Mayoritas Masyarakat Optimis Ekonomi Membaik di 2022
Ilustrasi (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Mayoritas masyarakat Indonesia cukup optimis akan adanya perbaikan ekonomi pada 2022. Meskipun ekonomi rumah tangga mereka memburuk saat pandemi COVID-19 melanda.

Hal ini berdasarkan hasil survei Saiful Mujani Research Center (SMRC), yang dilakukan pada 15-21 September 2021.

Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas, mengatakan masyarakat yang optimis perekonomiannya akan membaik pada 2022, mencapai 65,6 persen.

Sedangkan yang pesimis hanya sebesar 9,1 persen. Sementara yang menjawab tidak ada perubahan dengan perekonomian nasional sebesar 17,9 persen dan tidak menjawab 7,5 persen.

"Begitu pula dengan perekonomian nasional, mayoritas responden optimis. Sebanyak 59,4 persen menjawab akan membaik," ujar Abbas dalam rilis hasil survei nasional secara daring, Selasa, 19 Oktober.

Survei SMRC mencatat di September 2021 sebanyak 37 persen menilai kondisi rumah tangganya jauh lebih buruk jika dibandingkan dengan kondisi pada 2020. Sementara yang menjawab ekonominya jauh lebih baik 31,4 persen dan yang menjawab tidak ada perubahan juga 31,4 persen.

Abbas mengungkapkan, sebelum ada wabah COVID-19, pada Juni 2019 sebesar 45,8 persen responden menilai kondisi ekonomi rumah tangganya baik. Namun setelah pandemi COVID-19, sentimen positif publik turun menjadi 12,2 persen pada survei Oktober 2020.

"Tapi ada perbaikan terjadi dalam setahun terakhir yakni periode 2020 hingga 2021," ungkapnya.

Meski begitu, hal itu menurutnya belum cukup kuat untuk bisa mencapai situasi perekonomian masyarakat seperti sebelum pandemi COVID-19. Adapun persepsi masyarakat mengenai ekonomi nasional pada September 2021, sebanyak 44,1 persen responden menjawab lebih buruk dibanding 2019 dan 4,6 persen responden menganggap perekonomian nasional jauh lebih buruk.

"Lalu 21,7 persen menjawab tidak ada perbaikan, 24,4 persen menilai lebih baik, dan 1,6 persen merasa jauh lebih baik sementara sisanya tidak menjawab," katanya.

Untuk pendapatan kotor rumah tangga, tambahnya, survei mendapati mayoritas responden atau 60,6 persen menjawab pendapatannya menurun.

Survei opini publik ini digelar pada 15 - 21 September 2021 melalui tatap muka atau wawancara langsung dengan sampel sebanyak 1220 responden.

Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Menanggapi hasil survei tersebut, Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Avi Aviliani, menilai wajar jika masyarakat berpersepsi ekonomi rumah tangga mereka menurun. Sebab, kata dia, kebanyakan yang terdampak pandemi COVID-19 adalah mereka yang bekerja di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Adapun sektor UMKM yang merasakan imbas paling besar dari penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) selama pandemi yakni perdagangan, sektor makanan dan minum, akomodasi termasuk didalamnya pariwisata.

"Ini yang membuat akhirnya dari sisi perkonomian rumah tangga memburuk karena pemulihannya cukup lambat," kata Avi.

Sementara pada triwulan II tahun 2021, Avi mengatakan optimisme masyarakat meningkat karena adanya vaksinasi COVID-19. Sehingga, sejumlah bidang usaha sudah mulai dibuka.

"Tapi pada triwulan III 2021, optimisme kembali menurun akibat munculnya varian baru dalam periode Juni hingga September," katanya.

Karena itu, Avi berharap pada triwulan IV yakni Oktober - Desember 2021, pertumbuhan ekonomi bisa perlahan membaik. Dia pun menyarankan agar pembangunan infrastruktur sebaiknya bisa memberikan efek ganda pada ekonomi.

"Karena hampir seluruh negara mengalami kesulitan fiskal. Pemerintah harus menjaga kestabilan komoditas pokok untuk mencegah akibat dari inflasi," demikian Avi.