribadi bunganya bisa tiga persen bahkan ada yang nol persen. Sementara kita di bidang tranportasi logistik ini bunganya bisa mencapai 12 persen setahun, ini masih bunga normal. Ini yang memberatkan bagi kami. Karena itu kami meminta kepada pemerintah agar bisa memberikan perhatian pada pegusaha truk, besaran bunga kreditnya bisa dikurangi. Selama masa pemulihan ini kalau bisa dibuat nol persen bunganya. Nanti setelah keadaan pulih kembali lagi seperti semula.
Berapa rata-rata harga 1 truk kontainer saat ini? Berapa besaran pendapatan yang bisa didapat dari satu truk, misalnya untuk jarak tempuh 50 kilometer?
Harga truk sekarang makin mahal. Sekarang sudah di atas Rp1 miliar. Untuk onder angkut kontainer dengan jarak 50 kilometer estimasi yang didapat 2 juta. Dari situ 50 persen untuk operasional. Dengan pendapatan yang demikian satu truk yang dibeli dengan cara leasing, tak mampu membayar cicilan. Agar bisa bayar harus disubsidi dari truk sebelumnya yang sudah lunas.
Bagaimana dengan biaya tol di negara kita?
Tol untuk di kita termasuk mahal menurut saya. Dari Jakarta ke Surabaya bisa mencapai Rp 1 juga biayanya. Ini juga persoalan bagi kami, beban ini tak mau ditanggung oleh pemilik barang. Sedangkan kami juga berat, akhirnya mau tak mau dibebankan kepada konsumen. Harga jual menjadi meningkat. Meski sudah ada tol ke Jawa hanya 10 persen yang lewat, itu pun motivasinya untuk menghindari jembatan timbang di jalan arteri. Bukan untuk efisiensi dengan lewat jalan tol. Ini sudah kami sampaikan pada pemerintah agar pentarifan jalan tol bisa berpihak pada pengusaha angkutan logistik.
BACA JUGA:
Jelang Natal dan Tahun baru berapa besar peningkatan angkutan truk?
Kalau di tahun-tahun yang normal bawa peningkatan aktivitas angkutan logistik di akhir tahun itu bisa sampai 20 sampai 30 persen. Kelihatannya tahun ini juga begitu karena pertama di samping kebutuhan yang meningkat orang juga mengejar target akhir tahun. Perusahaan mengejar target, mereka pasti menggenjot penjualan. Sebenarnya ini kesempatan bagi kami. Namun ada kendala di akhir tahun, jalanan macet dan pembatasan.
Angkutan logistik udara di masa pandemi meningkat drastis, bagaimana Anda melihat hal ini? Sebenarnya yang paling efisien itu pengiriman memalui udara, laut atau darat?
Di masa pandemi memang ada stuasi yang mendesak. Saat angkutan laut yang lebih murah yang diharapkan tidak bisa, sementara obat-obatan dan alat kesehatan harus didistribusikan dengan cepat, pilihannya kemudian ke kargo pesawat. Memang yang paling efisien itu pengiriman melalui laut, lalu kereta, kemudian truk dan terakhir udara kalua secara biaya. Tapi kalua pertimbangannya waktu yang memang kargo udara, tapi dengan biaya yang lebih mahal. Jadi kalua industri sudah bangkit setiap sector angkutan itu akan menikmati semua secara merata, karena setiap moda transportasi logistik punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Hikmah dari pandemi ini membuat industri logistik menjadi semakin canggih dan bisa efisien. Kalau dulu dari Garut misalnya, mengirimkan barang dinaikkan 1 Colt Diesel dibawa ke Jakarta. Dengan adanya sistem sekarang ini barang itu kirimkan ke satu poin misalnya Jakarta Timur atau Jakarta Utara, dari poin ini nanti disebarkan melalui truk-truk kecil bahkan sepeda motor. Ini yang membuat biaya logistik menjadi murah. Pengguna bisa menikmati pengiriman murah ini. Pengiriman yang cepat membuat volume barang yang dikirim juga meningkat.
Bagaimana dengan adanya truk ODOL, pembinaan apa yang dilakukan Aptrindo sebagai organisasi?
