Mayoritas Masyarakat Nilai Pemulihan Ekonomi Nasional Masih Buruk
Ilustrasi (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Mayoritas masyarakat Indonesia menilai pemulihan ekonomi nasional masih buruk. Hal ini berdasarkan hasil survei terbaru Indikator Politik Indonesia.

Dalam survei tersebut, masyarakat yang menganggap ekonomi nasional buruk sebesar 36,7 persen. Sementara, 7,4 persen masyarakat menilai kondisi ekonomi sangat buruk.

"Kalau kita total 44,1 persen yang mengatakan kondisi ekonomi nasional saat survei dilakukan dalam keadaan buruk atau sangat buruk. Jadi lebih banyak yang mengatakan kondisi ekonomi nasional buruk ketimbang baik," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam dalam diskusi survei nasional evaluasi publik terhadap penanganan Pandemi oleh Indikator secara daring, Minggu, 26 September.

Umumnya, lanjut dia, yang mengatakan ekonomi masih buruk adalah mereka yang tidak memiliki fix income di sektor informal.

Meski banyak yang menilai buruk, lanjut Burhanuddin, masih ada 16,1 persen masyarakat menganggap ekonomi nasional baik.

"Kemudian, sebesar 0,7 persen menilai kondisi ekonomi sangat baik dan 33,3 persen sedang. Adapun yang tidak menjawab atau tidak bisa menentukan apakah ekonomi nasional baik atau buruk sebesar 5,7 persen," jelasnya.

Burhanuddin mengungkapkan, persentase masyarakat yang menilai ekonomi nasional buruk menurun jika dibandingkan dengan survei pada Mei 2021. Pada kuartal II tahun 2020, masyarakat yang menganggap ekonomi nasional buruk mencapai 81 persen.

"Persepsi masyarakat bahwa ekonomi nasional buruk terus menurun sejak Juli 2020 hingga April 2021 yang menyentuh angka 49,5 persen. Namun, pada Juli 2021, persentase masyarakat yang menganggap ekonomi buruk kembali meningkat hingga 52,5 persen," jelasnya.

Menurut Burhanuddin, meningkatnya persepsi publik bahwa kondisi ekonomi nasional buruk disebabkan gelombang kedua pandemi COVID-19 yang diikuti dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

Saat itu, kata dia, mobilitas masyarakat mencari nafkah menjadi terganggu. Apalagi pemerintah memiliki keterbatasan finansial untuk bisa mensuplai kebutuhan masyarakat kelas menengah ke bawah.

"Nah di survei September yang mengatakan ekonomi nasional memburuk itu turun jadi 44 persen," kata Burhanuddin.

Survei ini dilakukan kepada 1.200 responden melalui kontak telepon sejak tanggal 17 sampai 21 September 2021. Adapun, metode yang digunakan melalui simple random sampling, dengan menggunakan margin of error sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.