Bagikan:

JAKARTA - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini akan mencoba untuk menembus level psikologis 6.500, setelah akhir pekan lalu mampu bertahan pada tren positif dan ditutup melonjak 1,02 persen menjadi 6.481.

Menurut analis PT Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, saat ini laju IHSG sedang mencoba untuk bergerak menguat ke area atas level resistance terdekat yang berada di posisi 6.505

"Akan tetapi, setelah mengalami reli yang kuat selama dua pekan terakhir, maka perlu dipertimbangkan adanya potensi koreksi pada Wave B sebelum fase kenaikan berikutnya," ujar Ivan, dalam risetnya.

Dia menyebutkan, level support yang dimiliki IHSG berada di posisi 6.379, 6.306 dan 6.247, sementara resistance di level 6.505, 6.617 dan 6.686. Ivan mengatakan, sejauh ini indikator MACD masih menunjukkan adanya pola uptrend lanjutan.

Dengan demikian, jelas dia, pergerakan IHSG yang tetap memiliki peluang untuk bergerak menguat tersebut bisa dimanfaatkan investor dengan mengakumulasi pembelian saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Astra International Tbk (ASII), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

Sementara itu, analis PT Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, memperkirakan pergerakan IHSG pada penutupan perdagangan hari ini akan mengalami koreksi, meski di awal transaksi tetap memiliki potensi menguat terbatas.

"Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas, dengan potensi terkoreksi di akhir perdagangan," ujar Nico Demus.

Dia mengatakan, awal pekan ini IHSG akan diperdagangkan pada kisaran 6.395-6.507. "Level 6.500 akan menjadi sebuah level baru yang akan diuji, meski IHSG berpotensi cukup besar untuk mengalami koreksi terlebih dahulu," katanya.

Lebih lanjut dia menyampaikan, pergerakan IHSG memiliki sentimen positif dari dalam negeri yang terkait dengan pemberlakuan kebijakan tax amnesty jilid kedua yang akan berlangsung selama kurun 1 Januari 2022 sampai 30 Juni 2022.

"Berdasarkan data historis pada 2016, pemerintah melaksanakan tax amnesty jilid pertama. Program pengampunan pajak itu memberikan sentimen positif terhadap bursa saham," ucap Ivan.

Namun, lanjut dia, investor mengkhawatirkan pembahasan revisi UU Perpajakan mengenai tax amnesty jilid kedua bisa menimbulkan gejolak politik, seperti yang terjadi saat pembahasan UU Cipta Kerja.

"Investor disarankan untuk lebih mencermati kondisi pasar dalam jangka waktu pendek maupun menengah. Jika timbul gejolak politik, lebih baik investor keluar terlebih dahulu dari pasar," paparnya.