Bagikan:

JAKARTA - PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) perusahaan investasi dan fokus pada industri konsumen serta ritel di Indonesia pada akhir tahun 2020 berhasil membukukan pendapatan bersih Rp488,89 miliar, tumbuh 89,64 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sejumlah Rp257,80 miliar.

Pendapatan bersih perusahaan milik konglomerat Anthony Salim ini ditopang oleh kinerja entitas anak, PT Mega Akses Persada (MAP) perusahaan penyedia jaringan serat optik baik untuk kebutuhan pelanggan korporat maupun pelanggan rumah. Melalui pengembangan merk produk FiberStar.

Strategi perseroan pada 2020 untuk berfokus melakukan ekspansi insfratruktur serat optik dengan menyiapkan belanja modal sebesar Rp600 miliar membuahkan hasil. Tolak ukur dari keberhasilan tersebut dapat dilihat dari jangkauan pelayanan, peningkatan jumlah pelanggan yang pada akhirnya memperkuat pendapatan.

"Pendapatan bersih konsolidasi perseroan terus bertumbuh secara eksponensial, pada 2018 tercatat tumbuh 130,25 persen dibandingkan tahun 2017 menjadi Rp130 miliar, kemudian tahun 2019 tumbuh 98 persen menjadi Rp258 miliar dan tahun 2020 kembali tumbuh signifikan 90 persen menjadi Rp489 miliar. Jika dihitung secara Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 93,9 persen," ujar Haliman Kustedjo, Presiden Direktur PT Indoritel Makmur Internasional Tbk, dalam paparannya secara virtual, Selasa 31 Agustus.

Haliman Kustedjo menambahkan, dengan model bisnis yang kami miliki, sinergi antara entitas anak yang memperkuat top line dengan entitas asosiasi yang memperkuat bottom line perseroan memiliki keseimbangan dan pondasi yang solid bagi pertumbuhan usaha yang berkelanjutan.

DNET merupakan holding atas entitas asosiasi PT Indomarco Prismatama (Indomaret), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Fastfood Indonesia Tbk (FAST) dan induk dari entitas anak, yaitu PT Mega Akses Persada (MAP/ FiberStar). Lantas bagaimana kinerja mereka?

PT Mega Akses Persada (MAP)

PT Mega Akses Persada adalah entitas anak dengan kepemilikan saham baik secara langsung maupun tidak langsung sebesar 98,09 persen. MAP merupakan perusahaan penyedia jaringan serat optik baik untuk kebutuhan pelanggan korporat maupun pelanggan rumah.

Melalui pengembangan merk produk FiberStar, MAP membangun jaringan berbasis teknologi Fiber to the x (home, building, node, cabinet dan lainnya) yang mampu memberikan layanan internet atau data dengan kecepatan tinggi, dapat diandalkan dan efisien.

Sepanjang 2020 FiberStar berhasil mencapai sambungan pelanggan (home passed) sebesar 656.975-unit pencapaian ini setara 104,28 persen dari target yang telah ditentukan sebelumnya yakni 630.000 unit. Angka tersebut tumbuh 45,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Saat ini FiberStar telah hadir di 17 provinsi dan 135 kota/ kabupaten dengan Panjang gelaran kabel mencapai 28.714 km, naik 62,6 persen dari 2019, termasuk kabel laut yang menghubungkan 13 kota/ kabupaten di Pulau Sumatera dan Jawa secara langsung ke Singapura.

Bahkan di tahun 2020, guna meningkatkan pertumbuhan yang lebih cepat, FiberStar telah bekerjasama dengan TransVision untuk memperkenalkan layanan TransVision Hi-Speed, koneksi internet fiber tanpa batas di rumah- rumah.

FiberStar juga melakukan inovasi layanan yang didukung teknologi terkini yakni Managed Service SD-WAN (Software Defined Wide Area Network) yang ditujukan untuk pelanggan korporasi.

