Stafsus Erick Thohir Sebut Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Tambah Rp26,6 Triliun karena Berubah Desain
Kereta Cepat Jakarta-Bandung. (Foto: Dok. KCIC)

Bagikan:

JAKARTA - Staf Khusus Menteri BUMN Erick Thohir, Arya Sinulingga angkat bicara mengenai pembengkakan pembiayaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Menurut dia, pembengkakan biaya pada proyek tersebut merupakan hal yang wajar. Arya mengungkap pembengkakan anggaran terjadi karena ada perubahan desain.

Seperti diketahui, pembiayaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung mengalami pembengkakan menjadi 7,97 miliar dolar atau setara dengan Rp26,6 triliun. Pada awalnya, proyek ini diperhitungkan membutuhkan biaya 6,07 miliar dolar melalui kerja sama pemerintah Indonesia dan China.

Karena itu, pemerintah diketahui akan mengalokasikan dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk proyek tersebut. Keputusan itu tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 93 Tahun 2021.

Lebih lanjut, Arya mengatakan perubahan anggaran bukan hal baru. Menurut dia, dalam beberapa proyek infrastruktur seperti pembangunan jalan tol, kenaikan anggaran juga kerap terjadi.

"Pembengkakan itu hal yang wajar. Namanya pembangunan awal dan sebagainya, itu membuat hal yang jadi agak terhambat. Jadi, di mana-mana juga kemunduran yang sebelumnya itu akan menaikkan cost (biaya)," katanya kepada wartawan, Minggu, 10 Oktober.

Di samping itu, Arya juga membantah bahwa pembengkakan anggaran tersebut sudah direncanakan. Ia menekankan bahwa pembengkakan terjadi karena menyesuaikan dengan kondisi geologis dan geografis. Salah satunya adalah harga tanah. Menurut Arya, kenaikan harga tanah adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Apalagi, proyek ini dimulai pada 2016.

"Ada kenaikan harga. Itu wajar terjadi. Di hampir semua pembangunan yang kita lakukan, sejak dulu itu pasti ada perubahan-perubahan di sana yang membuat pembengkakan anggaran," katanya lagi.

Menurut Arya, perubahan anggaran dalam lanjutan pengembangan kereta api cepat Jakarta-Bandung, supaya proyek tersebut dapat diselesaikan. Adapun kemajuan proyek itu telah mencapai 80 persen.

Tak hanya itu, Arya memaparkan bahwa kondisi pandemi COVID-19 selama hampir dua tahun terakhir di Indonesia telah membuat proyek tersebut terhambat.

Sejumlah perusahaan yang tergabung dalam konsorsium proyek kereta cepat mengalami kondisi keuangan yang buruk.

"Nah problem-nya adalah ini COVID-19 datang dan kita ingin supaya pembangunan ini tepat waktu. Jangan tertunda. Dan COVID datang ada yang membuat beberapa hal menjadi agak terhambat. Pemegang sahamnya seperti WIKA itu terganggu cash flow-nya karena kita tahu COVID, pembangunan pembangunan juga banyak terhambat. Kemudian kereta api kita karena COVID penumpangnya turun semua, sehingga membuat mereka tidak bisa menyetor dananya sesuai dengan apa yang disiapkan dalam planing tanpa ada COVID itu," ucapnya.

Kat Arya, hal yang sama juga terjadi di Jasa Marga. Menurut dia, penurunan kinerja perseoran imbas pandemi COVID-19 seperti ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Karena itu, pihaknya juga meminta agar pemerintah terlibat langsung dalam proyek tersebut. Arya mengatakan keterlibatan pemerintah dalam setiap pembangunan proyek kereta cepat juga dialami banyak negara.

"Jadi, hanya kemaren karena masalah corona ini yang membuat semuanya jadi terhambat. Jadi jangan dipelintir ini ada hal-hal lain dan sebagainya," ujarnya.

Arya menekankan bahwa proyek Kereta Api Jakarta-Bandung sangat penting. Sebab, setiap negara maju atau negara modern membutuhkan yang namanya kereta api cepat. Hal ini yang menjadi dasar dari hadirnya proyek tersebut di Tanah Air.