Adanya truk ODOL memang menjadi persoalan klasik ya. ODOL itu adalah truk yang kelebihan muatan atau over dimension over loading (ODOL). Terjadinya kelebihan muatan ini karena ingin muatan yang lebih besar. ODOL ini karena aturan yang berbeda satu daerah dengan daerah lain. Menurut UU, kapasitas angkutan harus disesuaikan dengan jalan di daerah itu. Di daerah lebih kecil dibandingkan dengan truk yang melintas di kota. Kalau berdasarkan standar aturan kecil sekali daya angkutnya.
Karena secara psikologis sudah salah dengan muatan yang berlebih akhirnya sopir truk menjadi sasaran oknum di jalanan. Bisa preman atau oknum petugas yang memanfaatkan keadaan ini. Menurut saya ini harus ditertibkan oleh pemerintah.
Soal aturan jam masuk truk logistik yang tidak sama pada tiap daerah seperti apa Anda melihatnya?
Setiap aturan yang diterapkan untuk angkutan logistik seperti jam masuk dalam suatu daerah atau kota harus diterapkan dengan bijaksana. Soalnya kalau penerapannya sembarangan akan berdampak pada meningkatnya biaya angkut logistik. Kalau beban ini dilimpahkan kepada pengusaha logistik mereka tidak akan mampu, ujung-ujungnya dibebankan kepada konsumen. Jadi kosumen juga yang dirugikan kalau ada kebijakan yang tidak tepat.
Gemilang Tarigan Punya Trik Jaga Kesehatan setelah Terserang Stroke
Tak bisa dipungkiri kesehatan adalah harta yang paling berharga bagi setiap orang. Begitu juga bagi Drs. Gemilang Tarigan MBA, Ketua Umum Aptrindo (Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia). Ia benar-benar menjaga kesehatan setelah sempat terserang stroke empat tahun silam. Kini keadaannya sudah membaik dan ia kembali pulih. Bapak dua anak ini benar-benar menjaga kesehatannya.
Pagi menjelang siang kami sudah mendapatkan konfirmasi untuk melakukan sesi wawancara khusus dan pemotretan dengan pucuk pimpinan Aptrindo. Tempat yang dipilih adalah kantor pusat DPP Aptrindo yang berlokasi di bilangan Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Sebelum waktu yang ditentukan pukul 10.00 WIB, kami sudah tiba di kantor DPP Aptrindo, yang berada di sisi jalan Sulawesi Raya. Jalan ini tak jauh dari pelabuhan terbesar di Indonesia dan tak pernah sepi dari lalu-lalang beragam truk yang membawa kontainer berukuran besar.
Kira-kira 30 menit sebelum waktu yang disepakati untuk wawancara sebuah mobil berjenis jeep tiba. Ternyata dikendarai sendiri oleh si empunya mobil; Gemilang Tarigan. “Wah masih sanggup nyetir sendiri ini Pak?” kami melontarkan pertanyaan ringan setelah berucap salam dengan dia.
“Ya saya masih menyetir sendiri kok, pelan-pelan saja,” timpal pria kelahiran Medan, 11 April 1954 itu dengan bersemangat.
Dia menjelaskan kalau urusan menyetir dan pekerjaan lainnya ia usahakan sendiri. Tujuannya untuk melatih sensitifitas dan konsentrasi. Soalnya Tarigan memang belum lama-lama harus berjibaku melawan penyakit stroke yang menyerangnya. “Sekarang sudah lumayan, saya sudah berangsur-angsur pulih seperti dahulu. Makanya harus terus dijaga, salah satunya dengan aktivitas seperti ini,” kata pria yang ditangani oleh Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad., sampai ia bisa pulih kembali dari stroke.
Tarigan mengakui pola hidupnya memang kurang ideal sebelum terserang stroke. “Sebelum terkena stroke, saya merokoknya kuat. Dalam urusan makan tak ada pantangan, semua dimakan. Istirahat juga kurang. Sementara olahraga nyaris tidak dilakukan. Jadi begitulah keadaan saya,” ungkapnya.