PT Indomarco Prismatama (Indomaret)

DNET per Desember 2020 memiliki 40 persen saham PT Indomarco Prismatama Indomaret (Indomaret) yang merupakan salah satu operator minimarket terbesar di Indonesia. Toko pertama berdiri pada tahun 1988 di Ancol, Jakarta dengan nama "Indomart", yang berfokus untuk menyediakan kebutuhan sehari-hari.

Di tahun 1995, sesuai dengan kampanye Pemerintah untuk mendorong penggunaan Bahasa Indonesia, nama dan logo "Indomart" diubah menjadi nama yang sekarang, "Indomaret". Di tahun 1997, Indomaret mengambil langkah pionir program waralaba di sektor minimarket dengan memperkenalkan sistem kemitraan untuk kepemilikan toko dengan manajemen di bawah skema waralaba.

Pada akhir tahun 2020, Indomaret telah mengoperasikan 33 Distribution Center (DC) dan sekitar 18.290 gerai dan toko terwaralaba sebanyak 4.744 gerai. Perseroan juga lebih aktif mengembangkan online store melalui aplikasi Klik Indomaret yang dilengkapi dengan fitur layan antar.

Selain itu, bagi pelanggan yang ingin memesan makanan bisa melalui fitur klik-food. Bahkan Indomaret di beberapa gerai telah mengembangkan konsep drive-thru sehingga pelanggan bisa berbelanja dengan aman, cepat dan nyaman.

Hingga akhir 2020, Indomaret berhasil mengumpulkan pendapatan sebesar Rp86,12 triliun, dengan laba bersih Rp1,10 triliun dan memiliki total aset senilai Rp36,82 triliun.

PT Fast Food Indonesia Tbk (KFC)

DNET per Desember 2020 memiliki 35,84 persen saham PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) yang merupakan pemegang hak untuk memiliki dan mengoperasikan restoran waralaba KFC di Indonesia. Sebagai pemegang waralaba KFC satu-satunya di Indonesia, FAST menjadi pengelola jaringan restoran cepat saji yang terbesar dan terpopuler di Indonesia.

Per Desember 2020 jumlah restoran KFC tercatat sebanyak 743 gerai, tersebar di 34 propinsi di Indonesia dan tersebar di 170 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Untuk meningkatkan kinerja selama pandemic Covid-19, FAST berupaya melakukan inovasi di antaranya meluncurkan gerai tematik pertamanya yakni KFC Naughty By Nature (NBN), ini merupakan konsep baru untuk memberikan pengalaman yang lebih menarik untuk seluruh keluarga.

Untuk menjawab tantangan seputar pengurangan kapasitas pengunjung, pembatasan pengunjung dan penutupan gerai dalam mal selama PSBB, KFC mengoptimalkan fasilitas drive thru, home delivery dan takeaway. Pada akhir tahun 2020 FAST berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp4,84 triliun dan memiliki total aset Rp3,72 triliun.

PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (Sari Roti)

DNET per 31 Desember 2020 memiliki 25,77 persen saham PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) yang merupakan perusahaan roti pertama dan terbesar di segmen produksi massal di Indonesia. ROTI didirikan pada tahun 1995, dan memulai kegiatan operasional pertamanya di pabrik Cikarang Blok W yang berlokasi di Kawasan Industri Jababeka pada tahun 1996.

ROTI terus memperluas fasilitas produksi dan cakupan geografisnya. Per Desember 2020 ROTI telah mengoperasikan 13 pabrik yang tersebar di Indonesia. Kapasitas produksi harian saat ini mencapai 5 juta roti per hari dan memiliki pangsa pasar sebesar 90 persen untuk segmen roti produksi massal.

ROTI telah mengembangkan jaringan distribusi dan logistik yang luas. Produk-produk roti didistribusikan setiap harinya melalui lebih dari 70.000 titik penjualan. Pada akhir tahun 2020, ROTI membukukan pendapatan sebesar Rp3,21 triliun, laba bersih sebesar Rp215 miliar dan total aset Rp4,45 triliun.