Bagikan:

JAKARTA - Utang jumbo dari perusahaan properti China, Evergrande, turut berimbas kepada pengusaha lainnya. Salah satu pengusaha di bisnis kebersihan bernama Guo Hui, berada di ambang kebangkrutan lantaran diutangi Evergrande hingga 20 juta yuan atau 3,1 juta dolar AS (sekitar Rp44 miliar).

Dikutip dari Reuters, Rabu 29 September, Go Hui bahkan telah menjual Porsche Cayenne dan berusaha melego apartemen dalam upaya mengumpulkan uang untuk membayar utang Evergrande tersebut kepada perusahaannya sendiri. Ia juga harus menanggung upah karyawan.

Guo adalah pengusaha berusia 50 tahun yang berasal dari Provinsi Sichuan. Dia mendirikan bisnis kebersihan di bawah nama Feiyun lebih dari dua dekade lalu.

Seperti banyak wirausahawan mandiri dari generasinya, Guo melihat perjalanan bisnis yang dilalui sebagai kisah kaya-raya seiring dengan kebangkitan ekonomi China. Feiyun menyediakan layanan pembersihan dan perbaikan untuk apartemen Evergrande di Provinsi Guangdong. Feiyun memastikan bahwa bangunan baru bersih sebelum diperlihatkan kepada calon pembeli.

Feiyun memiliki sekitar 100 staf tetap dan menggunakan 700-800 kontraktor tergantung pada permintaan. Kebanyakan dari karyawan itu adalah pendatang dari provinsi pedalaman yang kurang kaya.

"Terus terang, Evergrande benar-benar berutang uang kepada migran biasa yang bekerja keras untuk itu," ungkap Guo.

Beberapa bulan yang lalu, Guo memiliki tim yang terdiri dari 300 orang yang bekerja siang dan malam untuk membersihkan ribuan apartemen di pengembangan proyek Zhanjiang Evergrande Waitan Gardens kelas atas. Feiyun terikat dua kontrak senilai sekitar 1,5 juta yuan untuk membersihkan proyek di ujung barat daya provinsi itu.

"Saya melakukan yang terbaik untuk membayar mereka dari pinjaman yang telah saya ambil tetapi saya hanya dapat mengelola sepertiga atau seperempat," kata Guo.

Guo mengaku masih berutang sekitar 2 juta yuan kepada ratusan karyawan. Utang tersebut mengacu pada tunggakan staf pada tiga proyek yang berbeda.

Guo melalui perusahaannya telah bekerja sama dengan Evergrande sejak 2017. Pekerjaan dengan Evergrande menyumbang 90 persen terhadap total bisnis yang dijalankan per Juni 2021.

Pada bulan itu juga, Guo mulai menghadapi masalah ketika pembayaran atas commercial paper yang dikeluarkan oleh Evergrande kemudian berhenti. Guo mengaku telah menghubungi orang-orang yang bertanggung jawab terkait dengan Evergrande.

"Tetapi mereka mengatakan mereka tidak punya uang atau tidak tahu kapan mereka dapat menyelesaikan pembayaran," kata Guo

Kasus yang dialami Guo adalah tipikal dari banyak pemasok yang ditinggalkan oleh Evergrande yang berbasis di dekat Shenzhen. Evergrande yang semula merupakan pengembang properti terlaris di China, saat ini kehabisan uang tunai dengan beban utang 305 miliar dolar AS atau sekitar Rp4.200 triliun.

Sayangnya, pemerintah China sebagian besar diam dalam menyikapi situasi Evergrande yang telah mengguncang pasar global. Padahal investor serta ratusan ribu pembeli apartemen yang belum selesai dibangun, juga menghadapi ketidakpastian.