Olahraga
Tarigan makin mengerti arti penting kesehatan setelah dirinya berhasil dipulihkan kembali dari stroke yang menerpanya. “Olahraga yang sesuai usia itu penting sekali untuk menjaga kondisi badan agar tetap bugar,” katannya.
“Kalau saya biasanya bersepeda di sekitar perumahan sebelum berangkat ke kantor. Engga perlu terlalu memforsir diri. Yang penting berkeringat dan otot-otot terlatih untuk melakukan pergerakan ringan yang bisa membuat otot-otot menjadi rileks,” kata Tarigan yang bersepeda sejauh 10 kilometer ini.
Selain olahraga, masih kata Tarigan, urusan makanan juga tak kalah pentingnya. Makanan berlemak tinggi dan mengandung kolesterol kini dihidarinya. “Karena saya sudah pernah terserang stroke, jadi urusan makanan harus benar-benar dijaga. Makanan berlemak tinggi dan mengandung kolesterol saya hindari. Supaya stroke-nya tidak kambuh lagi,” kata pria yang juga Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta ini.
Meski sudah memasang aturan tak mau memakan makanan yang tadi dia sebutkan itu, kadang ia melanggar juga sesekali. “Memang saya punya pantangan makanan tertentu, tapi dalam keadaan terpaksa apa boleh buat. Ya saya makan juga, tapi engga boleh banyak-banyak makannya. Secukupnya saja, bolehlah dicicipi, hehehe,” katanya tanpa merinci kapan ia terrjebak dalam keterpaksaan itu.
Kini dia menjalankan pola hidup dengan santai. Dalam pekerjaan diperusahannya maupun di organisasi yang dia pimpin, dia melaksanakan pekerjaan dengan santai meski beban yang dia pikut terkadang tidak bisa dibilang ringan. “Seberat apapun harus kita jalankan dengan santai aja. Kalau kita memaksakan diri nanti enggak jadi, nggak perlu stres-stres sekarang ini santai aja,” tukasnya.
Bernyanyi
Selain olahraga dan menjaga makan, yang dilakukan Tarigan untuk menjaga kesehatannya adalah dengan bernyanyi. “Bernyanyi itu selain membuat kita happy juga membangkitkan semangat hidup. Saya biasanya berkaraoke untuk menyalurkan hobi saya bernyanyi,” kata pria yang menggemari lagu-lagu koleksi grup Panbers, D’Lloyd, Deep Purple, Queen, dan sebagainya.
Selama pandemi saat akrivitas lebih banyak dilakukan di rumah ia berdendang dia di rumah bersama keluarganya di rumah. “Di masa sekarang apa yang tak bisa dilakukan di rumah. Yang penting kita punya koneksi internet, semua bisa dilakukan di rumah. Termasuk menyalurkan hobi bernyanyi dan berkaraoke,” tambah pria yang juga menjadi Ketua Komisariat Kadin Jakarta Utara ini.
Kedua anak Tarigan sudah menuntaskan studinya dalam bidang kedokteran. Dan dua-duanya sudah menjadi dokter spesialis. Yang satu bertugas di sebuah rumah sakit di kota Solo dan yang satu lagi bertugas di sebuah rumah sakit di Palembang. Dia tak kecewa meski tak satu pun anaknya yang meneruskan profesinya sebagai pengusaha truk.
Meski sudah terpisah kota dengan anak-anak dan cucu, dia masih berkomunikasi dengan mereka. “Kalau anak-anak maunya saya eggak usah kerja lagi. Tapi gimana kalau engga kerja dan berkativitas, jadi pikun kita, hehehe. Makanya saya tetap beraktivitas tapi tidak memaksakan diri,” tandas Gemilang Tarigan.
“Setiap aturan yang diterapkan untuk angkutan logistik seperti jam masuk dalam suatu daerah atau kota harus diterapkan dengan bijaksana. Soalnya kalau penerapannya sembarangan akan berdampak pada meningkatnya biaya angkut logistik. Kalau beban ini dilimpahkan kepada pengusaha logistik mereka tidak akan mampu, ujung-ujungnya dibebankan kepada konsumen. Jadi kosumen juga yang dirugikan kalau ada kebijakan yang tidak tepat,”