JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) periode Januari hingga 25 Juni 2021 telah mencapai Rp143,14 triliun. Angka tersebut mencerminkan 56,58 persen dari target keseluruhan tahun ini yang sebesar Rp253 triliun.
“KUR ini sudah diberikan kepada 3,87 juta debitur dan outstandingnya sampai dengan Agustus 2021 adalah sebesar Rp283 triliun dan NPL (non-performing loan/rasio kredit bermasalah) sangat rendah sebesar 0,88 persen,” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Senin 26 Juli.
Menurut Airlangga, penyaluran KUR saat ini sudah hampir mendekati periode sebelum pandemi COVID-19 terjadi.
“Peningkatan KUR yang bagus ini karena perekonomian sudah pulih, serta didukung dengan suku bunga yang rendah, yaitu 3 persen, dimana seharusnya tingkat bunga KUR 6 persen, lalu pemerintah menyediakan subsidi 3 persen,” tuturnya.
Adapun KUR untuk sektor pertanian, secara terperinci Airlangga menyebut jika KUR perkebunan kelapa sawit menyerap sekitar Rp9,5 triliun. Disusul kemudian tanaman padi Rp7,8 triliun, tanaman lainnya Rp5,5 triliun, hortikultura Rp5,2 triliun, budi daya sapi Rp3,9 triliun, budi daya kambing dan domba Rp3,5 triliun.
Lalu, budidaya tanaman palawija Rp2,7 triliun, tanaman mixed farming Rp2,6 triliun, pembibitan Rp1,1 triliun.
BACA JUGA:
“Jadi secara klaster KUR pangannya 26,8 triliun, KUR holikutura Rp7,84 triliun, perkebunan Rp20,3 triliun, serta peternakan Rp15,1 triliun,” katanya.
Lebih lanjut, Menko Airlangga juga menjelaskan bahwa pembentukan holding ultra mikro hasil merger PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI), Pegadaian, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dapat mempercepat penyaluran KUR secara lebih masif.
“Melalui adanya merger ini maka ekosistem pembiayaan usaha menengah dan kecil ini sudah terintegrasi dari hulu sampai hilir,” tegasnya.