JAKARTA - Belasan pejabat tinggi militer dan intelijen Bolivia ditangkap, menyusul upaya kudeta yang gagal dan diduga dipimpin oleh mantan komandan militer negara itu.

Pejabat militer pertama kali mengadakan pertemuan pada Bulan Mei untuk merencanakan upaya kudeta pada Hari Rabu, yang melibatkan mobilisasi pasukan bersenjata menuju alun-alun utama ibu kota dan merebut kekuasaan "dengan paksa," menurut laporan yang dikirim ke CNN oleh Pemerintah Bolivia, seperti dilansir 28 Juni.

Pertemuan tersebut dipimpin oleh mantan komandan militer Jenderal Juan Jose Zuniga dan mantan komandan angkatan laut Jenderal Juan Arnez, dengan penasihat pribadi sipil Jenderal Zuniga yang diduga merancang "strategi" kudeta, klaim laporan tersebut.

Ketiga pria tersebut termasuk di antara 17 orang yang ditangkap sejauh ini terkait dengan peristiwa Hari Rabu,sebagian besar dari mereka adalah anggota militer, kata laporan tersebut.

Pejabat tinggi lainnya yang ditangkap termasuk kepala intelijen militer Julio Buitrago.

Upaya kudeta, yang dikutuk oleh pemerintah Bolivia dan para pemimpin internasional, terjadi saat negara Amerika Selatan berpenduduk sekitar 12 juta orang itu berjuang melawan krisis ekonomi dan ketidakstabilan politik yang telah memicu protes jalanan massal.

Pada Hari Rabu, unit militer yang dipimpin oleh Jenderal Zuniga, yang dipecat sebagai komandan tentara Bolivia sehari sebelumnya, menduduki Plaza Murillo di La Paz, saat kendaraan lapis baja menabrak pintu istana presiden dan tentara mencoba masuk ke kantor-kantor pemerintah.

Beberapa jam kemudian, Presiden Luis Arce, yang telah menyerukan kepada masyarakat untuk "berorganisasi dan memobilisasi" dalam membela demokrasi, terlihat berhadapan dengan Jenderal Zuniga di lorong istana yang ramai, memerintahkan sang jenderal untuk menarik tentaranya dan mundur.

Presiden Arce, yang telah berkuasa sejak 2020, kemudian menyatakan kemenangan kepada orang banyak di depan Istana Quemado, setelah Jenderal Zuniga diborgol dan dipaksa masuk ke mobil polisi.

Setelah upaya kudeta, Menteri Pertahanan Bolivia Edmundo Novillo mengatakan dalam sebuah konferensi pers, pemerintah telah mendapatkan kembali "kendali penuh dan absolut" atas militernya.

"Kami mendesak penduduk agar semuanya kembali normal," katanya.

Saat ditangkap, Jenderal Zuniga menuduh, tanpa memberikan bukti, ia bertindak atas perintah Presiden Arce.

Presiden Arce membantah tuduhan mantan komandan militer itu pada Hari Kamis, mengatakan kepada wartawan upaya kudeta itu mengejutkannya. Sedangkan Menhan Novillo mengatakan kepada CNN, Jenderal Zuniga "berusaha menyeret presiden ke dalam lumpur."

Dikatakan, penyelidikan atas peristiwa Hari Rabu akan terus berlanjut hingga semua "peserta" kudeta teridentifikasi, menurut laporan Pemerintah Bolivia.

Laporan tersebut juga mengatakan, komandan Angkatan Udara negara tersebut terlibat dalam perencanaan kudeta yang gagal, namun tidak ada satu pun dari deskripsi tersebut yang termasuk dalam daftar penangkapan.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)