Bagikan:

JAKARTA - Wismilak Foundation menyatakan dukungan penuh terhadap aktivitas produktif kalangan muda yang berorientasi pada penguatan ketahanan pangan nasional.

Melalui gelaran Diplomat Success Challenge (DSC), lembaga nirlaba ini mencoba menjaring para wirausaha yang bertekad memberikan kontribusi ekonomi sekaligus sumbangsih terhadap program strategis pemerintah.

Edric Chandra dari Wismilak Foundation mengatakan ketahanan pangan yang kuat menjadi penting untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Menurut dia, sektor pertanian, peternakan, dan perikanan masih belum termanfaatkan secara optimal, khususnya dalam menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi.

“Untuk itu kami melihat perlunya langkah kolaborasi dari semua pihak agar bisa mensinergikan bisnis dari hulu ke hilir,” ujarnya dalam keterangan tertulis seperti yang dikutip pada Kamis, 30 September.

Edric menambahkan, peluang membawa sektor pangan untuk mencapai tingkat ekonomi tertentu bisa diraih melalui pemberdayaan kalangan muda yang jiwa entrepreneur. Pasalnya, sektor ini dinilai masih minim dari sentuhan teknologi dan inovasi

Sehingga, sambung Edric, kaum muda adalah subjek yang tepat untuk bisa melakukan perubahan sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional.

“Saya tantang generasi muda untuk raih peluang dan bikin gebrakan,” tegasnya

Salah satu alumni DSC adalah Utari Octavianty yang berhasil mengembangkan bisnis rintisan bidang perikanan. Melalui platform Aruna, dia merevolusi ekosistem perdagangan hasil laut dengan teknologi.

Mekanismenya cukup sederhana, Aruna masuk dalam rantai pasok (supply chain) yang menghubungkan transaksi pembelian ikan secara langsung antara nelayan atau pembudidaya ikan dengan konsumen, tanpa melalui jalur tengkulak.

“Nelayan mendapatkan harga jual yang layak, konsumen pun mendapatkan kebutuhan ikan dengan harga yang masuk akal,” tutur dia.

Utari mengatakan jika dirinya dan tim menghadapi tantangan tersendiri dalam mengaplikasikan skema bisnis di lapangan. Sebab, sebagian besar nelayan tidak begitu memahami perkembangan teknologi pada gawai pintar (smartphone).

“Disinilah peran wirausaha muda dalam turut berkontribusi mengedukasi sebagian besar kelompok nelayan dalam adaptasi transformasi teknologi,” ucap dia.

Senada, Dalu Nyzlul Kirom yang merupakan CEO Ternakesia dan juga alumni DSC merasa terpanggil untuk memajukan sektor peternakan yang kurang diminati oleh wirausaha muda.

“Kami mencoba menerapkan teknologi ke bisnis peternakan dengan fokus membantu para peternak Indonesia yang membutuhkan bantuan bidang permodalan, pemasaran, dan manajemen,” katanya.

Motivasi lain yang membuat Dalu tergerak adalah kondisi Indonesia yang masih membutuhkan suplai daging dari mancanegara. Padahal, Indonesia merupakan negara dengan tingkat konsumsi produk halal terbesar di dunia.

Merujuk pada data Islamic Economic Forum 2019, disebutkan bahwa Indonesia adalah konsumen makanan halal nomor 1 di dunia dengan perputaran uangnya mencapai 273 miliar dolar AS per tahun.

“Tapi sayangnya kita bukan termasuk 10 besar negara pemasok makanan halal di dunia. Inilah ironi sekaligus peluang besar bagi wirausaha muda untuk memenuhi permintaan hasil ternak dengan standarisasi halal,” jelas Dalu.

Untuk diketahui, DSC tahun ini merupakan gelaran ke-12 yang diselenggarakan oleh Wismilak Foundation. Adapun, DSC sendiri bertujuan untuk memantik asa wirausaha muda melalui penyediaan sejumlah fasilitas, seperti permodalan, pendampingan, hingga kesempatan membuka jaringan usaha.