JAKARTA - Meriam Ramadhan yang terletak di Benteng Kairo, Mesir, yang diyakini sebagai tempat kelahiran tradisi meriam Ramadan, ditembakkan untuk pertama kalinya dalam 30 tahun terakhir pada Selasa 13 April.
Agar berfungsi maksimal dan warga Mesir bisa mendengarkan suara meriam, sejumlah langkah perawatan dilakukan. Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir menyebut, pengrajin dilibatkan untuk menghilangkan lapisan karat di bagian luar, serta membersihkan bagian dalam laras meriam.
Penembakan meriam Ramadan saat waktu berbuka puasa, kala matahari terbenam, adalah tradisi yang bisa dilihat di beberapa negara Muslim lainnya, seperti UEA, Arab Saudi, Bangladesh hingga Kuwait.
Suara ledakan membawa makna khusus bagi jamaah Muslim, menggemakan waktu yang lebih sederhana. Sebelum kenyamanan smartphone dan aplikasi untuk memberi tahu orang-orang kapan mereka bisa berbuka puasa.
Asisten Menteri Pariwisata dan Purbakala Mesir Eman Zidane mengatakan, pemulihan meriam adalah bagian dari rencana untuk meningkatkan museum dan situs arkeologi, termasuk benteng, yang disebut Kastil Salahuddin Al Ayoubi, melansir The National News, Kamis 15 April.
Sementara itu Kepala Departemen Barang Antik Islam, Koptik dan Yahudi, Kementerian Pariwisata dan Purbakala Osama Talaat mengungkapkan, proses restorasi meriam itu memakan waktu sekitar satu bulan.
Talaat mengenang, dia dulu tinggal di daerah sekitar benteng dan ingat tembakan meriam di seluruh kota.
"Sebagai warga negara Mesir, itu membuat saya sangat bahagia dan membawa kembali kenangan indah," kenangnya.
Sebelumnya, kementerian sudah melakukan uji coba penembakan meriam di kastil alun-alun Museum Polisi, tempat penembakan meriam di masa lalu.
Benteng ini berasal dari Abad Pertengahan dan terletak di Perbukitan Muqattam di tenggara ibu kota Mesir. Sementara, pembangunan kastil dimulai pada 1174 di bawah Salahuddin, sultan pertama Mesir.
Pembangunan ini tidak selesai dalam masa hidupnya. Tetapi, pemerintahan setelahnya menjadikan tempat ini sebagai kediaman resmi para penguasa Mesir hingga pertengahan abad ke-19.
Banyak versi
Bagaimana tradisi meriam Ramadan muncul masih diperdebatkan oleh para sejarawan dan cendekiawan. Meriam pertama kali muncul di Tiongkok pada abad ke-12, ratusan tahun setelah kelahiran Islam.
Talaat mengatakan, banyak yang percaya tradisi menggunakan tembakan meriam untuk menandai waktu buka puasa berasal dari kastil di Kairo, Mesir.
Dalam satu catatan sejarah, Sultan Mamluk Khushqadam dikatakan telah menembakkan meriam untuk mengujinya setelah menerimanya sebagai hadiah.
Penembakan ini dikatakan bertepatan dengan matahari terbenam pada hari pertama Ramadan pada 1467, atau 871 dalam kalender Islam. Dan, orang-orang mengira itu dimaksudkan untuk memberi isyarat kepada kota, sudah waktunya untuk berbuka puasa pertama di bulan suci.
Setelah penduduk Kairo berterima kasih kepada sultan atas sinyalnya, dia memutuskan untuk menembakkan meriam saat matahari terbenam, setiap hari selama Ramadan.
Dalam cerita lain, itu secara keliru diledakkan saat sedang dibersihkan oleh tentara pada masa pemerintahan penguasa abad ke-19 Khedive Ismael. Putrinya, Fatima, dikatakan sangat tertarik dengan gagasan itu sehingga dia meminta agar tradisi itu dilanjutkan.
Meriam di benteng telah diubah dan dipindahkan selama ratusan tahun dalam sejarah Mesir. Yang dipajang di alun-alun Mesir berasal dari tahun 1871.
Dibangun di Jerman oleh Krupp, meriam tersebut memiliki dasar besi yang kokoh dan membutuhkan dua tentara untuk mengoperasikannya. Meriam ini terakhir kali ditembakkan pada tahun 1992.
SEE ALSO:
Meriam Ramadan ditembakkan berkali-kali selama bulan suci. Biasanya ditembakkan dua kali untuk menandai awal bulan suci, kemudian setiap hari saat matahari terbenam.
Penembakan kedua sering kali dilakukan pada dini hari saat adzan Subuh, untuk menandai dimulainya hari puasa yang baru. Sementara, dua tembakan dilepaskan untuk mengumumkan dimulainya Idul Fitri.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)